Memasuki lobi perusahaan, Devina disambut para karyawan yang sudah datang. Aura pengantin baru masih terlihat di wajahnya. Rona bahagia terpancar dari wajah cantiknya. Membuat para karyawan semakin kagum akan pesonanya. Apalagi karyawan laki-laki yang dulu begitu mengagumi kecantikan Devina. Namun sekarang mereka hanya bisa sekadar mengagumi dalam diam. Karena sang pemilik hati Devina sudah resmi menjadi suaminya.
Tinggi 165cm, berat badan yang ideal, kulit kuning langsat khas Indonesia, hidung mancung, bibir yang membentuk dan pink alami, mata yang bulat, bulu mata yang lentik, alis melengkung indah dan alami, serta rambut hitam legam yang panjang dan sedikit bergelombang di ujungnya. Menjadikan Devina seperti sosok bidadari. Kulitnya memang tidak putih seperti artis Korea, tapi itulah yang menjadi paket komplit kecantikan Devina.
Dulu saat pertama kali bertemu dengan Danar, mereka masih remaja SMA. Sama-sama menempuh pendidikan di SMA yang sama, menjadikan mereka saling jatuh cinta untuk pertama kalinya. Danar yang dikenal sosok dingin dan cuek, justru terpikat pada pesona Devina. Mereka bertemu saat duduk di bangku kelas XI. Karena Devina merupakan siswi baru pindahan dari luar pulau.
Danar yang dikenal dingin dan cuek terhadap siswi perempuan di sekolah tersebut, tapi luluh ketika melihat Devina. Pertama kali memperkenalkan diri di depan kelas, nyatanya membuat Danar fokus pada sosok Devina. Ada debaran di dada Danar saat pertama kali menatap wajah cantik Devina. Suaranya yang lembut dan senyumnya yang mempesona, melelehkan es di hati Danar. Jatuh cinta pandangan pertama. Itulah yang dialami Danar saat itu.
Rasa itu semakin menggebu di hati Danar, kala banyak siswa laki-laki yang juga mengejar dan menyukai Devina. Danar bertekad untuk mendapatkan Devina. Ternyata cinta pun berbalas. Bahwa Devina juga menyukai sosok Danar pertama kalinya. Saat itu Devina penasaran dengan siswa laki-laki yang duduk paling pojok belakang sebelah kanan, terus menatapnya dengan intens. Awalnya Devina merasa gugup dan berdebar ditatap demikian untuk pertama kalinya oleh lawan jenis. Itulah yang dirasakan Devina pada saat melihat Danar di kelas itu.
Kedekatan mereka terjalin cukup singkat, mengingat Danar yang tidak bisa basa-basi mengungkapkan cinta untuk pertama kalinya pada seorang gadis. Untung saja gayung bersambut. Cinta berbalas dan berlabuh pada keduanya. Cinta Danar pun semakin besar kepada Devina waktu ke waktu. Sampai akhirnya, mereka harus rela berpisah dengan jarak dan waktu. Hubungan jarak jauh atau LDR, harus mereka jalani. Karena Danar harus mengejar impiannya untuk melanjutkan pendidikannya di luar negeri.
Meskipun jarak memisahkan mereka, tapi hati mereka tetap setia satu sama lain. Saling mengucap janji untuk setia dan menjaga cinta suci mereka. Hingga kepulangan Danar setelah kelulusan yang hampir bersamaan dengan Devina. Danar memutuskan untuk melamar sang kekasih di depan keluarga besar mereka.
*
Kembali ke masa kini, masih di lobi kantor ayahnya Devina. Satu per satu karyawan PT. Abadi Jaya mulai berdatangan. Saling menyapa satu sama lain untuk sekadar menanyakan kabar dan lainnya. Begitupun dengan Devina kepada para karyawan yang lain. Devina merupakan sosok wanita yang ramah dan supel, meski hanya senyum tipis yang terlihat di wajahnya untuk menyapa para karyawan lainnya. Devina sangat disenangi di kantornya. Meski itu adalah kantor milik ayahnya sendiri, tapi tak membuat Devina menjadi wanita yang sombong. Ia suka membantu jika ada karyawan yang mengalami kesulitan dalam pekerjaan. Profesional, itulah prinsip kerjanya. Di kantor ia akan berlaku layaknya seperti karyawan yang lain terhadap ayahnya sendiri. Yaitu menghormati sang atasan.
Posisi manager yang ia emban, itu pun didapat karena keahlian dan kepandaiannya dalam bidang manajemen sebagai lulusan terbaik di salah satu universitas negeri di Indonesia. Meskipun menikah di usia yang terbilang cukup muda, 22 tahun, tapi tak membuat Devina mengurungkan cita-citanya. Apalagi sang suami, Danar, tidak pernah melarang Devina untuk meniti karir setelah menikah.
"Pagi, Bu Devina." Sapa tiga karyawan perempuan yang serempak bersisian dengannya, sembari tersenyum.
"Hm, pagi semua." Balas Devina menimpali.
Setiap karyawan yang bersisian atau berpas-pasan dengannya, menyapa dengan ramah dan tersenyum. Bukan untuk menjilat atau sok dekat dengan anak sang pemilik perusahaan, tapi karena sikap Devina lah yang membuat para karyawan menyukai Devina.
Penampilannya masih sama seperti dulu sebelum Devina menikah dengan Danar Adijaya. Sederhana namun tetap elegan dan berwibawa sebagai penyandang istri konglomerat. Tidak pernah memakai riasan yang mencolok ataupun aksesoris yang berlebihan bak wanita sosialita umumnya. Devina tetap terlihat cantik dan berkelas dengan gayanya sendiri. Inner beauty, mungkin itulah yang menambah nilai plus pada diri Devina Maharani Subrata. Yang sekarang menyandang nama besar keluarga sang suami, Devina Maharani Adijaya.
Siapa yang tidak makin kagum dan terpesona dengannya? Cantik, pintar, sederhana, ramah, low profile, dan terlahir dari keluarga berada pula. Dan sekarang ditambah menikah dengan pria idaman para wanita, Danar Adijaya. Apalagi mereka saling mencintai. Sempurna sudah di mata orang memandang kehidupannya.
*
Memasuki lift, masing-masing karyawan mulai memenuhi kotak besi tersebut untuk naik ke ruangan tiap divisi mereka bekerja. Lantai 15 adalah ruangan tempat Devina menempati posisinya di kantor. Perusahaan ini terdiri dari 20 lantai. Sedangkan untuk posisi direktur, masih dijabat oleh Pak Hendra, ayah Devina sendiri. Di usianya yang mencapai kepala lima, Pak Hendra masih sehat dan bugar. Hal itu karena Pak Hendra dan sang istri menjaga pola hidup yang sehat. Perusahaan milik Pak Hendra ini termasuk perusahaan besar di Indonesia. Walaupun tak sebesar dan sesukses perusahaan milik keluarga Adijaya, PT. Utomo Adijaya Group, besan Pak Hendra, Doni Adijaya.
"Pagi Bu Devina! Selamat bekerja kembali, Bu." Sapa Nessa tersenyum dan sedikit membungkukkan badannya menghadap Devina sebagai atasannya di divisi tersebut sebelum memasuki ruangannya.
Setelah Devina sampai di lantai divisinya, sudah disambut sang asisten kepercayaannya juga Pak Hendra. Karena Nessa merupakan anak sahabat Pak Hendra yang ketika dulu tinggal di pulau Sumatera.
"Pagi juga Nes! Bagaimana kabarmu?" Balas Devina tersenyum tipis.
"Baik, Bu. Sekali lagi saya ucapkan selamat atas pernikahannya, Bu Devina." Ucap Nessa menatap sang atasan dengan hormat.
"Terima kasih, Nessa. Pekerjaan aman kan?" Tanya Devina memastikan pekerjaan yang ditinggalinya selama cuti pernikahan lalu, aman terkendali.
"Semua aman, Bu. Pak Hendra juga selalu mengawasi pekerjaan kami. Jadi tidak ada yang perlu Bu Devina khawatirkan." Jawab Nessa dengan yakin.
"Baiklah, kalau begitu kita mulai bekerja kembali seperti biasa. Bawa saja berkas-berkas yang perlu saya tanda tangani atau yang perlu kita bahas." Ucap Devina dengan tegas.
"Baik, Bu. Saya permisi dulu." Balas Nessa mematuhi perintah sang atasan. Devina membalas dengan ucapan 'iya' dan anggukan kecil.
Ceklek
Pintu terbuka, Devina pun memasuki ruangannya, sembari memindai ruangan kantornya yang cukup lama ia tinggalkan untuk cuti menikah. Menuju kursi kerjanya, kemudian meletakkan tas jinjingnya yang ia bawa untuk bekerja.
'Hm, semua masih sama. Aku begitu merindukan ruangan dan kesibukan ini.' batin Devina dalam hati.
Devina pun memulai kerjanya dengan memeriksa email ataupun berkas-berkas yang sudah diantarkan oleh Nessa ke ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments