Olivia menghidupkan air keran kamar mandi, menutupi volume suara tangisnya agar tidak kedengaran sampai di luar. Olivia tidak pernah menyangka jika liburan kali ini membawa malapetaka untuk hidupnya.
"Mom.... Dad.... maafkan Olivia...." ucapnya dengan lirih. Ia menagis tersedu-sedu sembari membekap mulutnya. Sesak di dada membuatnya sulit bernapas.
Olivia merasa tubuhnya kotor disentuh pria lain. Ia berasal dari daerah yang masih kental akan budaya dan adat istiadatnya. Ia wanita pribumi belum pernah melakukan pergaulan bebas. Ia hanya pergi ke Club menghilangkan perasaan jenuh dan kesepiannya. Namun hari ini semuanya hancur. Pria itu sudah mengambil harta yang selama ini Olivia jaga.
"Mengapa aku harus mengalami kejadian menyakitkan seperti ini." ucapnya dengan lirih meneteskan air matanya.
Olivia masuk ke dalam bathtub setelah bathtub terisi penuh. Ia menggosok-gosok kuat jejak biru keunggulan yang melekat di tubuhnya. Olivia tidak memperdulikan gosokan itu melukai kulitnya. Ia merasa tubuhnya sudah kotor dan hina. Padahal Ia berasal dari keluarga baik-baik. Meskipun Ia bekerja sebagai model. Ia tidak pernah mengijinkan seorang pria menyentuhnya.
Ia benar-benar merasa jijik dan terluka atas tindakan Dean. Tatapan kebencian tersimpan dalam di sorotan matanya.
"Aku akan membalas mu dengan cara elegan." gumamnya.
Olivia keluar dari bathtub, mengambil kimono yang tergantung di balik pintu.
#
#
"Ini bos, rekaman yang Anda minta." ucap seorang pria kepada bosnya.
"Kerja bagus." ujar Dean tersenyum licik. Ia merasa puas dengan kinerja anak buahnya.
Sementara sang anak buah juga tersenyum lebar mendengar pujian dari Dean.
Dean melangkah menuju balkon kamar hotel sembari menunggu Olivia keluar dari kamar mandi.
"Siapkan rencana selanjutnya, harus sesuai dengan apa yang sudah saya katakan kemarin." ucap Dean. Pria itu langsung mematikan panggilan teleponnya saat mendengar suara pintu dibuka.
Cklekk
"Kenakan dress yang ada di atas kasur!" tegas Dean tanpa mengalihkan pandangannya.
"Mengapa aku harus menggunakan dress itu?" tanya Olivia bingung. Ia mengamati dress putih tertutup sudah ada di atas kasur.
"Tidak usah banyak bertanya! jangan membantah ataupun menolak perintahku! cepat kenakan! kau hanya memiliki waktu singkat! 5 menit!" perintah Dean membalikkan tubuhnya menatap tajam mata sembab Olivia.
Olivia terdiam lama mendengar perintah Dean. Ia takut Dean akan menjualnya ke mafia kelas kakap ataupun mucikari. Namun, saat melihat tatapan menusuk dari kedua bola mata Dean, Olivia akhirnya mengurungkan niatnya menolak perintah pria itu. Olivia melangkah menuju kamar mandi mengenakan dress yang di sediakan pria itu.
Cantik dan elegan
Dua kata itu gambaran dari penampilan Olivia setelah mengenakan dress pilihan Dean. Wanita itu tersenyum kecil melihat penampilannya di dalam pantulan cermin kamar mandi
Cklek
Dean terdiam lama melihat penampilan Olivia.
"Cantik" batinnya.
Tanpa sadar kakinya melangkah perlahan mendekat kearah Olivia. Pria itu meneliti penampilan wanita itu dari jarak yang lebih dekat. Dean membungkukkan sedikit tubuhnya dan mendekatkan wajahnya di atas bahu sebelah kiri Olivia. Hingga kepalanya sejajar dengan telinga Olivia.
Tubuh Olivia merinding merasakan hembusan napas hangat Dean. Ia merasa desiran aneh menghinggapi relung hatinya. Bukan hanya itu, jantung Olivia juga berdetak dua kali lipat lebih cepat. Tiba-tiba pikiran kotor dan mesum berputar-putar di kepalanya.
"Apa kau pikir aku akan mencium mu?"
"Cih...."
"Tentu saja aku tidak akan selera menyentuh bekas pria lain." cemooh Dean menusuk hati Olivia.
Deg
Sakit tak berdarah
Kalimat itu benar-benar menggambarkan bagaimana perasaan Olivia saat mendengar perkataan Dean. Ia merasa dirinya bodoh karena terlalu cepat melupakan perilaku Dean terhadapnya.
"Ayo ikut aku! sebentar lagi acaranya akan dimulai." ujar Dean. Ia melangkah mendahului Olivia, tanpa ada niat menunggu wanita itu.
"Cih...."
"Rasa sakitmu tidak seberapa dibandingkan kematian teman-temanku, dan juga perasaan kehilangan yang dirasakan keluarganya." batin Dean berusaha mengabaikan rasa ibanya.
Olivia menatap lama punggung tegap Dean yang semakin menghilang dari pandangannya.
"Sebenarnya apa salahku kepadanya Tuhan? aku benar-benar tidak mengenalnya." ujar Olivia dengan lirih. Setetes air mata meneteskan dari sudut matanya.
Oliva berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk memastikan penampilannya. Ia sudah terbiasa dengan kebiasaan seperti itu.
"Semangat Olivia.... jangan lemah.... karena semakin kamu lemah, semakin bahagia pria itu melihat penderitaan mu."
"Dan jangan dengarkan perkataan kejam pria gila itu. Karena kamu adalah Olivia Raulse, seorang model terkenal dan seorang penolong bagi banyak jiwa. Banyak orang yang memuji kecantikan dan kebaikanmu. Jadi yakinlah hari menyebalkan ini hanya sementara." ujar Olivia tersenyum manis.
Oliva keluar dari kamar mandi dengan cepat sebelum terkena semprot ucapan pedas Dean.
#
#
2 jam kemudian
Olivia termenung lama menatap kartu nikah yang ada di tangannya "Apa yang aku lakukan?" batinnya bertanya-tanya.
"Apa yang akan terjadi setelah ini? apa dia berniat menyakitiku lebih dalam lagi?" lirihnya menatap ke arah parkiran mobil.
Mereka baru saja menikah di salah satu katedral di kota Valencia sesudah mereka menandatangani dokumen nikah. Sebagai salah satu persyaratan yang harus mereka penuhi. Setelah dari katedral Dean langsung memberikannya satu kartu nikah untuknya.
Olivia bertanya-tanya, bagaimana mungkin Dean semudah itu mendapat kartu dan dokumen nikah dalam satu malam di negara orang, pikirnya.
"Apa kau akan berdiam diri disitu tanpa berniat melanjutkan langkahmu?" sinis Dean membuyarkan lamunan Olivia.
"Kau benar-benar menghalangi jalan orang-orang yang ingin melintas!" dengus Dean melangkah melewati Olivia begitu saja.
Olivia menatap Dean melangkah menuju parkiran mobil. "Kurasa pernikahan ini keputusan yang salah." lirih Olivia memasukan kartu nikah yang ada di tangannya kedalam tas.
Ia melanjutkan langkahnya mengikuti langkah Dean menuju parkiran. Olivia tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan Ia jalani dengan pria bermulut pedas dan kasar seperti Dean.
#
#
Di Valencia
Beberapa jam kemudian mereka tiba di kota Valencia. Kota Valencia merupakan kota pelabuhan kelima yang paling sibuk di Eropa dan juga paling sibuk di Mediterania. Olivia melihat banyak kapal-kapal yang sedang terparkir di tepi pelabuhan. Ia bingung mengapa Dean membawanya menuju pelabuhan elit itu.
"Untuk apa kita disini?"tanya Olivia penasaran
"Apa pria itu berniat membunuhku setibanya ditengah laut nanti?"
"Meskipun aku ahli berenang, namun aku tidak akan sanggup bertahan lama di tengah laut tanpa bantuan orang lain." ucap Olivia dalam hati.
Olivia merasa cemas melihat daerah di sekeliling pelabuhan. Wanita itu tiba-tiba berencana melarikan diri dari Dean, sebelum Ia dibunuh. Ia masih ingin hidup lama dan berkumpul bersama kedua orangtuanya.
"Kau akan tahu setelah ini." ucap Dean datar meneruskan langkahnya.
Olivia terdiam lama mendengar perkataan pria yang sudah sah menjadi suaminya. Ia kemudian mengikuti langkah suaminya masuk ke dalam sebuah kapal yang tidak terlalu kecil. Kapal itu terlihat seperti kapal penyebrangan antara pulau.
Dari luar kapal itu terlihat sederhana, namun fasilitas di dalam kapal itu cukup mewah dan lengkap.
"Apa pria itu berniat mengajak ku honeymoon? bukankah tidak masalah? kami sekarang sudah sah menjadi suami-istri di mata agama. Berarti fine-fine aja dong." gumam Olivia tiba-tiba dengan nada suara sedikit pelan.
Dean masih bisa mendengar suara pelan yang keluar dari mulut Olivia.
"Jangan berpikir terlalu jauh, aku tidak ada niat sedikitpun untuk meniduri mu! apa kau ketagihan melakukanya dengan pria yang berbeda-beda?" telak Dean membalas gumaman Olivia.
Deg
...***Bersambung***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Queensland
Benci dan cinta bedanya cuma sehelai benang 🏃🏃🏃🏃
2022-12-21
1
Queensland
❤️❤️❤️❤️
2022-12-21
1