Malam hari di restoran
Olivia menikmati keindahan interior unik restoran di pinggir pesisir pantai. Gadis itu memilih dinner di restoran yang dekat dengan pantai, agar Ia bisa menikmati dan merasa suasana pantai di malam hari secara outdoor.
Gadis itu tidak lupa mengenakan kaca mata hitam menutupi identitasnya sebagai model ternama. Olivia sadar kalau sedari tadi seorang pria terus-menerus menatap tajam kearahnya. Pria itu terlihat seperti predator yang ingin menerkam mangsanya.
Olivia cuek saja melihat tatapan pria itu. Karena Ia sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu. Berteman dengan orang-orang yang memiliki sifat penjilat, iri, dengki, suka memfitnah, suka menjelek-jelekkan sudah menjadi santapan sehari-harinya.
Banyak pria casanova diluar sana ingin merayu dan berusaha mendekatinya. Namun sekalipun belum pernah Olivia luluh dengan rayuan mereka. Karena gadis itu tahu jika pria brengsek itu hanya ingin tubuhnya. Mereka pikir model yang sering menggunakan pakaian seksi, memamerkan sebagian tubuhnya di depan kamera adalah wanita gampangan. Padahal mereka hanya berprilaku profesional dan terlihat lebih menarik di depan kamera.
Begitupun dengan Olivia, Ia berpenampilan seperti itu karena tuntutan pekerjaan. Barang-barang branded yang melekat didalam tubuhnya merupakan barang-barang yang akan ataupun sedang launching di perusahaan. Namun tidak menutup kemungkinan juga, ada beberapa orang yang mungkin saja gelap mata melakukan hal-hal di luar batas. Mungkin karena job yang sepi, have fun, coba-coba, jatuh cinta, demi uang dan sebagainya. Olivia bukan salah satu dari mereka, karena Olivia hanya berusaha bertingkat profesional.
Olivia menghiraukan tatapan tajam Dean. Gadis itu juga bersikap bodoh amat. Ia menyuapkan sesendok demi sesendok pasta seafood pesanannya.
Setelah selesai makan malamnya, Olivia melangkah kearah pantai. Berjalan-jalan di pinggiran pantai pada malam hari membuat tubuhnya kedinginan.
"Andaikan Dena ada disini...." ucapnya dalam hati.
Olivia lalu mendudukkan bokongnya di atas tumpukan pasir kering. Ia menatap langit malam ditaburi bintang-bintang indah.
Sementara Dean bersembunyi di balik semak-semak, agar keberadaannya tidak disadari Olivia. Pria itu menatap tajam punggung belakang gadis itu. Karena posisi Olivia membelakanginya.
"Ngapain gadis itu duduk malam-malam disitu?" gerutunya berbicara sendiri.
"Apa wanita itu tidak takut diculik penghuni laut, atau hantu air laut mungkin" sambungnya lagi mengerutu.
Tak beberapa lama Dean melihat Olivia berdiri dari duduknya. Gadis itu terlihat melangkah keluar dari kawasan pinggir pantai. Selama mengikuti Olivia, Dean tidak mengalihkan pandangannya dari punggung ramping gadis itu. Karena Ia takut kehilangan jejak gadis itu.
10 menit kemudian Dean menatap lama tempat yang dikunjungi gadis itu. Ia tersenyum menyeringai membaca pamflet diluar bangunan itu.
"Apa semua wanita suka menghabiskan waktunya ketempat seperti ini?" monolog Dean menghentikan langkahnya. Setelah berdiam beberapa saat, Dean melangkah masuk ke dalam Club. Dean berjalan 2 meter di belakang Olivia agar tidak ketahuan.
"Sekali murahan tetap murahan! karena wanita baik-baik tidak akan pergi ke tempat haram seperti ini!" ucap Dean men-judge Olivia dalam hati.
Sebelum masuk ke dalam Club, Dean mengeluarkan kartu member VIP nya terlebih dahulu. Dean menunjukkan kartu itu kepada petugas yang sedang berjaga di depan Club. Alasan Dean memiliki kartu itu, hanya karena Olivia. Karena menurut informasi yang pria itu peroleh dari anak buahnya. Olivia suka menghabiskan waktunya di Club setelah pulang kerja.
Suara musik DJ terdengar cukup keras di dalam telinga Dean. Bukan hanya suara musik, suara riuh berisik pengunjung juga ikut memenuhi pendengarannya. Bau alkohol, bau tembakau tercium ke dalam hidungnya. Sebenarnya Dean sangat terganggu dengan suara berisik, bau alkohol dan juga tembakau itu. Namun demi tujuannya, pria itu harus melakukan apapun untuk menuntaskan tujuannya.
Pria itu mengalihkan pandangannya mencari Olivia di tiap meja-meja pelanggan. Namun batang hidung Olivia tidak terlihat disana. Dean mengalihkan pandangannya ke arah dance floor. Ternyata Olivia ada disana. Olivia sedang berjoget dan menikmati musik yang dimainkan DJ.
Dean mendudukkan tubuhnya di meja kosong dekat lantai dance floor. Seorang pelayan wanita melangkah kearah meja yang di tempati Dean. Pria itu menjentikkan tangannya menyuruh pelayan itu membungkuk.
Dean lalu membisikan sesuatu kepada pelayan itu. Tak lupa pria itu menyelipkan beberapa uang dolar diatas napan yang pelayan itu bawa. Dean menyeringai melihat pelayan suruhannya mulai melangkah menghampiri Olivia. Olivia terlihat masih asik berjoget di atas dance floor.
#
#
Sementara Olivia menghiraukan tatapan mesum pria hidung belang mendekatinya. Ia tidak tertarik sama sekali melihat ketampanan pria itu. Untuk apa tampan, kalau casanova pikir Olivia. Gadis itu terus berjoget menikmati musik yang dimainkan DJ ternama. Namun tanpa sengaja seorang pelayan menumpahkan segelas wine di pakaiannya
"Ma-maafkan saya, Nona."ucap pelayan terbata-bata.
Tangan pelayan itu tiba-tiba gemetaran melihat merek baju yang di gunakan wanita di depannya. Pelayan itu mencoba membersihkan bekas tumpahan wine di pakaian Olivia. Bukanya semakin bersih, malahan pakaian Olivia terlihat semakin kotor.
"Stop!" bentak Olivia berusaha meredam emosinya. Olivia benar-benar jengkel dengan tindakan ceroboh pelayan itu. Olivia berlalu begitu saja menuju toilet yang ada di Club. Ia menghiraukan permintaan maaf pelayan itu.
#
#
Sementara Dean tersenyum licik melihat kepergian Olivia. Ia tersenyum puas melihat kinerja pelayan suruhannya. Dean memberikan isyarat dengan mengacungkan jari jempolnya kearah pelayan suruhannya.
Dean melangkah menuju toilet memulai rencananya. Ia berharap Olivia mudah ditaklukkan.
Tatapan memuja dan ekspresi sensual, wanita malam layangkan kearahnya ketika melihat tubuhnya. Apa lagi pria itu hanya mengenakan pakaian casual. Jejak tubuh kekar dan perut kotak-kotak tercetak jelas di baju kaos yang dikenakannya. Dean cuek dan tidak menanggapi tatapan itu. Ia tetap melanjutkan langkahnya menuju toilet.
#
#
Di Toilet wanita
Olivia menatap dirinya di pantulan cermin sembari membersihkan pakaiannya dengan tisu toilet. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan-nya meredam rasa kesal di hatinya.
"Come on Oliv.... redam rasa marah dan kesal di hatimu. Biasanya juga kau bisa merendamnya." ujarnya pada dirinya sendiri.
Sementara di luar toilet
Dean mengangkat papan informasi toilet rusak dari samping toilet Club. Pria itu lalu meletakkannya di depan pintu toilet wanita. Dean menyemprotkan sedikit parfum ke pakaiannya. Ia kemudian masuk ke dalam toilet wanita dan langsung mengunci pintunya dengan pelan.
Ia tersenyum menyeringai melihat punggung ramping Olivia. Olivia belum menyadari keberadaan Dean. Karena Olivia masih menundukkan kepalanya membersihkan pakaiannya. Dean melangkah pelan menghampiri Olivia. Pria itu tidak melepaskan pandangannya dari tubuh ramping Olivia.
"Apa Anda lagi membutuhkan bantuan, Nona?" tanya Dean berbasa-basi. Tidak ada senyum ataupun keramahan di wajah itu. Hanya ada tatapan datar dan dingin.
Deg
Olivia cukup terkejut mendengar suara Dean, karena setahunya Ia masuk ke dalam toilet wanita, bukan toilet pria. Olivia merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Gadis itu mengangkat kepalanya menatap ke pantulan cermin. Olivia tidak membalikkan tubuhnya sama sekali.
Mata Olivia membulat melihat Dean sudah berdiri di belakangnya. Pria itu bersandar di pintu toilet WC wanita. Olivia melihat rupa Dean dari dalam pantulan cermin yang ada di hadapannya.
"Sepertinya Anda salah masuk toilet, Tuan...." ujar Olivia tanpa menjawab pertanyaan Dean.
"Saya tidak salah masuk toilet, Nona. Saya datang menawarkan bantuan kepada Anda." ucap Dean melangkah mendekati Olivia.
Perasaan Olivia semakin tidak karuan melihat pria itu mulai melangkah mendekatinya. Gadis itu dengan cepat membalikkan tubuhnya. Jantungnya berdetak kencang melihat keberanian pria itu. Jantung gadis itu berdetak kencang bukan karena jatuh cinta. Tapi gadis itu takut jika pria itu melakukan tindakan asusila kepadanya. Atau bisa jadi pria itu seorang psikopat dan berniat membunuhnya.
Olivia berusaha menormalkan detak jantunnya agar tidak mudah ditindas orang lain. Ia menatap tajam kedua mata Dean.
"Apa yang Anda lakukan disini!! keluar sekarang juga dari sini! kalau Anda tidak mau keluar dari dalam toilet, biar saya yang keluar!" bentak Olivia tanpa ada rasa takut sedikitpun. Olivia mengambil tasnya berniat keluar dari toilet.
Gadis itu berusaha menyembunyikan ketakutan dan perasaan cemasnya. Untuk pertama kalinya gadis itu berada dalam satu ruangan dengan seorang pria. Biasanya Olivia tidak akan mau satu ruangan dengan pria lain. Bahkan rekan kerjanya sudah terbiasa dengan kebiasaannya.
Dean acuh tak acuh mendengar bentakan Olivia. Ia terus melangkah mendekati Olivia memulai rencananya.
"Ternyata gadis ini cukup menarik." batinnya. Ia tersenyum puas melihat wajah Olivia berubah menjadi pucat pasi.
Setibanya di hadapan Olivia, Dean menundukkan sedikit kepalanya agar wajahnya dan wajah Olivia lebih dekat. Mata mereka saling bertemu dan saling menatap satu sama lain. Hingga membuat pipi Olivia sedikit merona.
"Sial!! mengapa aku malah terpesona dengan wajah tampan pria ini!" ucap Olivia dal hati.
Dean tersenyum licik melihat wajah merah merona wanita itu. "Wow.... apa Anda sedang tersipu malu? atau jatuh cinta melihat ketampanan Saya? " ucap Dean tersenyum sinis menatap Olivia.
"Me-mengapa saya harus tersipu malu hanya karena pria kecoak seperti Anda."sindir Olivia tidak mau mengakuinya ketampanan Dean.
Perkataan Dean mengehentikan langkah Olivia saat gadis itu akan melangkah keluar dari toilet Club.
"Aku cukup tertarik dengan tubuh mu. Aku ingin tidur denganmu!" ujar Dean menahan pergelangan tangan Olivia.
...***Bersambung***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Embun Kesiangan
duh si abang, tadi dikatain. tp koq sekarang malah pengen nyobain😅
2022-12-30
0
Embun Kesiangan
don't judge a book by the cover bang Dean😊
2022-12-30
0
Embun Kesiangan
respek for Olivia😍
2022-12-30
0