BAGIAN 2

--

*

"Sah!"

Seluruh tamu serentak memberi jawaban. Terlihat pengantin pria telah merasa lega setelah mengucapkan janji suci yang membuat hatinya bergetar. Lalu menangkup wajah Aisyah mencium keningnya penuh kelembutan. Kebahagian seakan tak ingin lepas dari kedua belah pihak keluarga. Semua tampak berbinar senang.

--

*

Seusai acara resepsi, Yusuf si pengantin perempuan lebih dulu menyuruh istrinya istirahat, ia tau Aisyah istrinya, sedari tadi menahan kantuk berat. Sementara ia lanjut mengobrol dengan abi dan ayah mertuanya. Berbagai nasehat cara menghadapi sifat perempuan, sesekali mereka serius lantas tiba-tiba tertawa.

"Perempuan itu dikit-dikit ngambek, ya, kan, Bun?" sindir Ayah saat melihat istrinya datang dengan membawa nampan diisi berbagai makanan.

Bunda mengerling malas sambil meletakkan cemilan lengkap dengan minumannya.

"Bener, Bun?" kelakar Yusuf menahan tawa.

Bunda berkacak pinggang, "Kamu mau tau ngambek yang sesungguhnya, Suf?" tanyanya meyakinan.

"Tentu."

Bunda menghela napas, beralih menatap tajam suaminya. "Malam ini Ratna ndak mau tidur sama Mas Rama!"

Setelah memberi pelajaran pada Rama, ia tersenyum puas, lalu melangkah kembali ke dapur menemani besannya. Sedang Rama menelan ludah susah payah, beda hal Yusuf dan Derald yang terus tertawa bahkan sampai terbahak.

--

*

"Yang ini bagus juga, Mbak," Tunjuk Ratna pada salah satu gambar gamis di ponselnya. Sari yang sependapat menggangguk.

"Atau Mbak punya pilihan lain?" lanjutnya mengulurkan benda pipih itu.

"Entahlah, Rat. Mbak gak ngerti fassion," alibinya sambil terkekeh pelan.

"Umi? Bunda? Belum mau tidur?" Suara lelaki terdengar, refleks dua wanita paruh baya itu menoleh, mendapati Yusuf berdiri tak jauh dari mereka.

"Bentar lagi," balas Umi tersenyum simpul.

"Emm, oke." Bingung harus bagaimana lagi, akhirnya Yusuf memilih melenggang pergi.

--

*

Membuka pintu kamar pelan, khawatir membangunkan seseorang, kemudian masuk dirasa aman. Matanya menyusuri setiap penjuru ruangan, tidak ada tanda-tanda Aisyah tidur di ranjang. Namun ada suara air dalam kamar mandi.

Pria itu memilih menyandarkan punggung di sofa, sungguh hari yang melelahkan. Badannya pegal-pegal sering kram di kaki membuatnya meringis tertahan.

Suara pintu terbuka lalu tertutup lagi, Aisyah keluar mengenakan gamis milik uminya.

Yusuf tersenyum lebar, "Duduk sini dulu." Yusuf menepuk sisi kosong sampingnya.

Aisyah melirik jam dinding sebentar lalu menggeleng. "Gak mau. Udah larut gini," ucapnya sambil berjalan lalu membaringkan diri di kasur.

Yusuf mengekor dan melakukan hal yang sama. Membuat mata Aisyah membulat sempurna.

"Kamu ngapain?" katanya terkejut.

"Tidur," singkat Yusuf seraya memejamkan mata.

Aisyah merubah posisi menjadi duduk, mengguncang bahu suaminya. "Mandi dulu sana!"

"Nanti rematik," kata Yusuf masih menutup mata.

"Gapapa!" Aisyah terus memaksa.

"Ha?" Yusuf membuka mata lantas ikut duduk juga.

"Eh!" kaget Aisyah menyadari mereka terlalu dekat. Ia segera membalikkan badan lalu tidur kembali, menarik selimut sampai menutupi seluruh badan, berharap desiran dalam dada akan segera mereda.

--

*

Sarapan pagi yang baru bagi Aisyah. Biasa hanya bertiga bersama orangtuanya. Namun, kali ini beda, suasana pun lebih ramai. Ada mertua dan adik kembar suaminya.

Sekarang bingung harus melakukan apa, sedangkan semua makanan telah tersedia di meja. Ia merasa malu sebagai menantu yang tak berguna. Bahkan shalat subuh saja hampir telat akibat gelisah semalaman.

"Pagi!" teriak si kembar menggema, membuat Aisyah sadar dari lamunan panjangnya. Segera ia berikan senyuman meski sedikit dipaksakan.

"Jangan berdiri aja, Kak. Ayo makan!" Antusias Tara dan Tari menarik lengan Aisyah, walau dirundung ragu ia hanya pasrah.

"Lho, emang udah mendingan?" heran Bunda saat melihat menantunya.

Dahi Aisyah berkerut, "Ha?"

Bunda mendekati Aisyah memegang keningnya, "Masih panas. Istirahat aja dulu, ya? Nanti Umi suruh Yusuf makan di kamar aja sama kamu."

Aisyah menurut, meski setengah bingung. Ketika di tangga menuju kamar, tak sengaja berpapasan dengan Yusuf, pria itu tersenyum hangat berhenti tepat di depannya.

"Aku mau bicara," ketusnya tanpa memandang Yusuf lantas melewati begitu saja.

Yusuf sempat heran, tapi tetap menuruti.

--

*

"Ada apa?" tanya Yusuf lembut sembari menggenggam jemari istrinya.

Sementara Aisyah masih menutup mulut rapat-rapat, matanya mulai menghangat. Namun, cepat ia seka netranya.

Yusuf menghela napas, mempersempit jarak. Tangan terulur membimbing wajah Aisyah agar mau menatapnya.

"Kenapa?" Lagi ia bertanya. Aisyah bergeming, tapi lelehan air mata menetes perlahan.

Aisyah berdiri, menghapus cairan bening di pipi. Menghiraukan suaminya yang terus bertanya hal yang sama. Kemudian ke kasur lagi.

Yusuf menghela napas panjang, bingung dengan keadaan, ia pun tidak tau harus bagaimana. Istrinya malah tidur dan sama sekali tidak bercerita.

--

*

Memandang hampa pada wanita yang masih terlelap di sampingnya. Mata sembab dihiasi bibir pucat. Dari semalam istrinya enggan berbicara. Kadang tersenyum seolah menunjukkan dirinya baik-baik saja. Namun, Yusuf tak percaya, mata Aisyah tak bisa berbohong. Suasana hatinya terpapang jelas tengah gundah gulana.

Sebuah ketukan dari balik pintu membuatnya sedikit terperanjak.

"Suf ...," panggil Uminya pelan, tapi tetap tertangkap indera pendengaran.

Yusuf segera berdiri membuka knop pintu, terlihat umi tengah membawa nampan berisi nasi lengkap dengan lauk pauknya dan segelas air putih.

Yusuf mengerutkan kening, seolah mengerti kebingungan anaknya, umi menjelaskan. "Buat istri kamu. Dari kemarin dia belum makan, kan?"

Yusuf mengangkat bahu tanda tak tahu.

"Ya Allah, Yusuf! Kemaren Umi keluar pengajian sampe pulang malam, semua makanan tetep utuh. Artinya apa cobak?"

Yusuf mengingat pasca kebisuan Aisyah, memang gadis itu sama sekali tak keluar dari kamar. Dan artinya ....

Yusuf memijat pangkal hidung, menyadari betapa tak becusnya menjadi seorang suami.

Tanpa menunggu dipersilahkan masuk, umi langsung menabrak sedikit tubuh anaknya, menerobos masuk kamar, meletakan nampan di atas nakas. Sebentar ia mengamati menantunya, lalu berbalik menatap putranya yang sedang mengamati mereka berdua.

"Apa gak dibawa ke rumah sakit aja, Suf?" tanya Umi seraya duduk di tepi ranjang, beralih menatap khawatir gadis yang berbaring menyamping.

"Jaga istri kamu baik-baik, Suf. Jangan sampai nanti dia membanding-bandingkan perlakuan kamu sama orangtuanya," lanjutnya lalu berdiri, berjalan mendekati Yusuf yang tampak merasa bersalah. Tanpa kata beliau meninggalkan putranya yang sibuk bergelut dengan pikiran yang kian berkecamuk.

--

*

Aisyah telah membaik, senyumnya pun kembali terbit menampilkan wajah berseri yang amat cantik.

Yusuf pulang, langsung tersenyum lebar memandang dua wanita tersayang sedang melipat baju diiringi tawa bahagia. Namun, hatinya masih penasaran dengan sikap Aisyah yang waktu itu tiba-tiba berubah.

"Lagi sibuk, ya?" tanyanya ikut duduk di karpet tepat samping Aisyah.

Aisyah mengangguk, tapi tangan tetap fokus pada lipatan kain.

"Saya capek, Syah!" adunya pada sang istri, tanpa meminta persetujuan menyenderkan kepalanya di punggung Aisyah.

Aisyah menegang seketika.

Umi mengangkat beberapa baju, langsung pergi tanpa pamit. Seakan memberi ruang pengantin baru untuk bermanja-ria.

"Ka-- kamu, gak malu sama Umi." Aisyah terbata seraya berupaya menjauh, tapi lebih dulu tangan Yusuf melingkari perutnya. Membuatnya tak nyaman dengan detak jantung yang terus menyentak.

"Enggak."

"Plis, lepas, ya?" mohon Aisyah penuh harap.

"Cerita dulu." tagih Yusuf masih di posisi yang sama.

"Tentang?"

"Kenapa tiba-tiba nangis dan diemin saya semaleman."

Diusapnya perlahan lengan sang suami, "Setelah itu, apa kamu mau nurutin permintaan aku?"

Mendengar hal tersebut, Yusuf mendongak, menatap intens Aisyah, "Pasti, Syah. Apapun mau kamu selagi saya bisa kenapa enggak."

Aisyah menggigit bibirnya, berusaha menutupi rasa gugup. "Aku pengen kita punya rumah sendiri."

--

*

Kalo gak ngefeel salahin aja mood aku 😌

Next?

Terpopuler

Comments

Mey-mey89

Mey-mey89

mampir thorr..

2023-01-16

1

lalalisa

lalalisa

Keren kak ceritanya. Semangat up terus ya kakak, sudah aku like .
Mampir juga yuk kak ke karya ku
judulnya: TERJEBAK CINTA SAHABAT

2020-06-07

13

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!