THE FIRST SIGHT
Penulis : Pibi
--
*
Tubuh lentur itu menari di tengah dinginnya cuaca, mata berbinar, wajah berseri, bahagia. Skripsi telah usai, lepas sudah kegundahan segala isi hati.
Salsa, hanya duduk diam sesekali menggeleng, mengamati teman seperjuangannya yang sedang bersorak-ria, menghilangkan beban. Sementara gadis itu tak henti berputar-putar, sembari menunggu mendung menjatuhkan rintikan hujan.
Dirasa lelah, Aisyah menghampiri Salsa duduk di teras rumahnya.
"Pangeran aku kapan jemput, ya?" kelakarnya sambil memposikan diri di samping Salsa.
Sontak tawa Salsa berderai, "Kelamaan sendiri, halunya makin tinggi," balasnya menyindir.
Aisya mengerling malas, lantas melipat tangan di dada, "Doain yang terbaik kek, ini malah diledek."
Salsa mencubit kuat pipi sahabatnya, membuat Aisyah berteriak keras, "Banyakin istighfar, Syah!" Ditarik kembali tangannya.
Aisyah mengelus bagian wajah yang terasa panas, menatap tajam objek sadis di hadapannya, "Cih, kaya yang punya dosa cuma aku aja." sungutnya kesal.
--
*
Aisyah menyiram satu persatu bunga di taman secara telaten. Sudah menjadi rutinitas saat libur, ia pasti akan datang. Entah sekadar memeriksa tanaman atau melayani para pembeli.
Sementara karyawan lainnya, berlalu lalang membawa bunga berbagai jenis, lalu menatanya sedemikian rupa. Agar indah dipandang mata.
"Aisyah!" panggil Bunda dari kejauhan.
Aisyah menoleh, tersenyum lembut menyambut malaikat buminya. Ia berjalan pelan menghampiri sang bunda dan dua orang lelaki di sana.
"Tolong Bunda, ya, sayang," pinta wanita setengah baya saat Aisyah telah berdiri tepat dihadapan mereka.
Aisyah mengangguk tanpa protes.
"Ini Ahmad! Anak temen SMA Bunda," kata Bunda antusias memperkenalkan pria di sebelahnya. Lelaki berperawakan tampan dengan senyum menawan.
"Yang ini Yusuf, sepupunya." Tunjuk Bunda pada pria manis yang terlihat dingin. Terbukti dari tatapannya yang datar.
"Temenin mereka keliling, ya," sambungnya, sebelum pamit melanjutkan pekerjaan.
Ketiganya mengiyakan.
Seolah tak perlu memperkenalkan diri. Aisyah langsung mengajak mereka menyusuri taman, sedikit banyak ia menjelaskan bunga yang dilewati, walau kadang bingung sendiri. Namun, bukan masalah, karena celotehnya yang kadang absurd, justru mengundang tawa dua pria tersebut.
Mereka terhenti di bawah pohon rindang paling ujung, saat Ahmad merogoh celana jeansnya, mengeluarkan benda pipih yang sedari tadi berdering. Aisyah dan Yusuf pun bergeming.
"Maaf ... sebentar, ya." Ahmad mengangkat tangannya lalu melenggang pergi, menjauh dari jangkauan dua insan yang berdekatan, tapi saling diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Yusuf melangkah, mempersempit jarak, "Suka bunga apa?" tanyanya memecah keheningan.
Aisyah menoleh, sedikit terkejut melihat Yusuf terlalu dekat dengannya. Namun, ia segera menguasai diri.
"Em, entahlah, semuanya nampak cantik nan indah." Aisyah mengalihkan pandang ke sembarang arah. Takut-takut terlihat salah tingkah.
Yusuf mengulum senyum. "Ada yang lebih indah ... rona pipi kamu."
Refleks gadis itu menatap pria yang sekarang sedang ... senyum?
Sejenak Aisyah dibuat menganga, "manisnya," batinnya terpesona.
--
*
Rasa khawatir terus mengganggu, hati was-was, mewanti-wanti perasaan orangtuanya tengah duduk di ruang tamu, bersama pria yang mengenakan baju koko putih.
Samar-samar Aisyah mendengar lelaki itu melamarnya. Namun, tiba-tiba sunyi, mungkin ayah dan bundanya tengah terkejut.
"Apa yang membuatmu yakin atas putriku? Sedang katamu, kalian baru sekali bertemu," tanya Ayah kemudian.
Suasana yang tadi sempat mencekam, kini melegakan, bersamaan dengan senyum ayah mengembang.
"Kali pertama tertatap muka, ada desir di dada. Ingin memiliki Aisyah saat itu juga, tapi, segera saya seka. Lantas memilih mencari informasi tentangnya. Dan, berakhir di depan Anda." Sekali tarikan napas Yusuf menjelaskan, tak terlihat gugup sama sekali. Seakan tengah menunjukkan keseriusannya.
"Kamu benar-benar sudah yakin?" Bunda yang sedari tadi diam angkat bicara. Masih ragu.
Yusuf tersenyum, "Saya sudah istigharah. Lalu melangkah ke rumah ini dengan mudah. Tentunya atas izin Allah."
Sepasang suami-istri tersebut, tersenyum lagi. Sebentar ayah menatap kekasihnya, seperti meminta persetujan. Bunda pun mengangguk.
"Baiklah, Nak. Kami sangat menghargai niat baikmu. Tapi semua ini tetap Aisyah yang memutuskan, bukan?"
"Tentu saja, Pak."
Ayah beralih memandang istrinya, "Coba kamu panggilkan Aisyah."
"Iya."
Bunda melenggang pergi, meninggalkan dua lelaki yang entah akan membahas apalagi.
Mengetahui bunda mencarinya, Aisyah segera keluar dari persembunyian. Sorot mata berbinar jelas tergambarkan, dengan cepat merengkuh sang bunda.
Membuat wanita paruh baya itu nyaris jatuh, jika tidak segera menjaga keseimbangan. Bersyukur tidak tersungkur.
"Astaghfirullah, Syah! Hampir copot jantung Bunda!" Dipukulnya kepala putrinya.
"Bun ...."
"Kenapa?"
"Aku gak mau turun."
Bunda melerai pelukan, menatap penuh tanda tanya. Aisyah mengulurkan selembar amplop, segera diraihnya.
"Berikan ini untuk Yusuf. Jawabanku ada di dalamnya."
Bunda mengernyit bingung, "Kenapa tidak langsung bicara saja?"
Aisyah menggeleng, "Cukuplah pertemuan pertama sebagai penarik rasa. Kali keduanya, aku ingin di sampingnya, menemani Yusuf menjabat tangan Ayah."
--
*
Dariku ....
"Aisyah namaku, kita pernah bertemu, saban hari lalu. Kau membuat pipiku bersemu. Malu. Hanya ada perbincangan singkat, ditemani aroma wangi pekat, kita ... dekat.
Lalu kamu datang, tak diundang. Ke rumah. Menemui orangtuaku. Hal itu berhasil membuat mulut terbuka, kening berkerut, dan pipi merona.
Terbesit rasa takut saat kamu bertamu. Namun, setelah mendengar semuanya, ada rasa hangat menjalar dalam dada. Mungkin, bahagia.
Tak luput dari takdir Sang Maha Kuasa, aku menerima lamaranmu. Jangan ditanya bagaimana aku menulis semua kata, tentunya, dengan semburat di pipi."
Yusuf menggenggam kuat secarik kertas dalam genggaman. Jantung memompa lebih cepat dari biasanya. Paru-paru seakan kehilangan pasokan udara, tubuh terasa melayang di temani beberapa kupu-kupu berterbangan. Inilah bahagia yang sesungguhnya.
"Besok kami sekeluarga akan datang!"
--
*
Pengumuman, gue sedang berada di fase, "Ingin pergi, tapi telanjur sayang!"
Apaan si, Thor! Gue tembak baru tau rasa😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Novel 2020
wahhhh ketinggalan nih😉
2023-08-05
1
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
Salken Thor
at the first sight... 🥰
2023-08-05
1
Mey-mey89
masih nyimak thorrr . .
2023-01-16
1