Bab 5 Club Voli Putri

"Selamat sore," sapa Imel.

"Sore," sahut nenek tersenyum ramah sementara Yuri masih melongo.

"Kebetulan sekali bertemu dengan mu di sini, apa kau tinggal di dekat sini?" tanya Imel.

"Oh, mm," sahut Yuri sambil mengangguk.

"Apa kau teman Yuri?" tanya nenek sambil memperhatikan.

"Iya, kami teman sekelas," jawab Imel yang membuat Yuri semakin syok.

Ia tak menyangka meski jarang bicara tapi Imel sudah menganggapnya sebagai teman.

"Kami baru pulang dari kebun, bagaimana kalau kau ikut makan malam bersama kami?" tawar nenek.

"Bolehkah?" balas Imel bertanya.

"Tentu saja," sahut nenek.

"Baiklah kalau begitu," ucap Imel senang.

Mereka mulai berjalan pulang, nenek banyak bertanya kepada Imel tentang rumahnya yang membuat mereka akhirnya mengobrol panjang. Sementara Yuri masih belum percaya kalau yang berjalan di samping nenek adalah Imel, seminggu ini ia selalu memperhatikan Imel dari jauh dengan banyak mengkhayal mereka mengobrol layaknya teman.

Tentu saja ini membuat Yuri syok, sepanjang perjalanan pulang bahkan sampai mereka sampai sepatah pun Yuri tidak bersuara.

Ia terus saja memperhatikan Imel yang meski baru bertemu nenek tapi sudah bisa akrab, bahkan ia membantu nenek menyiapkan makan malam.

Selesai makan malam nenek membiarkan Imel mengobrol dengan Yuri di kamar, tapi yang terjadi Yuri hanya diam bagai patung sementara Imel terus mengajukan pertanyaan basa basi yang hanya di jawab singkat.

"Jadi kau tinggal berdua dengan nenek mu ya," ujar Imel sambil memperhatikan rak buku Yuri yang dipenuhi komik.

Yuri hanya mengangguk, terlalu gugup dengan keberadaan Imel di kamarnya. Ini adalah kali pertama seseorang masuk kamarnya kecuali orangtuanya, bahkan nenek pun tidak pernah masuk kamarnya jadi tentu saja ia gugup.

Dengan keberadaan Imel benaknya berfantasi tentang pesta piyama yang hanya di hadiri oleh sahabat, tentu itu membuat wajahnya memerah karena malu.

"Yuri kau belum masuk club apa pun kan?" tanya Imel setelah menemukan waktu yang pas untuk bicara.

Yuri menggeleng, di sekolahnya dulu ia tergabung dalam club baca yang beranggotakan murid-murid pandai. Ia masuk club itu karena kegiatan club hanya membaca setiap waktu dan tak perlu berinteraksi banyak, setelah pindah rupanya di sekolah barunya tak ada club baca sehingga ia bingung harus masuk club apa.

"Bagaimana jika kau masuk club voli?" tawar Imel penuh semangat.

Yuri melongo, tentu saja karena ia tidak suka berolahraga jadi tidak mungkin ia masuk club voli. Apalagi jika masuk club itu ia harus banyak berinteraksi dengan orang, dia juga harus bisa bekerjasama sebagai tim.

"Ta-tapi... " ujar Yuri ragu.

"Sebenarnya tadi tanpa sengaja aku melihat mu melompat untuk mengambil balon, lompatanmu cukup tinggi dan jika kau masuk club voli aku yakin kau bisa bermain. Jadi bagaimana?" tanyanya.

Yuri semakin kaget, ia tak menyangka ada orang yang memperhatikannya.

"Aku... butuh bantuan mu," ujar Imel tiba-tiba dengan wajah sendu.

"Club voli putri hanya beranggotakan enam orang dan kami akan mengikuti turnamen, artinya kami hanya memiliki pemain utama. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi kemarin senior kami mengalami sedikit kecelakaan. Itu membuatku sadar bagaimana jika saat turnamen salah satu diantara kami cedera hingga tak bisa bermain lagi, karena itu... aku ingin mengajakmu bergabung dengan club voli putri agar setidaknya kami memiliki pemain cadangan," jelas Imel mencurahkan isi hatinya.

Yuri tidak benar-benar mengerti maksud Imel tapi ia ikut merasakan kegetiran itu, tiba-tiba Imel menggegam tangannya yang membuatnya terkejut.

"Kau tidak perlu ikut turnamen, aku hanya butuh kau bergabung dengan club voli dan ikut latihan saja. Tidak datang setiap hari juga tidak apa-apa," bujuk Imel.

"A-aku.... " Yuri tak tahu harus menjawab apa.

"Bagaimana jika kau lihat-lihat dulu, kau bisa datang ke lapangan dan ikut bermain sebentar jika mau. Setelah itu baru putuskan," ujarnya.

Karena tak tahan tangannya di pegang terus juga wajah serta mata Imel yang hanya tertuju padanya Yuri pun mengangguk, ia berseda datang besok ke club voli untuk melihat.

Imel bersorak kegirangan meski belum tentu Yuri mau bergabung, karena hari sudah malam ia pun pamit pulang.

Nenek yang senang akan kedatangan Imel memberinya sekantung buah jeruk sebagai oleh-oleh dan meminta Imel datang lagi kapan-kapan, saking senangnya esok harinya saat Yuri pergi sekolah nenek menelpon orangtua Yuri dan membicarakan tentang Imel.

Tentu kabar ini membuat ibunya senang, ternyata apa yang Yuri ceritakan tentang Imel bukanlah bualan.

Sementara Yuri yang masih syok tak bisa berhenti gugup saat pergi ke sekolah, apalagi saat Imel menyapanya di kelas.

Setelah pelajaran usai Imel segera menghampiri Yuri dan cepat membawanya ke lapangan voli, tak bisa menolak atau berkata apa pun Yuri membiarkan Imel membawanya.

Tiba di lapangan semua mata segera tertuju padanya yang membuat Yuri semakin gugup hingga tak berani mengangkat wajah, apalagi setelah Imel memperkenalkannya kepada semua anggota club.

Semua menyapa dan mengajak berkenalan, Yuri hanya bisa tersenyum dan menganggukan kepala.

"Bagaimana? apa kau mau coba bermain?" tanya Imel.

"Ti-tidak usah, aku melihat saja," jawabnya gugup.

"Baiklah kalau begitu berdirilah di pinggir, kadang ada bola nyasar jadi sebaiknya kau cepat menghindar jika ada bola kearahmu," ujar Imel memberitahu.

Yuri mengangguk dan membiarkan Imel pergi, mengikuti perintah ia memperhatikan bagaimana anggota club itu melakukan pemanasan dan latihan.

Mereka berlari ke sana sini mengejar bola, memukulnya melewati net dengan kekuatan penuh hingga tak jarang bola itu melayang jauh dan jatuh ke bawah dengan keras.

Yuri melihatnya sebagai pemborosan energi, tapi meski kelelahan mereka tidak mau beristirahat bahkan masih begitu bersemangat walau sudah bermandikan keringat.

Ia memang tak pernah mengerti mengapa orang-orang bisa begitu tersenyum bahagia saat dalam kelelahan, dan itu membuatnya merasa tak akan cocok dengan club itu.

Ia segera mengumpulkan niat untuk menolak ajakan Imel, tapi saat melihat Imel berinteraksi dengan teman-temannya tiba-tiba Yuri teringat akan misinya yang harus bersosialisasi.

Benar, kini ia memiliki peluang besar untuk membungkam celoteh ibunya. Ia tak harus mengobrol setiap waktu dengan mereka, hanya dengan masuk club voli dan latihan setiap hari ibunya akan berhenti memaksanya untuk memiliki teman.

Lagi pula Imel sudah mengatakan ia hanya akan menjadi pemain cadangan dan tidak perlu latihan setiap hari, setelah kegiatan club selesai Yuri pun menjawab ajakan Imel.

"Aku... mau bergabung," ujarnya.

"Sungguh?" tanya Imel tak percaya.

Yuri mengangguk, membuat Imel berseru memanggil semua anggota club sebelum mereka bubar.

"Mulai hari ini Yuri bergabung dengan club voli putri, besok dia akan mulai ikut latihan," umumnya.

"Selamat bergabung Yuri!" ucap seluruh anggota club serentak yang membuat jantung Yuri berhenti berdetak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!