Bab 2 Sekolah Baru

Udara pagi di pedesaan ternyata memang menyejukkan, betapa damai tempat itu tanpa suara klakson atau deru kendaraan. Sarapan yang dibuatkan nenek pun berbeda dengan yang setiap hari ia makan, neneknya memberi semangkuk nasi dengan lauk pauk berupa sayuran bukan roti selai kacang.

Ini adalah kali pertama bagi Yuri sehingga ia tak sanggup menghabiskan sarapan itu, beralasan takut terlambat ia cepat pergi.

Mengenakan seragam yang berbeda ia harus berjalan terlebih dahulu hingga sampai ke halte bus, barulah ia pergi ke sekolah menggunakan bus dengan durasi sepuluh menit saja.

Ibunya bilang desa itu sudah banyak berubah, dulu ia pergi ke sekolah menggunakan sepeda dan jalanan masih berupa tanah yang akan berlumpur saat musim hujan.

Kini di sepanjang jalan sudah banyak berdiri berbagai toko bahkan taman yang di buat menarik untuk bermain anak-anak, sampai di sekolah Yuri cukup gugup ada banyak anak yang berjalan melewati gerbang itu.

Padahal tak ada yang memperhatikannya tapi ia merasa seolah sedang berdiri di atas teater dengan di tonton oleh banyak orang, mencoba menghilangkan rasa gugup ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya lewat mulut.

'Aku pasti bisa!' batinnya mengambil langkah pertama melewati gerbang sekolah.

Tempat itu sama seperti sekolah pada umumnya, terdiri dari banyak ruang kelas dan beberapa ruang ekstrakurikuler. Sebenarnya ia cukup kaget juga saat sampai karena ia mengira sekolah di pedesaan akan terbuat dari kayu seperti rumah tradisional, mungkin ia terlalu banyak membaca komik fantasi hingga memiliki imajinasi yang liar.

Berjalan di sepanjang koridor ia mencoba menemukan ruang kepala sekolah, ia tahu akan lebih mudah jika bertanya tapi ia terlalu malas dan malu untuk melakukannya.

Akhirnya waktunya banyak terbuang untuk mengelilingi sekolah itu, melihat setiap ruangan sampai akhirnya bel berbunyi yang membuat murid-murid bergegas masuk ke kelas masing-masing.

Semakin merasa gugup ditengah hiruk pikuk Yuri memilih untuk berlari dan mencoba menenangkan diri di dalam toilet, tapi begitu ia masuk kedalam sepasang mata murid pria menatapnya.

Hening sejenak, mata Yuri perlahan turun menatap tubuh murid itu sampai pada pinggul yang tertutup closet.

Aaaaaaaaaa...

Jeritnya segera membalikkan badan sambil menutup mata, sementara si murid yang juga kaget karena kehadiran Yuri segera menuntaskan urusannya dan menghampiri Yuri untuk menghentikan jeritannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.

"A-aku... " sahut Yuri terbata yang masih syok.

"Apa kau tidak lihat tandanya sebelum masuk?" tanyanya lagi.

"Apa?" balas Yuri seketika sadar akan kecerobohan yang telah ia buat.

Dengan cepat ia keluar untuk melihat dan ternyata benar, ia salah masuk toilet. Merasa malu Yuri bergegas pergi dari sana, meninggalkan si murid pria yang hanya menatapnya sambil menggelengkan kepala.

Mencoba melupakan kebodohannya akhirnya ia berhasil menemukan ruang kepala sekolah, mengetuk pintu Yuri segera masuk dan mengatakan maksud kedatangannya.

Pak kepala sekolah yang memiliki wajah menyenangkan itu menyambut hangat Yuri sebagai murid baru, ia pun meminta wali kelasnya untuk segera membawa Yuri ke kelasnya.

Wali kelasnya adalah seorang guru muda yang cantik bernama bu Susi, menganjukan beberapa pertanyaan seputar tempat tinggalnya dengan nada ramah yang membuat Yuri cepat menyukainya.

Tiba di kelas barunya Yuri langsung masuk bersama bu Susi, membuat anak-anak di dalam kelas mulai berbisik-bisik tentang dirinya yang membuatnya tak nyaman.

"Hari ini kita kedatangan teman baru, silahkan perkenalkan dirimu," ujar bu Susi.

Perlahan Yuri memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya, menatap orang-orang yang sejak tadi sudah menontonnya.

"Namaku.. Ameli Yuria, salam kenal semuanya.... " ucapnya.

"Yuri begitu nama panggilan mu kan? kau bisa duduk di sana!" ucap bu Susi sambil menunjuk.

Yuri menatap arah tangan bu Susi dan alangkah terkejutnya ia saat melihat bangku kosong itu tepat berada di samping pria yang ia temui di toilet, menelan ludah Yuri berjalan cepat sambil mencoba menyembunyikan wajahnya dengan rambut selagi perhatian pria itu tertuju pada sesuatu di balik jendela.

"Nah mari kita mulai pelajarannya, sebelum itu ibu akan mengabsen dulu!" satu persatu nama pun di sebut dan yang merasa di panggil menyahut.

"Peter Noah!"

"Hadir!" sahut pria di toilet itu.

Reflek Yuri menengok ke arahnya dan saat mereka bertatapan mata seketika Yuri kembali gugup dan dengan cepat memalingkan pandangan ke bawah, sementara Noah nampak tidak peduli.

"Oh Rapka masih belum masuk ya?" tanya bu Susi sambil menatap buku absen.

"Apa kalian sudah menengoknya lagi?" tanyanya.

"Sudah bu, katanya besok dia baru akan masuk," jawab salah satu murid.

"Begitu ya, syukurlah.. " sahut bu Susi dan kembali melanjutkan mengabsen.

Pelajaran pun dimulai, tanpa kesulitan Yuri dapat mengikuti pelajaran hingga jam istirahat tiba. Setelahnya barulah ujian hidupnya di mulai, bingung harus kemana dan bagaimana ia diam di kelas.

Biasanya ia selalu menghabiskan waktu istirahat dengan melayani pembully, kini setelah mendapatkan kedamaian sebenarnya ia ingin pergi ke tempat sepi untuk membaca komik.

Tapi ia di beri misi oleh orangtua untuk segera memiliki teman sehingga ia bingung harus bagaimana, pada akhirnya ia hanya diam sampai waktu istirahat selesai.

Tiba waktunya pulang pun ia masih berjalan sendiri tanpa ada orang yang mengajak berteman, entah mengapa sejak kecil meski ia bersuara kehadirannya selalu tak di anggap dan ia kini ia sudah terbiasa akan hal itu.

"Oh Yuri, bagaimana sekolahnya?" tanya nenek menyambut kepulangan cucunya.

"Bagus nek, " sahutnya pelan.

"Setelah selesai bisakah kau bantu nenek memanen kacang? nenek akan masak itu untuk makan malam kita," tanyanya.

"Baik," jawabnya.

Nenek tersenyum sementara Yuri masuk ke kamarnya, sejak kecil Yuri adalah satu-satunya cucu yang paling penurut. Apa pun perintah orang dia akan menurutinya tanpa banyak bertanya, serepot apa pun ia saat dimintai tolong ia akan meninggalkan pekerjaannya.

Sifat baik itulah yang paling nenek sukai dari Yuri, tapi sifat itu juga yang paling membuat nenek khawatir. Saat mendengar kabar Yuri akan pindah ke desa segera nenek curiga sesuatu telah terjadi pada anak itu, dan ternyata apa yang oa khawatirkan menjadi kenyataan.

Ia hanya bisa berharap di sekolah barunya ini setidaknya Yuri akan memiliki teman, cukup satu tapi mampu membuat Yuri bahagia akan sebuah kebersamaan.

Kriiinggg...

Langkah Yuri yang baru saja hendak pergi ke luar tertahan oleh dering telpon, setelah mengangkatnya ternyata itu dari ibunya.

"Yuri bagaimana? kau sudah mulai sekolah?" tanya ibunya tanpa basa basi.

"Sudah, tadi adalah hari pertama ku."

"Kau sudah mendapatkan teman?" tanya ibunya jelas sangat berharap.

Tentu Yuri menjadi gusar karena pertanyaan itu, selama hidupnya ia tak memiliki teman lalu bagaimana bisa di hari pertama di sekolah baru ia dapat memilikinya.

Tapi ia juga tak mau mendengar celoteh ibunya yang terus mendesaknya agar berteman, akhirnya Yuri memilih untuk berbohong.

"Sudah."

"Bagus, siapa namanya?" tanya ibunya semakin penasaran.

Yuri tersentak kaget mendengarnya, ia tak menyangka ibunya akan mengajukan pertanyaan tersebut.

Berpikir keras ia hanya harus menyebutkan satu nama, tapi siapa?.

"Noah," sahutnya teringat akan pertemuan memalukan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!