Hari kedua, udara yang bersih menggelitik cuping hidungnya. Rutinitas baru segera membuatnya terbiasa, kali ini ia bisa menghabiskan nasi saat sarapan dan bisa tenang saat berjalan memasuki kelas meski tetap ada rasa gugup saat ia melihat Noah.
"Noaaaah... aku merindukanmu!" teriak seseorang tiba-tiba.
Yuri menatap heran seorang murid laki-laki tersenyum lebar saat memasuki kelas, ia berjalan menghampiri Noah dan duduk tepat di depannya.
"Oi Rapka! kau sudah sembuh?" tanya seorang murid lain padanya.
"Mm, tapi aku masih belum boleh ikut latihan. Jika hanya peregangan masih oke," sahutnya riang.
"Lain kali hati-hati," ujar Noah datar.
"Hehehe maaf Noah," ucapnya sambil menggosok belakang kepalanya.
Yuri memperhatikan Rapka dengan seksama, bagaimana cara ia bicara begitu santai tanpa beban. Jelas Rapka adalah anak yang periang dan mudah bergaul, tentu tatapan itu membuat Rapka sadar hingga menengok ke arahnya.
Sontak itu membuat Yuri merasa malu sekaligus gugup, ia membuang muka dengan cepat membuat Rapka heran.
"Apa dia teman sekelas kita?" bisik Rapka sambil menatap Yuri.
"Dia murid baru," sahut Noah datar.
"Oh pantas saja aku merasa asing," ujarnya.
"Hai semuanya!" teriak seseorang tiba-tiba.
Perhatian semua anak seketika tertuju pada satu murid perempuan yang berjalan masuk ke dalam kelas termasuk Yuri.
"Aku membawa oleh-oleh untuk kalian!" serunya lagi sambil mengacungkan tas paperback.
Semua anak segera berkerumun sambil berseru, hanya Yuri dan Noah yang masih duduk di kursi mereka.
"Wah... lucu sekali.. " seru seorang murid perempuan menatap sesuatu ditangannya.
"Iya, aku jadi tak tega memakannya," timpal yang lain.
"Kalau begitu untuk ku saja!" ujar seorang murid laki-laki sambil mengambil sesuatu itu.
Tentu saja hal itu membuat murid perempuan itu merengek hingga kejar-kejaran pun terjadi.
"Noah ini untuk mu!" ujar anak perempuan itu sambil menyerahkan sebuah permen berbentuk kucing yang terbungkus plastik transparan.
"Terimakasih," sahut Noah dengan wajah datar seakan tak peduli.
Melirik kepada Yuri yang juga diam ia datang menghampiri dan menaruh satu permen berbentuk anjing.
"Dan ini untuk mu," ujarnya sambil tersenyum.
"O-oh terimakasih," sahut Yuri sedikit gugup karena tindakan tak terduga itu.
"Kau pasti Yuria kan? perkenalkan aku Imel," ujarnya mengulurkan tangan.
Yuri mengangguk dan menyambut tangan itu.
"Selamat datang di sekolah kami, dari mana asal mu dulu?" tanya Imel sambil duduk tepat di hadapan Yuri.
Bukannya menjawab pertanyaan itu Yuri malah bengong, ia tak menyangka Imel akan mengajaknya bicara.
"Apa kau berasal dari kota?" tanya Imel lagi.
Yuri yang baru tersadar dari lamunannya segera mengangguk.
"Benarkah? bagaimana sekolah di kota? aku dengar fasilitasnya lebih lengkap dan kegiatan ekstrakurikulernya juga lebih bervariatif," tanyanya lagi kini lebih antusias.
Lagi-lagi Yuri mengangguk sebagai jawaban, Imel hendak mengajukan pertanyaan lagi tapi bel segera berbunyi yang membuatnya harus bangun dan duduk di kursinya.
Menatap Imel Yuri segera tahu dia anak yang paling ceria dan mudah bergaul, bahkan di sepanjang pelajaran ia tak henti memperhatikan Imel yang sangat aktif.
Jika Imel terus mengajaknya bicara mungkin mereka bisa berteman, tapi sayangnya Yuri memiliki sedikit masalah dengan sifat Imel. Dia cenderung lebih suka ketenangan karena itu anak aktif seperti Imel jarang bisa cocok dengannya, namun demi menyelesaikan tugas dari orangtuanya ia harus menahan ketidaknyamanan.
Masuk jam istirahat kali ini Yuri berencana pergi ke kantin untuk lebih mendekatkan diri dengan Imel, ia yakin hanya dengan duduk di samping Imel saja ia akan di ajak bicara dan mereka pun bisa berteman baik.
Sambil berjalan Yuri berfikir harus mengatakan sesuatu kepada Imel, apa pun asal mereka terlihat seperti mengobrol.
Bruk
"Aw!" pekiknya.
Terlalu fokus berfikir ia sampai tidak melihat jalan dengan benar, alhasil tanpa sengaja ia menabrak seseorang.
"Ah sialan!" gerutu seorang murid perempuan yang ia tabrak.
Melihat kotor seragamnya kena tumpahan minuman Yuri segera menundukkan kepala meminta maaf.
"Apa kau tidak bisa jalan dengan benar?" bentak orang itu emosi.
"A-aku akan segera menggantikannya," sahut Yuri yang sudah sadar akan posisinya.
"Kau pikir cukup dengan membeli minuman baru? lalu bagaimana dengan seragam ku yang kotor?" tanyanya jengkel.
"Aku akan mencucinya!" sahut Yuri.
Ia sudah terbiasa maka ia tahu cara cepat menyelesaikan masalah, sadar bahwa Yuri sungguh-sungguh dalam ucapannya ia melepas jas seragamnya dan memberikannya kepada Yuri.
"Cuci yang bersih! setelah itu temui aku di tangga, jangan lupa minumannya juga!" ujarnya tegas.
"Baik," sahut Yuri sambil mengangguk.
Setelah orang itu pergi Yuri bergegas menyelesaikan tugasnya, ia ingin cepat menyelesaikan masalahnya agar bisa cepat pergi ke kantin.
Membawa jas bersih dan sekaleng minuman ia pergi menemui orang itu di tangga, nampak ia sedang mengobrol dengan teman-temannya.
Begitu Yuri datang seketika hening, membuat Yuri cukup gugup dan ragu untuk mendekat. Sementara mereka menatap Yuri dengan pandangan mencibir, pandangan yang selalu Yuri terima dimana pun ia berada.
"I-ini seragam mu dan... minumannya," ujar Yuri pelan sambil menyerahkan kedua benda itu.
"Terimakasih," sahut orang itu sambil menerimanya namun jelas wajahnya tidak menunjukkan rasa terimakasih yang benar.
Sudah tak memiliki kepentingan Yuri hendak pergi untuk mengejar waktu istirahat yang hanya tinggal beberapa menit lagi.
"Tunggu!" sergah orang itu menahan langkah Yuri.
Tadi minuman ku yang tumpah rasa jeruk, kenapa kau memberikan ku rasa mangga?" tanyanya.
"Oh, itu... rasa jeruk sudah habis karena itu.. aku membelikan rasa lain," sahutnya mulai merasa takut karena melihat raut wajah tak senang.
"Kenapa kau tidak bertanya dulu padaku? aku tidak suka rasa mangga!" hardiknya.
"Ma-maafkan aku," sahut Yuri segera menundukkan kepala.
Cetlek
Dia membuka kaleng minuman itu, berjalan mendekati Yuri dan.
Byuurr...
Tak di sangka ia menuangkan minuman itu ke kepala Yuri yang sedang menunduk, kaget di awal namun Yuri tetap diam saat ia kembali mengingat pembullyan yang terjadi padanya.
Ternyata kemana pun ia pergi semua akan sama saja, ia tetap akan di perlakukan secara tidak adil. Lalu untuk apa berusaha? bukankah itu hal yang sia-sia? memejamkan mata Yuri menelan ludah dengan pasrah sementara orang menuangkan minuman tertawa bersama teman-temannya.
"Hei apa yang kau lakukan?" teriak seseorang memergoki perlakukan tidak pantas itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments