Dafa masuk kembali kedalam kamar, dia melihat Chika sudah memejamkan matanya. Sebenarnya, Chika hanya pura-pura tidur.
Maafkan aku Chika, mungkin waktu akan memperbaiki semuanya suatu hari ini. Tapi hari ini aku masih belum bisa memenuhi kewajiban ku.
Dafa lalu merebahkan dirinya disamping Chika dan memeluk guling sebagai gantinya.
Pagi hari.
Ada surat dari dokter untuk mereka. Kala itu mereka sedang sarapan bersama.
"Untuk siapa mbak?" tanya Chika.
"Untuk tetangga depan rumah non," jawab Nanny sambil tergopoh-gopoh berjalan mendekati mereka.
"Katanya tidak ada orang. Jadi dititipkan pada kita," kata Nanny lagi.
"Ya sudah mbak," Chika membiarkan surat itu ada diatas meja. Mereka kembali makan.
Sementara, Dewi baru saja pulang dari rumah kedua orang tuannya. Dia mendapat telepon dari kurir dokter itu jika suratnya dititipkan pada tetangga depan rumah seperti permintaannya.
Dewi melihat pintu rumah Dafa terbuka. Dia lalu masuk kedalam dan kaget ketika melihat Chika sedang makan dengan Dafa. Dewi terbelalak tak percaya. Chika bisa makan satu meja dan begitu dekat dengan Dafa. Terbesit tanya didalam hatinya.
Apa hubungan Chika dengan Dafa? Kenapa ada dirumah Dafa sepagi ini?
Dafa dan Chika yang sedang makan juga kaget ketika melihat Dewi sudah berdiri tidak jauh dari mereka.
Astaga. Dia melihatku. Apa yang harus aku katakan padanya? bisik Chika dengan dada berdebar hebat.
Sementara Dafa terlihat tenang saja. Sejak awal dia tidak setuju dengan ide Chika untuk merahasiakan pernikahanya pada Dewi. Karena rumah mereka dekat, lambat laun pasti akan ketahuan.
"Dewi!?" Dafa bangun dan berdiri.
"Hai....maafkan aku. Aku masuk rumahmu. Pintunya terbuka. Dan...apakah ada surat untuk diriku?" Dewi juga kaget dan terbata melihat teman kuliahnya bisa ada dirumah Dafa sepagi ini.
"Oh ya. Ini....tadi kurir itu menitipkannya pada kami," kata Dafa.
Kami? Kami artinya dua orang? Apakah mereka tinggal bersama? Dafa berbohong padaku? Chika juga membohongiku? gumam Dewi tertegun.
Dafa menatap Chika berharap Chika mengatakan sesuatu dan jujur pada teman kuliahnya, sehingga semuanya menjadi mudah dan tidak perlu kucing-kucingan lagi.
"Chika...kok kamu disini? Kamu kenal dengan Dafa?" Bagaimanapun Dewi tidak tahan untuk tidak bertanya apa hubungan mereka jika sepagi ini sudah ada dirumah orang lain.
"Ehm....itu...ehm...aku... sebenarnya aku dan Mas Dafa sudah menikah. Dan aku minta maaf padamu karena merahasiakan semua ini. Aku malu jika teman-teman ku tahu dan itulah sebabnya aku merahasiakan nya,"
Dewi nampak sangat shock dan terkejut. Awalnya Dafa mengaku duda. Dewi pun mulai jatuh hati padanya, berharap cintanya bersambut suatu hari nanti dengan berbagai upayanya untuk mendekati Dafa.
Ternyata Dafa sudah punya istri. Dan istrinya adalah teman satu kuliah nya. Entah kenapa hatinya tidak bisa menerimanya. Dia terluka karena kebohongan mereka yang sudah membuat nya berharap akan cinta Dafa yang dia pikir masih sendiri.
Hati Dewi sakit dan hancur.
"Oh, jadi kalian sudah menikah? Dafa...kenapa kamu tidak bilang sejak awal. Jika kamu bilang, maka...." Dewi tidak meneruskan kalimatnya. Kalimat itu dia katakan didalam hari dengan lirih.
.....maka aku tidak akan jatuh cinta padamu. Aku terlanjur mencintaimu. Dan aku berharap bisa memilikimu.
"Aku...pamit pulang....dan terimakasih..." Dewi lalu pulang kerumahnya.
Dafa dan Chika saling berpandangan. Bahu mereka sempat menegang tadi. Sekarang sudah normal lagi. Mereka juga tidak tahu jika Dewi menyimpan cinta untuk Dafa dan kemarahan untuk Chika akibat kebohongan yang mereka lakukan.
"Bagaimana jika dia....maksudku, apakah dia akan membuat masalah untukmu di kampus setelah tahu kita menikah,"
"Semoga saja tidak...kita bertetangga. Harusnya dia tidak melakukan itu," kata Chika dan menipiskan bibirnya berusaha tersenyum manis didepan Dafa dan bersikap tenang kendati dalam hatinya tetap berdebar ketika nanti bertemu Dewi di kampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments