Bab 3 Simalakama

Chika menyisir rambutnya dengan cepat dan hari ini dia akan berangkat lebih pagi dari biasanya. Dia ingin datang sebelum Dewi membuat masalah di pagi hari itu.

"Mas, buruan. Aku ingin berangkat pagi hari ini,"

"Tapi sekarang baru jam 5.30," Dafa melihat jam di tangannya.

"Aku juga sudah mengemas sarapanmu. Kamu sarapan di kantor saja ya. Aku juga akan sarapan dikampus," kata Chika dan segera mengambil tas berisi makanan dan akan memasukkanya di mobil. Namun seketika, dia terkejut ketika melihat Dewi akan berjalan ke arah rumahnya.

"Astaga. Ngapain dia pagi-pagi datang kemari?"

"Ini...ini untukmu. Makan di kantor saja. Aku...akan sembunyi...Dewi sedang menuju kemari," Chika dengan tergesa-gesa memberikan kantong itu untuk suaminya. Dia lalu masuk ke kamar diruang tamu.

"Hai Dafa...." sapa Dewi karena pintu depan rumah Dafa sudah terbuka. Nanny sedang menyapu halaman dan mempersilahkan Dewi untuk masuk kedalam.

Dafa terkejut lalu menoleh.

"Hai...."

"Oh ya. Apa aku bisa berangkat bareng ke kampus. Kebetulan aku tidak dijemput hari ini. Sopir papahku lagi sakit. Dan aku....bisa terlambat. Bukankah kamu bilang arah kita sama?"

Dafa nampak berfikir dan menahan nafas sejenak.

"Baiklah."

"Kamu bisa tunggu diluar, aku akan mengambil tas kerjaku dulu,"

Dafa lalu masuk ke kamar dimana Chika bersembunyi.

"Kamu pergilah dengannya. Aku bisa naik taksi. Mau bagaimana lagi. Aku tidak bisa satu mobil dengan kalian, aku belum siap," kata Chika dan Dafa mengangguk. Dia lalu mencium kening istrinya.

Aku tidak mengerti apa yang kamu pikirkan dan inginkan. Semuanya jadi seperti ini karena kamu ingin kita menyembunyikan status pernikahan ini, batin Dafa.

Dafa lalu berangkat bersama Dewi yang numpang mobilnya. Nannyi yang baru saja selesai menyapu kaget saat menatap bosnya tertinggal.

"Aduh non Chika...bapak baru saja berangkat. Non ketinggalan. Non apa ngga berangkat bareng Bapak?" Nanny kebingungan.

"Ngg...nggak. Aku berangkat naik taksi saja," Nanny nampak bingung. Tapi dia juga tidak mau bertanya dan kepo masalah majikannya.

Chika duduk di meja makan dan membuka nasi yang tadinya akan dia bawa ke kampus.

"Dasar wanita itu. Ada saja alasannya untuk mendekati Mas Dafa," sungut Chika dengan kesal.

Terpaksa dia sarapan dirumah dan niatnya untuk menghindari gangguan Dewipun gagal. Dia berangkat seperti biasanya. Dan ketika sampai di gerbang, bertemu dengan Aldo yang menunggunya.

"Hai Chika...tumben ngga dianter?" tanya Aldo ketika melihat Chika turun dari taksi.

"Bukan urusanmu! Pergilah dari hadapanku!" kata Aldo dan menggeser kakinya ke kanan dan membiarkan Chika lewat.

Pasalnya, tadi Aldo melihat Dewi keluar dari mobil Dafa. Diapun bingung bagaimana hal ini bisa terjadi.

"Hai Al!" Sapa Dewi ketika Aldo lewat di depannya.

"Duduk sini!" Dewi menggeser duduknya.

"Hari ini aku seneng banget!"

"Kenapa? Dapat undian?" tebak Aldo.

"Pokoknya...aku senang banget. Kamu tahu ngga? Tadi pagi aku berangkat bareng tetangga depan rumahku. Dia kan duda. Tapi entah kenapa sejak pertama melihatnya, aku langsung jatuh cinta padanya..." kata Dewi berkelakar dipagi hari dan mencurahkan rasa bahagianya.

"Apa!? Duda!?" Aldo yang sedang mengunyah permen karet hampir tersedak karena mendengar jika Dafa adalah seorang duda.

"Iya. kamu tahu ngga? Laki-laki yang kamu lihat tadi itu. Dia rumahnya persis didepan rumah aku. Dan...aku tidak melihat istrinya jika memang dia punya istri. Dia juga bilang kalau dia duda padaku,"

Deg.

"Jadi....dia bilang padamu kalau dia itu duda?" Aldo lebih terkejut lagi.

Apa Chika dan Dafa tidak jadi menikah?

Apa Dafa tidak menikahi Chika karena dia sudah tidak perawan lagi?

"Hush! Kok malah melamun? Memangnya kamu kenal sama pria itu?"

"Siapa? Dia? Ngga lah. Gue ngga kenal? Emang dia aktor atau orang hebat hingga semua orang harus mengenalnya..." Aldo nampak kesal jika ingat pada Dafa yang sudah membuat wajahnya babak belur.

Chika lewat depan Aldo dan Dewi. Dia pura-pura tidak melihat dan malas menegur mereka.

Tiba-tiba, Dewi iseng dan merentangkan kakinya kedepan, hingga membuat Chika terjungkal di hadapannya.

"Oouuufff maaf...aku tidak tahu kalau kamu akan lewat...apakah kau tidak papa?" Dewi pura-pura menolong Chika.

"Lain kali, aku akan membalasmu," gumam Chika lirih, Aldo menolongnya berdiri.

"Kamu tidak papa?" Aldo meniup lututnya.

"Apa yang kamu lakukan? Aku tidak papa," Chika kesal karena Aldo memegang dirinya dan meniup lututnya yang kemerahan.

Chika segera melepaskan pegangan Aldo dan masuk ke kelas.

"Apa yang kamu lakukan? Kenapa membuatnya jatuh?" Aldo menatap marah wajah Dewi.

"Heh! Aku melakukan semua ini agar kamu menjadi pahlawan nya. Dasar!" Dewi kesal karena Aldo tidak mengerti triknya untuk membuat Chika kembali jatuh cinta pada Aldo.

"Ohh. Sorry. Kenapa tidak bilang dari tadi?"

"Ck, dasar bunglon!"

"Apaan!"

"Sudahlah! Lebih baik tidak tahu artinya!" Dewi melenggang dengan kesal karena Aldo dia anggap bodoh dan tidak tahu tujuannya membuat Chika jatuh dihadapannya.

Sampai didalam kelas. Dewi memberikan plester pada Chika.

"Maaf soal barusan. Aku tidak sengaja," kata Dewi dan Chika menerima plester itu karena lututnya perih.

"Kau butuh obat merah?"

"Tidak perlu, cukup sedikit menjauh dariku. Itu sudah membantuku," kata Chika sinis.

"Eh...apa?" Dewi menatap tajam wajah Chika.

Dasar gadis aneh! Sudah di bantu malah sombong!

Pulang kuliah...

"Chika...kamu tidak dijemput? Kalau begitu, bagaimana jika aku mengantarmu pulang?"

"Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri!"

Kali ini Chika meminta Dafa untuk tidak menjemputnya. Dia tidak ingin terjadi hal seperti kemarin atau ada salah satu temannya yang curiga padanya jika dia sudah menikah di usia muda. Entah kenapa ada rasa malu jika dia harus mengakui sudah menikah di usia semuda ini.

Aldo semakin yakin dengan apa yang Dewi ucapkan tadi pagi.

Jangan-jangan mereka tidak jadi menikah. Waktu itu, Dafa pasti hanya menggertakku saja. Setelah tahu jika aku yang menodai calon istrinya, maka dia memutuskan untuk menggagalkan pernikahan mereka.

Chika...sudah kubilang jika kita ditakdirkan untuk bersama. Sayangnya...kamu seperti merpati. Kelihatan jinak namun sulit sekali aku tangkap kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!