Tanpa disangka oleh Jefran, gadis yang pingsan itu adalah Lidya. Yap, Lidya teman sebangkunya Jefran. Bukannya dia pergi bersama gengnya ke kantin? Ditengah perjalanan menuju kantin, Lidya mendapat pesan dari Wali kelas agar mengambil contoh jurnal kelas tahun lalu. Untuk apa? Yah untuk menulis setiap data siswa di kelas dan fungsinya dalam kelas.
Tanpa aba-aba Jefran langsung menggendong Lidya menuju UKS. Bisa ditebak, saat perjalanan menuju UKS banyak pasang mata yang melihat Jefran menggendong Lidya ke UKS. Tidak banyak juga orang yang berbisik-bisik melihat kejadian ini, tak mereka sangka sang anak kesayangan Presiden pingsan dan digendong oleng orang yang bisa di bilang bukan seseorang yang sederajat 4 temannya yang kaya raya.
Siswi A, " Gue enggak tahu apa yang terjadi, kalau Pak Presiden tahu kalau anaknya pingsan di sekolah."
Siswi B, "Mana digendong orang asing lagi, ngomong-ngomong ganteng juga yah."
Siswa C, "Kayaknya negara kita bakal ada kabar gempar nih gays."
Begitulah ocehan tidak berfaedah dari mulut siswa dan siswi yang melihat kejadian ini.
"Pak guru!" Teriak Jefran ketika masuk terburu-buru ke dalam UKS, ia menaruh Lidya dengan hati-hati di atas ranjang UKS untuk diperiksa.
"Masya Allah.. Lidya kenapa bisa pingsan?" Pak Guru sekaligus Dokter di sekolah itu kaget karena yang pingsan adalah Lidya, si anak emas Presiden.
Dari luar sudah ada teriakan yang dari gengnya Lidya.
"Buset dah, nih anak tadi gue minta ditemenin nggak mau, kan pingsan," omel Beby Permata sambil memegang kening Lidya.
"Palingan dia capek karena banyak latihan pemandu sorak," ucap Alfi dengan santai.
Ia memang orangnya begitu. Dingin dan tidak akan terlihat panik melihat kejadian seperti ini, tapi suatu saat ada waktunya ia akan menjadi seorang lelaki yang manja dan susah di atur.
"Eh, Jefran. Kenapa lo di sini?" Tanya Feby kepada Jefran.
"Oh iya, gue yang bawa Lidya ke sini. Tadi dia pingsan di dalam perpustakaan," jelas Jefran kepada mereka.
"Kalau gitu gue balik ke kelas dahulu," pamit Jefeam. Saat ingin keluar, ada sebuah tangan yang menahannya untuk keluar.
"Makasih banyak yah Jef, udah tolongin temen gue," ucap Feby. Feby lah orang yang menahan Jefran untuk tidak pergi.
"Iya, makasih. Eum boleh lepas ga tangan gue, gue mau kembali ke kelas," ucap Jefran agak risih, karena tangan Feby masih indah memegang lengan Jefran.
"Oh, maaf. Kalau gitu hati-hati yah di jalan," kata Feby sambil senyum ke Jefran.
Saat Feby kembali ke dalam ruangan UKS, ia mendapati bahwa Lidya sudah siuman.
Kata dokter hipotensi Lidya kambuh lagi karena terlalu memaksakan diri untuk berlatih pemandu sorak. Bagaimana tidak, Lidya adalah pemimpin pemandu sorak jadi mau tidak mau ia harus ekstra semangat untuk perlombaan yang akan mereka ikut. Sedikit info, Hipotensi adalah penyakit tekanan darah rendah, kondisi tersebut bisa menyebabkan aliran darah ke otak dan organ vital lainnya seperti ginjal menjadi terhambat atau berkurang. Itulah sebabnya orang yang mengalami tekanan darah rendah akan mengalami gejala berupa kepala terasa ringan dan pusing. Ada juga yang sampai pingsan seperti Lidya.
"Oalah my baby, kamu tuh gak perlu terlalu memaksakan diri gitu dong. Kasian nanti kamu sakit terus," omel Beby Permata yang bisa dibilang terlalu over perhatian.
"Kalau kamu gak enak badan biar izin pulang rumah aja, gue juga nelpon supir pribadi lo biar langsung jemput lo pulang rumah," ucap Aditya sang ketua kelas yang sangat bijak kalau bisa dibilang.
Beberapa menit kemudian sopir pribadinya Lidya pun datang dan membawa Lidya pulang ke rumah.
Teman satu gengnya pun kemudian keluar dari UKS untuk kembali ke kelas. Di Perjalanan pulang menuju kelas, Aditia sempat menahan Feby untuk berbicara empat mata .
"Feb." Panggil Aditia.
"Boleh gue minta waktunya lo buat ngomong sesuatu?" Lanjutnya.
"Boleh, emangnya kenapa?" Tanya Feby.
"Kalau gitu gue ama Alfi dahulu yah ke kelas, daah kalian berdua!" Beby dan Alfius pun jalan meninggalkan Feby dan Aditia sendiri disitu.
"Gue liat dari tadi ke ada yang beda dari lo Feb, gue curiga nih ama lo," ujar Aditia seperti sedang mengintimidasi Feby untuk memberi tahu sesuatu.
"Ha? Apaan setan? Lo kira gue pencuri jadi lo ke curiga gitu ama gue," balas Feby yang seakan di curigai oleh Aditia yang tidak-tidak.
Aditya terkekeh.
"Heh Dit, lo ga kerasukan kan? Jangan becanda lo Dit, gue merinding nih," ucap Feby yang rada takut karena ketawa Adit yang bisa dibilang seperti Mak Lampir. Ganteng sih, tapi kalau ketawa modelan kaya Mak Lampir.
"Sembarangan aja lo Jaenab. Gue curiga nih yah, lo suka sama Jefran? Jujur aja ke gue, lo kan tahu gue bisa simpan rahasia," ujar Adit sambil di iringi kedipan mata sebelah yang jika dilihat oleh orang lain, maka seketika orang itu akan kejang-kejang karena kegantengannya.
Keringat dingin mulai muncul di wajah Feby. Sepertinya memang benar ia suka dengan Jefran. Lihat toh, tadi saja dia memegang tangannya Jefran pas di luar ruangan UKS.
"Lo tahu dari mana Dit kalau gue suka ama Jefran? Jangan-jangan lo lagi ikut ilmu ilmu yang nggak bener yah?" Feby mulai mencurigai Adit.
"Sembarang aja kalau lo ngomong Feb. Gue gini gini nih ahli dalam melihat orang yang sedang jatuh cinta ke orang lain. Awal masuk si Jefran aja nih yeh, gue bisa liat tatapan mata lo tuh ke beda gitu. Kayak bukan ke bisanya tatapan lo ke gue ama temen-temen," jelas Adit.
"Apalagi tadi diluar UKS, pas lo pegang tangannya Jefran. Gue ngintip tadi pas lo keluar karena gue ngerasa ada yang nggak beres gitu. Sumpah Feb, kelihatan bener kalau lo emang suka ama si Jefran." Lanjut Adit yang membuat Feby tiba-tiba kaget.
"Iyah, gue jujur, gue suka si Jefran pas dia masuk ke kelas kita. Nggak tahu kenapa tapi pas dia masuk ke kelas tuh gue langsung jatuh hati ama dia. Gue juga iri banget ama si Lidya, udah duduk bareng si Jefran lagi sampai tadi di gendong ke sini. Gue kayak mau gila sumpah," Feby seperti mulai gila dengan sosok Jefran yang dingin, tapi memiliki hati malaikat.
"Yaudah atuh, kita kembali ke kelas, entar ada pelajaran Kimia sama Ibu maria. Lebih baik cepat deh dari pada kita kena hukum," ucap Aditia.
Kemudian mereka pun kembali ke kelas sebelum ibu Maria masuk. Ibu Maria adalah guru paling galak di sekolah itu. Semua takut kepadanya, ia adalah istri dari pemilik sekolah ini. Jadi tidak ada murid yang berani melawan ataupun bandel kepada ibu Maria.
Aditia melirik kanan kiri, ia melupakan sesuatu, "Hp gue tadi di taruh dimana ya?" Pikirnya bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments