Chapter 5

"Ahhh!" Jingga memekik. Ia berusaha menambah kecepatan, tapi jalanan begitu licin. Hampir saja ia kehilangan keseimbangan.

Ia seakan-akan terjebak di dalam bola kaca yang bisa menciptakan hujan salju bila bola itu dikocok-kocok.

Terhuyung-huyung ia berlari menuruni jalan. Butir-butir gerimis menerpa dirinya dari segala arah. Seluruh lereng gunung seolah-olah bergetar dan bergoyang.

Aduh! Mana jalan aspalnya? pikir Jingga panik.

Ia kehilangan arah gara-gara hujan gerimis mulai lebat. Sementara setiap langkah sepatu botnya terbenam dalam kubangan lumpur yang dalam.

Tapi ia terus berlari. Ke bawah... pokoknya ke bawah...

Derap langkah si serigala putih terdengar semakin dekat.

Jingga menoleh ke belakang. Binatang ganas itu sudah hampir berhasil mengejarnya. Gerak langkahnya berirama. Dengan mudah melompati kubangan-kubangan lumpur di atas permukaan tanah yang gembur dan bebatuan yang menghalanginya.

Jingga tidak melihat batu-batu licin yang menyembul di tepi jalan.

Dan kakinya tersandung batu.

"Ohhh!" teriaknya ketika rasa nyeri menjalar ke seluruh kakinya. Kali ini ia benar-benar kehilangan keseimbangan.

Jingga jatuh ke depan.

Dan terempas keras.

Mulutnya megap-megap untuk menarik napas.

Kalang kabut gadis itu berusaha bangkit. Tapi terlambat. Dengan tak berdaya ia melihat si serigala putih menerjang ke arahnya.

Di luar dugaan Jingga, serigala itu berhenti beberapa langkah di hadapannya.

Binatang itu merundukkan kepala dan menatap Jingga, napasnya terengah-engah.

Jingga melihat dadanya mengembang dan mengempis di balik bulu putihnya yang tebal. Beberapa butir air hujan tampak meleleh di lidahnya.

Jingga menatapnya dengan ketakutan. Perlahan lahan ia berdiri. Ia mengusap rambutnya dan menepis butiran air hujan yang menempel di bagian depan mantelnya.

Apakah serigala itu cuma berhenti sebentar untuk mengatur napas?

Apakah ia akan menyerangku begitu aku mencoba lari?

Jingga membatin gusar.

"Pulang," ia berbisik.

Suaranya hampir tak terdengar di tengah angin yang menderu-deru.

Serigala putih itu terus menatapnya.

Jingga melangkah mundur. Ia tidak berani melepaskan pandangannya dari serigala itu.

Jingga mundur selangkah. Lalu selangkah lagi.

Serigala itu memperhatikannya, tapi tidak bergerak.

Jingga akhirnya sampai di jalan aspal. Yes! Aku berhasil menemukan jalannya, ia berseru gembira di dalam hatinya.

Jingga terus mundur teratur.

Serigala itu menegakkan kepala. Menurunkan ekornya. Menegangkan punggungnya.

Binatang itu mengawasi Jingga dengan matanya yang cokelat. Matanya bersinar seperti mata manusia.

Apa yang sedang dipikirkannya?

Kenapa dia mengejar-ngejar aku?

Apakah untuk memastikan aku benar-benar turun gunung?

Dan bukannya mendaki ke puncak?

Apakah serigala itu ditugaskan laki-laki aneh tadi untuk mengawalku sampai ke bawah?

Jingga bertanya-tanya dalam hatinya.

Gadis itu kembali mundur selangkah. Lalu selangkah lagi.

Serigala itu tidak bergerak.

Jalan yang dipenuhi kubangan lumpur membelok dan sampai di batas jalanan aspal.

Jingga terus mundur sampai serigala itu tidak kelihatan lagi.

"Fiuh!" Jingga menarik napas lega. Kemudian berbalik. Dan berjalan cepat-cepat menuju ke desa, ke rumahnya yang baru.

Setiap beberapa detik Jingga menoleh ke belakang. Tapi serigala itu tidak mengikutinya.

Hujan sudah bertambah lebat. Jingga menarik tudung mantelnya untuk menutupi kepalanya. Ia memegangnya dengan kedua tangan, dan kembali menyusuri jalan.

Ibunya pasti bingung karena gadis itu belum kembali juga. Jingga memang telah pergi jauh, lebih lama dari yang ia rencanakan.

Awan-awan rendah menghalangi matahari. Langit hampir gelap gulita.

Jingga melewati rumah-rumah di kedua sisi jalan. Beberapa rumah telah menyalakan lampu. Di salah satu rumah ia melihat api menari-nari di perapian. Asap hitam tampak mengepul-ngepul dari kawat-kawat jendela dapur masing-masing rumah.

Jingga melewati orang-orangan sawah aneh dengan bekas luka di wajahnya. Kedua lengannya yang terbuat dari ranting pohon bergetar karena tertiup angin. Sepintas lalu orang-orangan sawah itu seperti melambaikan tangan pada gadis itu.

Jingga mulai berlari.

Satu lagi orang-orangan sawah yang sama menyambut Jingga ketika gadis itu melewati tikungan berikutnya.

Aku benci desa ini! ujarnya dalam hati. Tempat ini terlalu freak! Freak! Aku tak akan betah tinggal di sini. Kenapa Mama membawaku ke sini?

Lamunan gadis itu dibuyarkan oleh bunyi berdebam yang tiba-tiba terdengar di belakangnya.

Aku dibuntuti! pikir Jingga.

Si serigala?

Bukan. Bunyi langkahnya lain.

Ini bunyi langkah manusia, Jingga menyimpulkan.

Laki-laki sinting berjanggut tadi---dia membuntutiku!

"Ohhh!" Jingga mengerang ketakutan. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik untuk menghadapinya.

"Jingga---hai!"

Jingga memekik tertahan dan melihat Magenta berdiri di seberang jalan.

Cowok itu menyeberang dan menghampiri Jingga. Rambutnya yang hitam penuh butiran air hujan. "Kamu barusan aja lewat rumah kami," ia berkata sambil menunjuk ke halaman rumahnya. "Kamu gak lihat aku sama Dewa?"

Jingga memandang melewati pundak Magenta, dan melihat Dewa melambaikan tangan padanya dari depan rumah mereka.

"Nggak. Aku... ehm... hujannya mulai deres, jadi... " Jingga tergagap-gagap.

"Kamu baik-baik aja, kan?" tanya Magenta.

"Ehm..." Jingga ragu-ragu untuk menjawab. "Aku abis dikejar serigala putih, " ujar gadis itu akhirnya. "Ada orang gila. Dia tinggal di deket puncak gunung. Aku dikejar serigala piaraannya dan dia..."

"Kamu ketemu Empu Brajasena?" seru Magenta.

"Hah? Empu?" Angin meniup tudung mantel Jingga hingga terlepas dari kepalanya. Ia menatap Magenta sambil memicingkan mata. "Jadi, orang itu semacam paranormal?"

Magenta mengangguk. "Dia tinggal di pondok yang dia bangun sendiri. Dia punya peliharaan serigala putih bernama Gardapati. Sebenarnya aku udah mau ngasih kamu peringatan tadi, tapi..."

"Peringatan?" Jingga menyela Magenta.

"Yah. Aku cuma mau kasih tahu, sebaiknya kamu jauh-jauh dari rumah itu. Empu Brajasena sama serigalanya, mereka sama-sama aneh."

"Bukan aneh lagi!" Jingga bergumam sambil geleng-geleng kepala. "Jadi itu sebabnya kamu sama Dewa gak pernah naik ke puncak gunung?"

Magenta menundukkan kepalanya. "Ehm... itu cuma salah satunya."

Jingga menunggu Magenta melanjutkan penjelasannya.

Tapi cowok itu diam saja. Ia terus saja menatap taburan bunga kuning dan dedaunan kering yang terhampar di bawah.

Dewa memperhatikan mereka sambil menyelipkan kedua tangan ke saku mantel.

"Jadi, kenapa Empu Brajasena itu tinggal di tempat terpencil yang jauh dari orang lain?" Jingga mendesak Magenta.

Cowok itu terlihat ragu-ragu. Dengan gugup ia menoleh ke arah saudaranya. "Gak ada yang tahu pasti," ia akhirnya menjawab. "Dia... mungkin dia anak buah si orang-orangan sawah. Maksud aku…" la terdiam.

"Hah?" seru Jingga. Ia yakin ia pasti salah dengar. "Kamu bilang apa, Magenta? Dia anak buah si orang-orangan sawah? Apa maksudnya?"

Magenta tidak menjawab. Sekali lagi, ia melirik ke arah Dewa.

"Ayo dong, Magenta. Apa maksudnya?" Jingga mendesak cowok itu. "Apa maksudnya, dia anak buah si orang orangan sawah?"

Magenta mundur selangkah dan menepis butir-butir air hujan yang menempel di rambutnya. "Aku harus masuk," katanya. "Udah hampir waktunya makan malam."

Terpopuler

Comments

setahu aku, empu itu sebutan utuk para penempa senjata mistis di era era kerajaan hindu di Indonesia.

2023-07-03

1

Siti Arbainah

Siti Arbainah

terlalu penasaran itu gak baik jga sih aplgi smpai lngsung gak prcya coba aja dlu buat m'mahami aplgi msih orang baru

2023-06-20

0

NA_SaRi

NA_SaRi

Kok gak nyampe2 rumah neng neng

2023-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18
19 Chapter 19
20 Chapter 20
21 Chapter 21
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Chapter 24
25 Chapter 25
26 Chapter 26
27 Chapter 27
28 Chapter 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Ini penting!
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
90 Chapter 89
91 Chapter 90
92 Chapter 91
93 Chapter 92
94 Chapter 93
95 Chapter 94
96 Special Thanks!
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18
19
Chapter 19
20
Chapter 20
21
Chapter 21
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Chapter 24
25
Chapter 25
26
Chapter 26
27
Chapter 27
28
Chapter 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Ini penting!
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88
90
Chapter 89
91
Chapter 90
92
Chapter 91
93
Chapter 92
94
Chapter 93
95
Chapter 94
96
Special Thanks!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!