🌊 KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
💐 HAPPY READING 💐
Jendra menatap Khanza sejenak, “kenapa kamu ingin tahu?” Tanya Jendra pada Khanza.
“Tidak ada Bang, hanya pengen tahu saja.” Jawab Khanza dengan singkat.
Namun Jendra tetap saja menatapnya dengan lekat, membuat Khanza merasa salah tingkah sendiri. “Bang, jangan menatapku seperti itu bang! Fokus ke arah jalan saja.” Ucap Khanza, memberikan peringatan kepada Jendra, agar pria itu tidak terus menantapnya dan membuatnya jadi salah tingkah sendiri.
Jendra tersenyum dengan reaksi Khanza, yang terlihat malu - malu kucing. “Lalu? Type laki - laki idamanmu seperti apa ya Khanza?” Tanya Jendra, semakin membuat Khanza merasa percaya diri.
“Kenapa Abang pengen tahu?” Tanyanya balik, mengulang pertanyaan yang diberikan Jendra kepadanya.
“Cuman aku pengen tahu maybe,” respon Jendra, persis dengan yang Khanza katakan tadi.
Membuat mereka berdua tertawa mendengar jawaban mereka masing - masing.
“Hahahahha, oke - oke, Bang, aku jawab deh.” Seru Khanza, merasa bahwa tidak perlu ada yang dia sembunyikan.
“Type laki - laki idaman aku tuh yang dewasa Bang, yang mungkin bisa membimbing aku ke arah yang lebih baik.” Lirih Khanza, yang memfokuskan pandangannya ke depan, lalu kembali menatap Jendra dengan lekat.
“Bagus sih kalau typemu seperti itu, tapi ya sebagai Papah dari Vita yang umurnya hampir sama dengan kamu, mungkin Abang hanya bisa memberikan saran kalau bisa jangan sembarangan menerima laki - laki yang belum terlalu kamu kenal.” Jelasnya pada Khanza memberikan nasehat kepada Khanza yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
“Karena kamu besarnya di Turkikan, jadi mungki beda dengan Indonesia. Di sini banyak laki - laki yang cuman modal tampang doang eh malah bersikap Mokondo.” Sambung Jendra lagi. Membuat Khanza berpikir kerasa mendengarnya.
“Mokondo itu apa Bang?” Tanya Khanza sedikit bingung dengan kata - kata itu.
“Kalau tidak salah artinya adalah untuk sebutan laki - laki yang hanya bisa bergantung hidup dengan perempuan.” Jawab Jendra, yang membuat Khanza menganggukan kepalanya mengerti.
“Gimana mau respon laki - laki lain, kalau yang di sebelahku ini saja sudah sangat - sangat berwibawa.” Batin Khanza, dengan senyum - senyum sendiri. Sembari berpikir bagaimana bisa dirinya mendapatkan kakek di sebelahnya ini.
“Kalau Abang sendiri? Bagaimana type wanita idaman abang?” Tanya Khanza, berpura - pura kepo, tetapi aslinya memang dia sangat penasaraan.
Jendra menyeritkan keningnya bingung ketika mendengar pertanyaan dari Khanza ini. “Kamu bertanya soal wanita idamanku?” Tanya Jendra merasa sedikit surprises dengan pertanyaan anak gadis di sampingnya ini.
Namun Khanza menjawabnya dengan anggukan kepalanya, merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya ini.
“Kenapa kamu mau tahu type idaman saya? Apakah kamu mau daftar?” Tanya Jendra dengan iseng.
Tentu saja Khanza menjawabnya dengan senyum sinis disertai dengan gelengan kepala. Benar - benar berbanding terbalik dengan apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya. “Kenapa?” Tanya Jendra, ketika dia mendapatkan Khanza menolaknya.
“Aku tidak mau dijadikan yang ke dua Bang, kalau sama abangkan pasti aku udah jadi yang ke berapa entahlah.” Jawab Khanza dengan asal.
“Kalau misalnya aku menjadikan kamu satu - satunya gimana?” Tanya Jendra lagi, dan kali ini berhasil membuat Khanza berkontak matanya sejenak.
Membuat ke duanya salting sendiri. “Ihh Abang apaan sih, tadi bukannya Vita sudah pesan tidak boleh genit.” Elak Khanza, merasa tidak mau membahas hal itu lagi.
Jendra tersenyum melihat Khanza yang mengalihkan wajahnya ke arah lain. Padahal sudah jelas - jelas wajah anak gadis itu terlihat sangat memerah mungkin karena malu dengan godaannya tadi.
****
Setelah melakukkan perjalanan sekitar 15 menit. Barulah kini mobil Jendra sampai tepat di bawah Loby Apartemen milik Khanza.
“Abang tidak mau mampir dulu?” Tanya Khanza, menawarkan Jendra untuk mampir terlebih dahulu.
Jendra menggelengkan kepalanya pelan. “Tidak, aku tidak akan mampir, tidak enak seorang kakek - kakek mampir di rumah seorang anak gadis.” Goda Jendra lagi terus menerus.
“Hahahah, apaan sih Bang, mau mampir ya mampir aja kali, ngapain merasa tidak enak.” Sahut Khanza, dan lalu dia melepas seatbeltnya lalu membuka pintu.
“Abang yakin gak mau mampir bang?” Tanya Khanza lagi, sebelum dia benar - benar keluar dari mobil Jendra.
“Lain kali saja ya Khanza, hari ini juga saya sedang buru - buru.” Tolak Jendra, sembari memberikan pengertian pada Khanza.
“Oke, baiklah Bang, hati - hati di jalannya ya.” Pamitnya, sebelum dia menutup pintu mobil Jendra.
Setelah itu dia melihat mobil Jendra sudah mengarah ke jalan lagi, meninggalkan lobby Apartemennya.
Ketika Mobil milik Jendra sudah tidak terlihat, barulah Khanza tersenyum dengan bahagia. Bahkan dia tanpa sadar meloncat - loncat sembari berteriak di depan Lobby, membuat beberapa pasang mata menatap aneh ke arahnya.
“Mbak? Mbak sehat?” Tanya seorang scurity ketika Khanza mulai mengundang perhatian orang lain.
Tentu saja Khanza terkejut ketika di tegur seperti itu. “Eh, maaf pak, maaf ya,” ucapnya sopan pada Scurity yang tadi menegurnya dan juga kepada beberapa orang yang ada di sana karena sudah menganggu kenyamanan.
“Huffttt,” Khanza membalikkan tubuhnya, dan menghela nafasnya kasar. Tetapi masih dengan senyumannya.
Dan dengan riang dia berjalan ke kamarnya, jika orang lain yang melihat, pasti berpikir jika Khanza baru saja memenangkan sebuah lotre dengan hadiah besar.
Tetapi tidak dari mereka tahu jika Khanza bahkan mendapatkan sebuah kebahagiaan yang membuatnya yakin untuk di kejar.
Entah ingin bagaimana Khanza meluapkan rasa bahagianya ini. Bahkan sesampainya di kamar dia langsung menyetel musik favoritenya lalu menari dengan riang.
“Ahhhhhhhh,haahahahahha,” tawanya terus menerus mengingat wajah Jendra yang begitu tampan.
Merasa sudah puas menari, dia beralih ke dapur untuk mengambil minuman dan cemilan. Lalu dia pergi ke ruang kerjanya untuk mencari tahu semua tentang Jendra.
Khanza mencoba mengetikan nama Jendra yang dia ketahui. “Rajendra Avico.” Ketiknya pada komputer itu.
Ke dua mata Khanza berbinar ketika melihat foto - foto serta profil Jendra yang keluar. Membuatnya semakin tersenyum lebih gila lagi. Seperti anak SMA yang baru saja sedang jatuh cinta.
“Ahhhh, pangeranku.” Gumamnya ketika dirinya berhasil mengeprint banyak foto Jendra lalu menatapnya dengan lekat.
Siapa sangka, dari rasa kagumnya dua tahun lalu, Khanza bisa merasakan sesenang ini ketika tadi bisa mengobrol dengan intens bersama dengan pria incaraannya.
Awalnya Khanza menepis perasaan itu, bahkan dia sama sekali tidak mau mencari tahu tentang Jendra. Tapi setelah tadi dia bertemu dengan kakek itu. Entah kenapa jiwa dan jantungnya semakin berdebar kencang seperti dirinya mau perang.
Bahkan rasanya dia itu bisa berhenti bernafas kalau menatap wajah Jendra. Membuat Khanza merasa kalau sekarang dia sudah benar - benar gila mabuk kepayang oleh pesona sang Kakek tua itu.
*To qBe Continue. **
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
😄😄😄 Jendra udh berumur aja bkin Khanza klepek" apalagi klau Jendra msh muda pasti Khanza mkin nempel"
2023-03-19
1