🌊 KISAH INI HANYALAH KHAYALAN BELAKA, AKAN ADA ADEGAN - ADEGAN YANG MEMBUAT EMOSI DAN MENAMBAH TENSI, JADI MOHON TINGKAT KESABARANNYA DI TAMBAH YA GENGS 🌊❤️🌹
💐 HAPPY READING 💐
Setelah menikmati Breakfast pagi mereka, Khanza terlihat berpamitan pada Brio dan Vita.
“Ehmm, aku pamit duluan ya, terima kasih atas teraktirannya, Next aku yang teraktir ya.” Pamit Khanza, merasa tidak enak, karena Breakfastnya pagi ini di traktir oleh Brio dan Vita.
“Sama - sama kok Khanza, santai saja.” Sahut Vita dengan penuh senyuman.
Sedangkan Brio terlihat sedang menggendong anaknya yang sedang tertidur.
“Oh ya, Khanza kamu pulang naik apa?” Tanya Vita tiba - tiba.
“Ini baru mau pesan ojol sih, Vit, Kenapa?” Tanyanya balik, lalu Vita melirik ke arah Papahnya yang sedang duduk memainkan ponselnya.
“Kita bawa mobil dua kok Khanza, kamu bisa di antar pulang oleh Papahku.” Ujar Vita, membuat Jendra menaikan pandangannya melihat putrinya.
“Ahh, tidak usah Vita, jangan repot - repot, aku bisa kok naik Ojol.” Tolaknya, kembali merasa sangat tidak enak jika harus merepoti mereka terus.
“Tidak kok, tidak repot, yakan Pah?!” Tanya Vita pada Papahnya, namun terdengar seperti memaksa.
Jendra menganggukan kepalanya singkat sebagai jawaban. “Tuh kan, gak sibuk kok Khanza, jadi kamu pulang di antar Papah ku ya.” Ucap Vita lagi.
“Kalau begitu aku pamit duluan loh ya, Michel sudah gak kuat pengen bobo di kasur.” pamit Vita pada Khanza.
“Pah, antar Khanza ya! Ingat jangan macam - macam! Dan jangan terbar pesona!” Vita memberikan ancaman kepada Papahnya. Karena dia tahu sepak terjang Papahnya yang meskipun tidak tebar pesona, tetapi akan banyak yang akan menggodanya.
“Iya.” Jawab Jendra begitu pasrah ketika anaknya mengira bahwa dirinya genit.
“Oke, bye Khanza, aku tinggal ya, kalau butuh apa pun, atau ada masalah apa pun, telpon saja ya.” Pamit Vita lagi, lalu menarik suaminya untuk segera pergi meninggalkan Khanza dan juga Jendra ber dua.
“Kamu berarti merestui mereka berdua?” Tanya Brio, ketika mereka sudah jalan berdua.
“Enggak, aku bukan sudah merestui, tapi aku pengen lihat bagaimana intraksi mereka kalau berdua, lagian kita juga belum memastikan apakah Khanza masih menyukai Papah atau tidak.” Jawab Vita, membuat Brio mengerti apa yang sedang di pikirkan istrinya.
“Lagian aku tidak semudah itu akan menerima Khanza menjadi ibu tiriku.” Timpalnya lagi, membuat Brio menyeritkan keningnya bingung.
“Lah, kenapa? Apa yang salah memangnya?” Tanya Brio, merasa tidak setuju kalau istrinya membenci Khanza.
Vita melirik tajam ke arah Brio, “karena aku khawatir kalau dia menjadi ibu tiriku, dan karena usia papah yang sudah tua dan tidak kuat lagi, Khanza akan merasa kurang puas dan akhirnya dia menggoda kamu, atau belanja berondong di luar untuk memuaskan nafsunya.” Ungkap Vita yang akhrinya jujur kepada suaminya Brio, tentang apa yang sejak dulu dia khawatirkan.
Brio menghela nafasnya singkat, “pemikiran macam apa kamu itu?” Tanyanya pada Vita.
“Ya aku tidak tau beb, namanya pemikirankan bisa saja muncul kapan pun, dan bagaimanapun bentuknya, mau itu pemikiran buruk atau baik ya kita gak ada yang bisa tahu.” Jawab Vita jujur.
Sebenarnya memang tidak salah pemikiran Vita, apa lagi zaman sekarang banyak sekali berita - berita yang bertebaran, mertua menggoda menantu, apa lagi kasus terbaru seorang istri Jendral polisi menggoda ajudannya hingga di bunuh oleh suaminya. itu berartikan istrinya merasa sangat tidak puas sama suaminya.
Itu bahkan istrinya sudah berumur, apa lagi jika istrinya muda seperti Khanza, bisa capek Papahnya dengar kabar istrinya selingkuh. Apa lagi kalau selingkuh dengan menantu, bisa gila dia lama - lama.
“Tapi yang aku kenal Khanza tidak begitu sayang, setau aku dia bahkan bisa setia dengan mendiang kekasihnya yang sudah meninggalkan dia 12 tahun, lah kan berarti jelas, kalau sama yang meninggal saja dia setia apa lagi sama yang masih hidup.” Jelas Brio lagi, semakin membuat pikiran Vita tidak bisa mengambil keputusan apapun saat ini.
“Kita lihat saja ke depannya Beb, kita akan lihat saja perkembangannya.” Ucap Vita pada Brio.
****
Sedangkan di sisi lain, terlihat Khanza dan Jendra yang masih duduk di meja tadi. “Om,” panggil Khanza pada Jendra yang terlihat masih sibuk main hp.
“Om,” panggilnya lagi.
“Khanza, bisa tidak kamu berhenti panggil Om?” Tanya Jendra, merasa malu ketika dia di panggil Om oleh Khanza, banyak pasang mata yang melihatnya, mungkin berpikir bahwa dia adalah seorang pedofil yang sedang membawa anak gadis orang jalan.
“Terus mau di panggil apa om?” Tanya Khanza heran, pasalnya Jendra adalah Papah temannya. Dan temannya itu seumurannya. Ya pasti dong dia harus memanggil Jendra dengan sebutan Om.
“Abang, panggil saya abang!” Pinta Jendra, membuat Khanza rasanya ingin sekali tertawa.
“Baiklah Abang,” Khanza mencoba memanggil Jendra dengan sebutan abang.
“Ya gitu.” Balas Jendra lagi.
“Abang, kan sudah punya cucu harusnya panggil Kakek nih.” Seru Khanza, membuat Jendra replek menutup mulut Khanza dengan tanganya.
“Sudah - sudah, ayo saya antar kamu pulang.” Ajak Jendra, lalu menarik Khanza untuk segera menjauh dari kerumbunan orang.
“Om lepas! Saya gak bisa napas om!” Protes Khanza, ketika tangan Jendra masih menutupi mulutnya.
“Abang panggil abang!” Pinta Jendra lagi, lalu dengan terpaksa Khanza menganggukan kepalanya pelan.
“Baik Abang.” Ulang Khanza, yang akhirnya memilih memanggil Jendra abang.
“Ayo saya antar kamu pulang.” Ajak Jendra pada Khanza.
Dengan patuh Khanza mengikuti Jendra yang berjalan mengarah ke mobilnya. “Rumah kamu di mana?” Tanya Jendra di saat mereka berdua sudah masuk ke dalam mobilnya.
“Di Apartemen Ruby Tower om.”
“Eh, salah, Abang.” Ucapnya lagi, masih belum terbiasa memanggil Jendra dengan sebutan Abang.
“Oke.” Jawab Jendra, lalu mulai mengarahkan mobilnya memecah jalan raya.
Selama di perjalanan ke duanya terlihat hening, dengan saling lirik melirik. “Ehmm, abang memang kalau antar saya begini, istrinya gak marah bang?” Tanya Khanza, mengira jika Jendra selama dua tahun ini sudah menikah.
Jendra melirik ke arah Khanza, lalu menyeritkan keningnya bingung. “Istri?” Tanya Jendra pada Khanza.
“Dari mana kamu tahu aku punya istri?” Tanya Jendra lagi.
“Kan, bener dia punya istri, Khanza, apa sih yang kamu harapin!!!” Batinnya, memaki dirinya sendiri.
“Ya nebak aja Bang, lagian mana mungkin seumuran abang belum punya -“
“Emang belum punya.” Sahut Jendra, menghentikan kalimat yang ingin dikatakan oleh Khanza.
“Belum punya apa om?” Tanya Khanza lagi, dengan sedikit menampilkan senyumnya.
“Belum punya istri.” Jawab Jendra dengan serius.
“Nahkan, Khanza, kamu harus cari tahu kebenarnya Khanza, itu yang pria berumur jangan sampai lepas,” batinnya lagi, merasa begitu senang ketika mendengar pria incaraannya ini belum punya istri.
“Loh, om,”
“Eh salah, Bang, kalau abang belum punya istri, lalu berarti Vita anak adopsi dong bang?” Tanya Khanza merasa penasaraan dengan asal mula Vita.
Sebenarnya ini yang mau dia ketahui dari dulu, apakah Jendra ini duda anak 1 atau memang belum menikah dan Vita itu hanyalah anak adopsi saja.
*To qBe Continue. **
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti ***🙏🏻🙏🏻* dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
*Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.*
*Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya**😎*
Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal **😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh ***😭😭😭*
*Terima kasih**🙏🏻🙏🏻*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
nah gmana Jendra mau jujur nggak
2023-03-19
0
Isna diiINiyy
kayaknya ada yg pingin kenal lebih dekat nich🥰🥰
2022-12-30
0