Santika, kamu ada perlu apa ke sini?" tanya Satria saat melihat mantan istrinya berdiri di depan pintu rumahnya. "Natasya mana?" Satria melihat ke arah belakang, mencari keberadaan putrinya. Siapa tahu Santika datang ke sini bersama Natasya.
Santika melepas kacamata hitamnya dan dia memutar bola matanya malas menatap Satria, dia memasang tampang tak sedap untuk Satria. Perempuan itu sekarang mendesah pelan lalu dia membuka tas branded-nya. Satria hanya melihat apa yang akan dilakukan oleh Santika.
"Kamu ke sini mau ngajak rujuk sama aku, San?" tanya Satria penuh harap.
"Jangan ngarep kamu, Mas!" sahut Santika. "Nih, aku ke sini cuma mau ngasih undangan pernikahanku ke kamu. Jangan lupa datang, dan nyumbang yang banyak. Jangan malu-maluin di depan suami baruku nanti kalau kamu sebagai mantan suami nyumbang cuma sedikit." Sebuah undangan berwarna coklat diberikan oleh Santika kepada Satria. Di sana tertera nama kedua mempelai, tanggal, waktu dan tempat pernikahan digelar.
Santika Rani dan Martin. Baca Satria dalam hati.
Satria menatap Santika tidak percaya. Ini baru bulan ketiga setelah perceraian mereka dan Santika sudah mau menikah lagi. Memang benar kalau Santika sudah lepas dari masa iddah, tapi apa harus secepat ini? Sementara luka hati Satria saja belum sepenuhnya kering, namun sepertinya Santika biasa-biasa saja. Satria melihat Santika sama sekali tidak sedih telah berpisah darinya. Malah yang ada, Santika terlihat sangat bahagia.
"Apa memang hanya uang dan kekayaan yang bisa membahagiakanmu?" Sebenarnya Satria tak sampai hati menanyakan itu kepada Santika, tapi dia tidak bisa lagi untuk menahan buat tidak bertanya.
"Ah, sudahlah. Kamu nggak usah banyak tanya, pokoknya kamu harus datang dan menyaksikan aku bahagia bersama laki-laki pilihanku." Santika memakai kacamata hitamnya lagi sebelum akhirnya dia meninggalkan Satria begitu saja.
Satria meremas undangan pernikahan yang diberikan mantan istrinya. Seperti itulah gambaran hatinya sekarang, rasanya seperti ada yang meremas-remasnya tanpa henti.
"Lalu aku bagaimana, San? Bagaimana dengan kebahagiaanku? Apa kamu tidak memikirkan kebahagiaanku juga?" tanya Satria entah kepada siapa karena Santika pun sudah tidak ada di sana.
Selama dua hari setelah datangnya undangan pernikahan Santika, Satria tidak nafsu makan. Dia bahkan beberapa kali membuat kesalahan saat di tempat kerja hingga Satria ditegur oleh mandornya. Semuanya gara-gara Santika.
Tepat di hari ini, Santika akan dipersunting oleh laki-laki lain, dia antara rela dan tidak. Satria ingin mengatakan tidak rela tapi posisinya dia bukan siapa-siapanya Santika lagi, namun jika Satria bilang dia rela juga tidak benar karena pada kenyataannya Satria tidak bisa setegar itu.
Satria memang laki-laki, namun dalam urusan perasaan juga Satria tetap bisa merasakan luka seperti yang dirasakan perempuan. Hanya saja sebagai laki-laki, Satria tidak akan seterbuka perempuan dalam menunjukkan rasa sakitnya.
Beberapa tetangga yang juga ada di hajatan, semuanya menatap ke arah Satria. Mereka saling berbisik yang entah apa juga Satria tidak bisa mendengarnya. Namun dari raut wajahnya, kebanyakan dari mereka seperti sedang mengasihani Satria. Tapi Satria tidak ingin dikasihani oleh mereka.
"Selamat ya." Satria menyalami laki-laki yang menjadi suami baru Santika, betapa kagetnya Satria kalau yang menjadi suami barunya Santika itu ternyata adalah Martin. Jelas saja Satria mengenal Martin, karena dia adalah mandor Satria di tempat kerja.
"Kenapa? Kamu kaget karena aku bisa merebut istrimu?" Martin tersenyum sinis ke arah Satria.
"Semoga Bapak bisa membahagiakan Santika." Satria sengaja tidak menjawab pertanyaan Martin karena dia tidak ingin menambah luka di hatinya.
"Oh ya jelas, aku pasti akan bisa membahagiakan Santika. Secara, aku punya banyak uang buat membelanjakan barang-barang yang dia inginkan." Dengan bangganya Martin mengatakan itu seraya merangkul bahu Santika.
Sekarang, Satria berganti menyalami Santika. Dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung turun dari panggung. Satria lebih memilih mencari keberadaan Natasya. Tidak mungkin kalau putrinya itu tidak berada di pesta pernikahan ibunya. Hanya saja, Satria tidak tahu keberadaan Natasya.
"Kamu nggak akan bisa nemuin Natasya," ucap Lusiana seolah-olah mantan adik iparnya Satria itu tahu apa yang dicari oleh Satria saat ini.
"Kamu bawa ke mana Natasya?" tanya Satria menghampiri Lusiana.
"Nggak dibawa ke mana-mana sih, cuma memang kami nggak mau Natasya berhubungan sama mantan Ayah kayak kamu." Lusiana tersenyum sinis ke arah Satria.
Satria tidak terima dipanggil mantan ayah. Dia menatap Lusiana kesal, "Sampai kapanpun, Natasya itu anak aku. Enggak ada di dunia ini yang namanya mantan anak ataupun mantan orang tua. Natasya selamanya tetap darah dagingku." Satria sengaja menekankan kalimat terakhir agar Lusiana paham.
"Terserah." Lusiana langsung menarik tangan Rendi dan meninggalkan Satria sendirian di sana.
Satria berjalan ke arah luar, dia masih mencari keberadaan Natasya tapi tetap tidak bisa menemukan di mana putrinya. Hingga akhirnya Satria menyerah. Dia yakin kalau suatu hari nanti dia akan kembali bisa bertemu dengan Natasya.
Satria kembali menatap sedih ke arah Santika yang hari ini sudah menikah lagi dengan lelaki lain. Rasa sakit di hatinya tidak bisa dia bendung, meski Santika sudah bukan berstatus istrinya lagi. Melihat perempuan yang dia cintai bersanding dengan pria lain itu membuat hati Satria hancur berkeping-keping. Terlebih lagi, Satria tidak diperbolehkan bertemu dengan putrinya.
Santika terlihat bahagia di kursi pelaminan. Dia sedang menyalami para tamu undangan bersama suami barunya yang diketahui oleh Satria bahwa laki-laki itu adalah mandor di tempat dia bekerja. Bahkan dari yang Satria dengar tadi dari beberapa tamu undangan, Santika memang sudah menjalin hubungan dengan Martin sedari lama. Lebih tepatnya lagi dari sewaktu Santika masih berstatus istrinya. Itu artinya, Santika memang telah mengkhianati pernikahan mereka berdua sebelum akhirnya kandas di meja hijau tiga bulan lalu.
"Lihat itu putriku, dia berhasil mendapatkan laki-laki yang lebih kaya dari kamu. Mulai sekarang, kamu jangan pernah ganggu Santika lagi. Dia akan hidup bahagia bersama Martin yang memiliki uang banyak. Tidak seperti kamu, miskin." Bu Marni tahu-tahu datang dan mengatakan kata-kata menyakitkan kepada Satria, tanpa perasaan sama sekali.
Satria menatap mantan ibu mertuanya, "Semoga Santika bahagia dengan pilihannya, Bu. Aku selalu mendoakan kebahagiaan Santika. Kalau begitu, aku pamit dulu." Tak banyak kata lagi, Satria langsung pergi dari sana. Menurutnya lebih baik pergi sekarang ketimbang di sana lama-lama malah yang ada bakal membuat hatinya semakin terluka.
Bu Marni tidak menjawab sama sekali perkataan Satria, dia malah tersenyum sinis melihat mantan menantunya berlalu dari sana dengan hati yang luka.
"Halah, munafik kamu jadi orang," cibir Bu Marni usai kepergian Satria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Nusa thotz
laki laki guoblogggg...kl emang mau ketemu anak ya rebut atau paling gak minta hak sebagai ayah kandung ke pengadilan...percumah gawe pake dasi tapi gak ngerti hukum perceraian
2024-11-12
0
Tati st🍒🍒🍒
jangan sedih dan terpuruk satria
2023-01-17
1
☠☀💦Adnda🌽💫
anaknya matre, ibunya serakah.... huft 😡
2023-01-04
1