Satria masih meratapi nasibnya, dia resmi bercerai dengan Santika. Perempuan yang sudah beberapa tahun terakhir ini menjadi istrinya juga sudah memberinya keturunan. Banyak sekali kenangan yang mereka lewati. Dari semenjak Satria dan Santika masih menjadi kekasih, lanjut ke jenjang pernikahan.
Bahkan Satria masih ingat betul bagaimana bahagianya dia ketika mendapat kabar mengenai kehamilan Santika. Rasa haru saat Satria mendengar suara tangisan pertama bayi yang lahir dari rahim Santika, dan masih banyak kenangan lain yang sangat disayangkan jika harus dikubur begitu saja.
Padahal Satria tidak pernah sekalipun terbesit dalam benaknya untuk menceraikan Santika. Dia ingin menjalani rumah tangganya bersama perempuan yang dia cintai hingga maut memisahkan dan berharap akan dipertemukan kembali di jannah-Nya.
Sayangnya, kini semua itu hanyalah angan belaka. Satria dan Santika sekarang bukan lagi suami istri, melainkan mantan suami istri.
Ada status mantan yang menyandang namanya.
Beberapa terakhir ini, Satria tidak ada nafsu makan. Lebih tepatnya lagi setelah sidang perceraiannya dengan Santika selesai. Satria tidak ada semangat bekerja, dia benar-benar dibuat frustrasi karena kehilangan Santika. Dunianya seakan-akan hilang lebih dari separuh nyawanya. Santika dan Natasya itu adalah dunianya. Kalau Satria kehilangan mereka, maka hancur sudah dunia indah yang Satria impikan selama ini.
"Kangen banget rasanya Ayah sama kamu, Sayang." Satria tidak bisa mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sedari tadi, Satria terus-terusan memandangi foto-foto putri kecilnya, menonton videonya berulang-ulang dan Satria memimpikan sedang mendekap tubuh anak gadisnya yang tinggal bersama Santika.
Suara Natasya sedikit bisa mengobati rasa sakit hati Satria atas perceraiannya. Hanya Natasya yang bisa membuat Satria tersenyum. Bahkan cuma karena Natasya, Satria masih berangkat kerja demi absennya tetap terisi supaya tidak dipotong gaji. Satria ingin membelikan mainan atau boneka untuk anak gadisnya.
"Apa kabar kamu di sana, Sayang?" tanya Satria kepada ponselnya yang jelas-jelas tidak akan bisa menjawabnya.
Satria melihat jam di ponselnya, dia tiba-tiba punya inisiatif untuk pergi ke rumah Bu Mirna. Satria ingin bertemu Natasya, putrinya. Setelah dia diusir dari rumah Bu Mirna waktu itu, Satria belum pernah bertemu dengan Natasya. Jadi wajar saja kalau Satria merasa sangat rindu dan berharap bisa ketemu.
"Tunggu ya Sayang, Ayah akan ke sana menemui kamu. Ayah akan belikan makanan enak, boneka dan es krim." Satria masih merapikan penampilannya. Dia tidak ingin terlihat kucel di depan Natasya, takutnya kalau nanti malah yang ada Natasya malu diajak jalan sama Satri kalau ayahnya tidak rapi.
Dengan semangat empat lima, Satria pergi ke rumah Bu Mirna. Dia sudah menyiapkan uang tunai untuk memanjakan putrinya kalau nanti mereka jalan-jalan di luar. Pokoknya hari ini Satria ingin membuat putrinya bahagia tanpa memikirkan kondisi kedua orang tuanya yang telah berpisah.
Bagi Satria, prioritas utamanya sekarang hanyalah Natasya. Dia tidak mau dicap menjadi ayah yang gagal untuk putrinya.
Tibalah Satria di depan pintu rumah Bu Mirna. Beberapa tetangga sudah melihat ke arah Satria dengan tatapan aneh, tapi hal itu tidak dipedulikan oleh Satria. Tujuannya ke sini untuk bertemu dengan Natasya.
"San, ini aku Mas Satria. Aku mau ketemu sama Natasya," ucap Satria di depan pintu rumah ibu mertuanya. Tangan Satria terus mengetuk pintu kayu berwarna coklat di depannya sampai jari-jarinya terasa perih. Namun pintu pun masih tak kunjung dibuka.
Satria tidak ingin menyerah, dia terus saja mengetuk pintu tanpa henti dan tanpa mengindahkan rasa sakit di jari-jarinya.
"Santika! Aku ingin bertemu dengan Natasya!" seru Satria lagi. Satria bukannya mereda, tapi dia malah semakin mempercepat ketukan tangannya dengan harapan Santika mau membukakan pintu buat dirinya.
Pintu benar-benar terbuka dengan kasar. Santika keluar dari dalam, di kedua matanya tersimpan banyak sekali emosi yang menggebu-gebu. Satria jadi berpikir, mungkin Santika marah kepadanya.
"Aku tidak akan memperbolehkan kamu ketemu sama Natasya." Santika menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dia juga berdiri di tengah-tengah pintu supaya Satria tidak bisa masuk.
"Aku cuma ingin bertemu sama Natasya sebentar, San. Aku tidak akan membawanya pulang." Satria masih berusaha membujuk mantan istrinya supaya bisa memberinya waktu buat bertemu dengan putri mereka sebentar.
"Aku bilang nggak boleh ya nggak boleh. Kamu itu budek atau bagaimana sih, Mas?" Santika sudah mundur dua langkah dan hampir menutup pintunya namun berhasil dicegah oleh Satria. Tentunya tenaga Satria dan Santika juga lebih kuat Satria, dia berhasil menggagalkan Santika sampai pintunya kembali terbuka.
Namun Satria tetap tidak bisa masuk ke rumah. Dia masih dihadang oleh Santika.
Satria meremas rambutnya sebentar, dia sudah frustrasi memikirkan perceraiannya dengan Santika dan sekarang ditambah pusing karena tidak diperbolehkan bertemu putri satu-satunya. Tatapannya kepada Santika masih sama, penuh permohonan. Berharap mantan istrinya bisa sedikit kasihan kepadanya.
"Cuma antara kita yang putus hubungan, San. Bukan antara aku dan Natasya, anak aku. Statusku masih ayahnya Natasya, dan sampai kapanpun juga Natasya tetap darah dagingku. Izinkan aku bertemu sebentar saja dengan Natasya. Hanya sebentar, tidak akan lama. Aku merindukannya."
Berulang-ulang Satria memohon, bahkan dia sampai menangkupkan kedua tangannya di depan dada, berharap Santika akan luluh.
Satu dorongan dari Santika berhasil membuat Satria keluar dari rumah. Hal itu dilakukan ketika Satria sedang tidak siap dan membuatnya terjengkang ke belakang. Sekarang Santika yang ikut keluar.
"Nggak usah banyak omong ya, Mas. Aku tetap nggak ngebolehin kamu ketemu sama Natasya. Masalah Ayah, nanti juga Natasya bakal dapat Ayah baru kok. Ayah yang bisa membelikan dia apa saja, yang lebih segalanya dari kamu. Ayah yang lebih layak dan tentunya lebih kaya dari kamu!" sentak Santika berang. Dia mencak-mencak di depan mantan suaminya saking tidak maunya memberi Satria waktu sebentar untuk bertemu putri mereka.
Satria kaget ketika mendengar hal ini. Dia berdiri dan menatap Santika dalam-dalam. Kepala Satria menggeleng, "Enggak! Cuma aku yang boleh jadi ayahnya Natasya. Dia putriku, dan selamanya hanya aku Ayahnya!" sentak Satria balik.
Santika acuh tak acuh kepada apa yang diucapkan oleh Satria. Wajahnya bahkan mempersiratkan kalau Santika tidak suka pada ucapan Satria.
"Biarkan aku bertemu dengan Natasya!" Satria kembali menyentak Santika, dia juga berusaha menerobos tapi dihalau cepat oleh Santika.
"Kamu apa-apaan sih, Mas? Mending kamu pulang sekarang dan jangan pernah datang ke sini lagi! Aku tidak akan pernah memperbolehkan kamu ketemu sama Natasya! Sampai kapanpun itu!" Santika sekarang berhasil masuk ke rumah tanpa dihentikan oleh Satria. Suara pintu yang ditutup sedemikian kencang menggema di sana membuat Satria memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Dwi MaRITA
waouuu.... santika kok isa dpt hak asuh yak... kalok model mak² kayak gitu kan musti hakim mempertimbangkannya... hadewh, satria² mpek kejengkang akibat dorongan maut santika... dah... cari bini lagee dah yg bener... 🙊😁😁😁
2022-12-22
1
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
awas karma dari mak authoor nya Santika 😅🤭
2022-12-20
1
Sukar Tini
mudah2an santika dapet sumai yg lebih miskin dari satria.
2022-12-19
2