Dewa Love You
Hai kak, ini spin off dari Bad Boy in Love dan Musim Bercinta ya! Kuy move on dari Elang dan Nindya, karena kita akan berpetualang bersama Dewa!
Baiklah, mari kita tes kompas dulu! Perhatikan arah mata angin sebelum tersesat!
*
*
*
"Hai cantik … mau pulang bareng?"
Motor Dewa berhenti tepat di samping gadis seksi yang sedang berjalan gemulai keluar kampus. Merasa diabaikan, Dewa sengaja memajukan motornya, sedikit mencegat agar gadis itu memperhatikan dirinya.
"Terima kasih," jawab gadis itu ketus, menghindari motor yang hampir menghalangi langkahnya. Tanpa menoleh sedikitpun pada pemuda yang menyapanya.
Langkah kakinya tak berhenti. Bagi sang gadis, menanggapi pemuda sejenis Dewa tidak ada dalam daftar kegiatannya. Terlalu banyak yang seperti itu, hanya membuang-buang waktu saja jika dilayani.
"Vi, kamu lupa sama aku?" tanya Dewa. Gadis itu melewatinya tanpa menoleh, sungguh suatu penghinaan besar. Mau tidak mau Dewa harus bersikap sok dekat. Padahal, kenal saja belum.
Apa yang sedang dilakukan Dewa sekarang tak lebih dari sebuah misi taruhan. Dan kalah di depan bukanlah hal yang lucu, tapi memalukan.
Vivian menoleh sejenak, bukan pada orangnya, tapi pada motor gede yang dikendarai pemuda tersebut. Meski sudah dimodifikasi sedemikian rupa tapi Vivian mengenali plat nomor dan logo organisasi bergambar pemanjat tebing dalam stiker kecil yang menempel di salah satu body motor.
"Yang kamu pakai ini motor Elang?" tanya Vivian mengangkat wajah, mengamati pemuda jangkung yang tersenyum manis padanya.
Sial! Dewa mengumpati kakaknya dalam hati. Bagaimana tidak? Elang populer di kampus bukan hanya namanya saja, tapi sampai kendaraannya! Gila!
"Ehm … iya ini motor Elang, kamu mau pulang bareng aku?" Dengan suara serak seksi, Dewa kembali mencoba keberuntungannya. Barangkali kalau dia menjual nama kakaknya, Vivian bisa takluk padanya.
Siapa yang tidak ingin menang taruhan? Hadiahnya Dewa akan mendapatkan banyak uang untuk modifikasi motornya. Lebih keren lagi bisa kencan dengan bidadari kampus sebagai bonus perjuangan.
Bidadari? Bisa dibilang Vivian lebih cocok disebut Aphrodite, yang dalam mitologi Yunani adalah wanita yang memiliki pesona luar biasa untuk memikat pria.
Tidak ada yang menyangkal kebenaran itu, tak terkecuali Dewa. Vivian memiliki tubuh yang matang, padat dan menggoda, menonjol di bagian yang tepat. Pria akan berfantasi lebih dari sekedar kata gila pada keseksian hakiki tersebut.
Tanpa banyak bertanya, Vivian naik ke atas boncengan dengan seulas senyum centil. Entah apa yang direncanakannya terhadap pemuda yang mengendarai moge milik kekasihnya itu.
Ups! Itu kalau dia masih dianggap sebagai kekasih oleh Elang. Pemuda berwajah casanova itu mencampakkannya seperti barang yang sudah tidak lagi berguna setelah menikmati tubuhnya. Dasar bajingan!
"Mau langsung pulang apa makan dulu?" tanya Dewa setengah menegakkan badan agar Vivian yang ada di belakangnya bisa mendengar pertanyaannya dengan jelas.
Bagi Dewa, mengantar pulang itu hal mudah. Vivian sudah ada di atas motornya, hanya tinggal melaju dan misi selesai. Tapi jelas kurang seru, karena pendekatannya pada gadis itu penuh maksud terselubung.
Ah, club motor yang baru saja diikutinya memiliki andil besar dalam petualangannya kali ini. Gara-gara ide ketua club, dia jadi harus bersaing ketat dengan tiga pemuda lain untuk mengejar Vivian.
Darah mudanya bergejolak saat tantangan diberikan, dan mereka berempat sepakat semua dilakukan hanya untuk senang-senang. Toh hadiahnya memang menggiurkan bagi bikers pemula seperti Dewa.
"Terserah kamu, tapi aku nggak mau makan berat!"
"Baiklah, kita nongkrong di coffee shop sebentar ya! Kamu pasti penasaran sama aku!" ujar Dewa percaya diri.
Cih, Vivian tidak begitu peduli dengan pemuda yang ada di depannya. Tapi meskipun begitu, tangannya tetap berpegangan seolah mereka adalah pasangan kekasih. Selama informasi akurat tentang Elang bisa Vivian dapatkan, memeluk Dewa dari belakang seperti itu bukankah hal yang memberatkan.
Lagi pula memanfaatkan mereka yang tertarik padanya salahnya dimana? Toh kecantikannya juga dimanfaatkan salah satu pemuda paling diminati di kampus hanya untuk melepaskan hormon lelaki yang dirasa kelebihan.
Dewa memilih tempat terbuka untuk mengobrol dengan Vivian. Kebetulan coffee shop juga sedang tidak ramai pengunjung, jadi mereka bebas memilih tempat duduk.
Satu poin dikantongi Dewa karena sudah berhasil mengajak Vivian ikut bersamanya. Artinya dia orang pertama dari beberapa pemuda yang ikut taruhan yang tidak ditolak Vivian mentah-mentah di hari pertama perburuan.
"Mau minum apa, Vi?" Dewa menyodorkan buku menu yang diberikan pelayan pada gadis yang memandanginya terang-terangan setelah mereka duduk berhadapan.
"Jus jeruk gula dikit …," ujar Vivian. Dia juga menyebutkan beberapa pesanan lainnya karena Dewa meminta sekalian dipilihkan.
"Dari mana kamu tau namaku? Kita sebelumnya nggak pernah kenal, kan? Kamu sudah berbohong dari sejak awal pertemuan!" Vivian langsung mencerca Dewa begitu pelayan meninggalkan meja mereka.
"Aku rasa kamu cukup terkenal di kampus, jadi wajar aja kalau orang yang nggak kamu kenal pun bisa tau nama kamu. Aku anak sipil semester empat, namaku Dewa!"
"Oke, karena kita hanya selisih satu tahun aku nggak mau panggil kamu dengan sebutan kak, kamu pasti sudah tau kalau aku masih semester dua," kata Vivian dengan nada setengah bertanya, setengahnya lagi hanya memberikan pernyataan.
Dewa mengangguk sembari tertawa kecil. "Itu lebih baik, aku juga risih dengan panggilan yang membuatku kelihatan lebih tua dari kamu!"
Entah bagaimana ceritanya dia bisa melewatkan sosok Vivian selama satu semester? Padahal Vivian sangat terkenal, masuk dalam jajaran primadona incaran kadal kampus.
Tentu saja Vivian lewat dari pantauannya, karena saat mahasiswa baru masuk kampus, Dewa sibuk dengan pacar cantiknya yang bernama Anggrek. Gadis yang akhirnya memutuskan hubungan dengannya karena alasan tidak bisa menahan cemburu.
"Kamu kok bisa bawa motor kak El?" tanya Vivian lebih lanjut setelah berbasa-basi ringan.
"Kami bertukar kendaraan untuk sementara! Kamu kenal ya sama Elang sampai hafal bener sama motornya?"
"Ya pasti kenal, orang satu jurusan, aku penyuka motor gede dan secara kebetulan kak El pernah nganterin aku pulang!"
Sial! Ternyata Vivian sudah pernah naik motor yang dipakainya bersama Elang. Dia benar-benar tidak update dengan gadis-gadis kakaknya. Alasannya klise saja, sebagai adik yang baik, Dewa memang tidak suka ikut campur urusan Elang.
Dewa berpikir sejenak setelah mendengar penuturan Vivian. Ada sedikit keraguan untuk melanjutkan mendekati si Aprodhite. Bisa jadi, gadis di depannya adalah salah satu koleksi Elang!
Tapi … kakaknya yang brengsek itu sekarang sedang fokus dengan satu wanita, satu wanita saja yaitu dosen pembimbingnya. Jadi, sepertinya Vivian bukan siapa-siapanya Elang. Semoga saja.
Misal nanti fakta berbicara lain mengenai gadis itu, Dewa tinggal menjelaskan pada Elang kalau dia sedang terlibat taruhan. Tidak ada maksud untuk menikung apalagi merebut Vivian dari kuasa kakaknya. Masalah selesai.
"Oh jadi gitu ceritanya!" Dewa manggut-manggut dengan seulas senyum manis.
"Iya, dulu cowokku juga pakai moge, kamu sedikit mengingatkanku padanya," tukas Vivian sumringah.
Mata Vivian tak berhenti memperhatikan wajah Dewa, mencari korelasi yang mungkin ada di gurat-gurat antara dua anak manusia. Vivian ingin mencoba menebak apakah Dewa dan Elang bersaudara.
Elang dan Dewa sama sekali tidak memiliki kemiripan. Baik warna kulit maupun bentuk wajah. Elang tampan sebagai atlet panjat dinding dengan pesona casanova, sementara Dewa … tampan dengan pesona bikers berwajah innocent.
Meski tampilannya berantakan ala bad boy, tapi wajah polosnya yang seolah tanpa dosa tidak bisa dibuang dari sosok Dewa. Cute yang menggemaskan, itu yang banyak dibicarakan para gadis saat menggunjingnya di belakang.
"Alasan itu yang menyebabkan kamu suka naik moge?" tebak Dewa.
"Hm." Vivian mengangguk, "Kamu ikut mapala juga kayak kak El?"
"Nggak," jawab Dewa cepat.
"Trus kamu bisa barter kendaraan gimana ceritanya? Hal begitu bisa dilakukan kalau kalian memiliki persahabatan yang dekat atau ada hubungan saudara, kan? Setau aku temen-temen deket kak El itu anak-anak mapala!"
Dewa tidak mungkin berkelit, bohong satu kali masih bisa dimaafkan, tapi kalau terus berbohong … Vivian tidak akan percaya padanya. Endingnya dia tidak akan pernah bisa mendapatkan gadis itu.
Dan … Dewa harus kalah taruhan? No! Never!
"Aku adiknya Elang, dia itu kakakku!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
maya ummu ihsan
berati kalo emak2 macan reader ini menonjol dibagian yg tidak tepat..., alias menggeelambir
2023-11-13
1
ian machmud
aku mampir thor
2023-02-06
1
Audy Amran
hadiir mas Al..
lanjut baca karyanya yg kesekian kalinya..
blm bisa memberikan komen apa pun masih mnikmati baca aku..😅😄
2023-01-30
2