Mati Aku!

Dewa menarik tangan kanan Mayra, menggenggamnya dan meletakkannya di atas perut. Membiarkan gadis di sebelahnya salah tingkah dan bingung tak terkira. Setelah mengulas senyum santai pada Mayra, Dewa memejamkan mata. Tidur.

Pemuda baik itu memang hanya menemani Mayra nonton film tanpa berniat mengikuti jalan ceritanya. Matanya lelah dan mengantuk, dia butuh membuang kantuk dengan tidur sebentar. Toh Mayra fokus pada layar di depan.

Siapa bilang Mayra menikmati film yang sedang tayang? Gadis itu lebih sibuk menata detak jantungnya. Sesekali melirik Dewa yang tenang dengan mata terpejam.

Mayra tidak sedikitpun berani menggerakkan tangannya yang berada dalam genggaman Dewa. Takut mengganggu tidur pemuda itu, juga takut kehilangan momen hangat yang diciptakan Dewa untuknya.

Dewa benar, kalau dia tidak bisa menata emosinya sekarang, bagaimana nanti saat bersama Elang? Bisa-bisa pingsan sebelum perang. Ups, maksudnya pingsan sebelum ciuman!

Mayra berharap, latihan dengan Dewa akan membantu. Ya, meski rasanya juga berat karena dia terlalu kaku dan deg-degan setiap bersentuhan dengan Dewa. Belum lagi bayangan Elang yang kerap muncul untuk mengganggu konsentrasinya.

Minggu lalu, Mayra sudah berhasil menggandeng tangan Dewa untuk meredakan kesepiannya. Tapi rasanya tidak seburuk sekarang saat dia meminta Dewa untuk membantu menyiapkan dirinya dalam rangka membuat kejutan ulang tahun Elang.

Mayra langsung mengalihkan fokusnya ke layar film karena Dewa bergerak tak nyaman. Pemuda di sebelahnya bergeser lebih dekat padanya tanpa membuka mata, tanpa melepas genggamannya.

Mata Mayra kembali menelisik wajah Dewa dengan ekspresi iba. Kebaikan pemuda itu bersedia menemani nonton film horor patut diacungi jempol. Padahal kelihatan sekali kalau Dewa tidak menikmati film yang sedang berlangsung, hingga memilih tidur di dalam studio.

Setelah satu jam, Dewa merubah posisi duduknya agar lebih nyaman lagi. Dia sudah bangun, hanya saja malas untuk membuka mata. Satu tangannya yang menggenggam jemari Mayra dilepaskan, berubah haluan. Dia memilih merangkul bahu gadis itu agar menyandar padanya.

Dewa tidak tahu kejutan apa yang direncanakan Mayra untuk Elang. Kalau hanya seputar hug and kiss, bukan perkara berat untuk mengajar dua hal itu. Yang terpenting Mayra merasa nyaman dengannya lebih dulu agar semua berjalan lancar.

Tidak perlu banyak latihan, Dewa juga tidak mau dianggap mengambil keuntungan dari Mayra. Selain itu, kalau terlalu sering, hal intim yang mereka lakukan nanti bisa memberikan efek bahaya untuk jiwa petualangnya. Dewa normal, terlalu normal bahkan.

Menjadi adik Elang selama lima tahun sudah cukup untuk mendapatkan pelajaran dalam pergaulan. Meski tak sebrengsek kakaknya, tapi Dewa yakin kalau dia tidak masuk dalam kategori cowok baik.

"Kurang berapa menit filmnya selesai?" tanya Dewa dengan suara serak khas bangun tidur.

"Nggak sampai setengah jam kayaknya," jawab Mayra pelan. "Kamu udah bosan ya?"

"Hm," balas Dewa jujur. "Laper!"

"Mau makan apa? Aku mau bakso, Wa"

"Terserah mbak Mayra! Aku apa aja doyan!" Dewa mengeratkan pelukan hingga kepala Mayra menyentuh dagunya. "Jangan jauh-jauh, Mbak!"

"Eh … apa? Enggak jauh kok!" Mayra linglung, haruskah Dewa memperlakukannya sedemikian mesra hanya untuk sebuah latihan?

Hidung Mayra mencium aroma jantan dari seorang Dewa! Eh, maksudnya parfum Dewa sangat enak, menenangkan saraf yang sedang tegang. Bukan, bukan begitu … intinya Mayra merasa bergairah karena bau yang menguar dari tubuh adik Elang. Mayra merasa ingin mengendus wangi Dewa terus-terusan. Benar-benar membagongkan!

Dewa tersenyum tipis, membiarkan Mayra melamun di pelukannya. Gadis itu sangat kikuk dan tegang meski Dewa bersikap santai dan tenang. Dewa gemas dibuatnya, hingga satu kecupan singkat diberikan Dewa di puncak kepala Mayra sebagai aksi percobaan.

Bukankah urutannya sudah benar, dari cium punggung tangan naik ke bagian-bagian kepala lebih dulu sebelum yang lainnya?

Mayra terkesiap kaget, reflek kepalanya mendongak untuk melihat ekspresi Dewa. Namun, belum selesai dengan rasa kagetnya, Dewa secara spontan malah mengecup bibirnya kilat. Mungkin hanya satu detik. Ya, satu detik yang nyaris membuat Mayra pingsan.

Dewa mencuri ciumannya tanpa aba-aba. Ya ampun!

"Dewa?" bisik Mayra tercekat.

"Hm, kenapa? Boleh pemanasan dulu kan sebelum masuk sajian utama?"

Mayra memukul dada Dewa dan melepaskan diri dari pelukan pemuda itu dengan wajah panas membara. "Bilang-bilang dong kalau mau …!"

Dewa kembali merangkul Mayra dan mendekatkan wajahnya hingga berjarak beberapa sentimeter saja. "Izin cium ya, Mbak!"

Mayra tak sempat menjawab ketika satu kecupan kilat lagi-lagi mendarat di bibirnya yang setengah terbuka. Benar-benar kilat tanpa melibatkan atraksi lainnya karena Dewa hanya berniat untuk mengetes mental Mayra.

"Dewa!" protes Mayra dengan ekspresi lebih terkejut. Matanya melebar mendapati Dewa yang tetap cool dengan wajah innocent-nya.

"Baru juga dicium dikit udah kalang kabut, gimana kalau kena gigit!" kata Dewa setengah menggoda. Mayra yang sedang kelabakan mengatasi kegugupannya justru terlihat sangat mempesona.

"Wa …?" Kalau saja penerangan tidak terlalu temaram di dalam studio, wajah Mayra mungkin bukan hanya berwarna kemerahan. Mungkin sudah menghitam karena tidak tahan menahan malu. "Ini tempat umum, Wa!"

"Iya, karena ini tempat umum makanya cuma berani icip-icip, kalau tempat khusus langsung aku ajarin biar cepet pinter!"

"Astaga …."

Dewa terkekeh ringan, "Mas Elang itu mahir mbak kalau cuma soal ciuman, kalau mbak Mayra mau ngasih kejutan ya paling nggak seimbang tingkat skillnya!"

Mayra pucat, haruskah rencananya dibatalkan saja? Baru kena kecupan singkat Dewa saja jantung serasa melompat dari tempatnya, menggedor dadanya hingga menimbulkan getaran hebat. Gimana kalau Dewa mengecup lebih lama, lebih dalam dan menggunakan semua keahliannya?

"Tapi kamu bisa bilang dulu kalau mau mulai!"

"Wah, nggak ada di kamus Dewa yang begitu itu, Mbak! Aku rasa mas Elang juga sama, umumnya laki-laki nggak perlu izin kalau mau cium pacarnya!"

"Tapi aku bukan pacarmu, Dewa!" gerutu Mayra. Dia memang ingin belajar tapi tidak dalam konteks hubungan spesial.

"Sayangnya aku nggak melakukan ciuman dengan orang lain selain pacar! Kalau mbak Mayra masih mau melanjutkan bikin kejutan ulang tahun mas Elang …."

Mayra memotong kalimat Dewa, "Aku harus jadi pacarmu?"

"Iya, biar enak ciumannya!" jawab Dewa cengengesan.

"Mati aku!"

***

Terpopuler

Comments

maya ummu ihsan

maya ummu ihsan

mengandung aromaterapi

2023-11-13

1

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

yg tercuri,dicuri ntu mengesankan may,betul?

2023-03-22

1

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

ʝ⃟⃝5ℓ 𝐋α 𝐒єησяιтα 🇵🇸🇮🇩

yayaya ntulah cwek
nanya sendiri

"mo mkn apa?
"aku mau bakso wa"nentuin plhn sendiri

2023-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!