Alarm yang Dania setel di smartphone-nya berdering kencang. Dari kasurnya yang empuk nan nyaman dan wangi ini, kerlap-kerlip layar smartphone itu hanya Dania pandangi saja. Bunyinya terus berdering. Dania hanya menatap. Enggan beranjak dari pelukan kasur. Kakinya masih terasa pegal. Padahal sebelum tidur, sudah dibalurinya balsem. Harapan pagi ini mendingan. Mulai besok Dania janji bangun lebih pagi dan olahraga.
Entah berapa lama semenjak lulus kuliah aku mulai jarang berolahraga.
Dulu sewaktu kecil, rasanya kasur itu adalah neraka. Setiap kali mau main selalu disuruh tidur cepat. Tapi kini, Dania bisa merasakan kasur adalah surga dunia. Di umur sekarang, pasti banyak yang sependapat dengannya. Nyaman itu bukan kembali kepelukan pacar tapi kembali ke pelukan kasur.
Pacar apaan. Pikirnya karena beberapa bulan terakhir Dania merasa punya pacar tapi nggak ada bedanya dengan yang single. Sebelum tidur kemarin, Dania mencoba menghubungi Kevin, pacarnya sedari SMA yang sekarang dinas di Aceh. Walaupun long distance relationship alias LDR semenjak kuliah, hubungan mereka masih baik-baik saja. Mereka selalu menyempatkan waktu sebulan sekali untuk hangout bareng.
Dulu Kevin kuliah di Jakarta. Sementara Dania masih di Bandung. Tapi semenjak Dania dan Kevin mulai ke dunia orang dewasa, mencari pundi rupiah sendiri, Kevin mulai sulit untuk di hubungi. Katanya, di sana sinyalnya susah.
Betul nggak sih Aceh sinyalnya kembat-kembut? Emang dia kerjanya di hutan belantara kali ya.
Beberapa kali Dania sempat menawarkan untuk ketemuan di Jakarta. Mumpung jadwalnya belum padat sebelum mulai kerja di Vietnam karena Dania masih bolak-balik Indonesia untuk mengurus surat-surat dan tempat tinggal. Tapi lagi-lagi dia beralasan sibuk.
Kepindahannya juga Kevin tidak datang. Boro-boro say goodbye di bandara, gotong-gotong barang saja Kevin tidak sempat membantu.
Memang Kevin setelah lulus kuliah langsung kerja. Nggak kayak Dania jadi jobseeker dulu setahun sebelum merasakan bau luar negeri. Alhasil, dia harus menyesuaikan dengan waktu longgar Kevin.
Perasaannya mengatakan tinggal nunggu dia minta putus. Dengan alasan kita sudah tidak di jalan yang sama. Tunggu aja tanggal mainnya, pikirnya senewen.
Setelah merapikan sedikit seprei yang berantakan, air conditioner dimatikannya dan Dania membuka jendela. Matahari masih redup-redup dan malu-malu. Beranjak ke balkon, sepasang kakek dan nenek mesra mengajak anjing mereka berjalan-jalan pagi buta.
Udara pagi memang paling Dania rindukan setelah menjalani hari yang berat kemarin. Mudah-mudahan hari ini bisa sedikit santai. Untung ganteng semua, jadi agak betah. Yang menghibur para handsome sih ya.
Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi.
Senandungnya ringan sambil memasuki kamar mandi. Eh, nggak mandi ding. Gosok gigi dulu saja. Karena Dania berniat memasak mengisi tiap sekat perut-perutnya sampai kenyang biar selalu siap siaga menerima omelan dari pak manager.
Gini ini mah kecil. Kalau mau dapat duit ya harus tahan banting. Eh, tahan muncratan omelan sih. Secara kerjaanku lebih banyak menggunakan otak dari pada tenaga. Harusnya.
Begitu keluar dari pintu apartemen ternyata Keagan juga bersiap keluar. Dia berjalan terus dengan santai ke arah Dania. Ow ow, Dania mulai merasa terintimidasi.
“Breakfast?” ucapnya sambil tersenyum kikuk.
Dia hanya berjalan sambil lalu ke arah lift. Alhasil Dania cuma melet-melet nggak jelas sambil berlari kecil mengikuti sebelum pintu lift dia tutup cepat.
“Tunggu dong pak, saya juga mau masuk,” ucap Dania sambil memasang tampang sinis.
“Saya tidak bisa menunggu,” tuturnya sombong.
🍃🍃
Suasana hening. Entah mengapa keheningan ini justru membuat Dania nyaman. Sementara kebrutalan kesehariannya menjadi pemanis situasi saja. Tidak sampai semenit lift sudah mencapai lantai satu. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Keagan langsung pergi berlalu. Meninggalkan kesunyian yang kadang tidak dia rindukan.
Supermarket tak jauh dari gedung apartemen tempat Dania tinggal. Tiga menit berjalan kaki, Dania bisa mendapatkan segala kebutuhan harian yang cukup murah-meriah. Barang hariannya masih lengkap, Dania hanya membutuhkan bahan-bahan masak saja. Setelah berkeliling singkat, dia mulai memutuskan akan memasak tumis cah jamur. Bisa sekalian bawa bekal untuk nanti siang. Hari ini Dania sudah berjanji akan makan siang bareng Rio di rooftop.
Setelah merasa bahan-bahan untuk masak sudah komplit, Dania bergegas kembali karena tidak lama lagi jam kantor. Nggak mau kan disembur pagi-pagi?
Seperti hobi kebanyakan wanita pada umumnya, memasak memang menjadi salah satu hobinya. Kevin sering dia jadikan kelinci percobaan sejak dulu. Dari yang gagal yang rasanya kayak racun, sampai yang aduhai.
Selama memasak Dania selalu memastikan membuka jendela di dekat ruang tamu karena dapurnya terhubung langsung ke ruang tamu. Memang sudah ada penghisap asap di dapur. Tapi namanya jaga-jaga, standar keamanan ini memang selalu menjadi tradisi keluarganya. Sudah nyaman saja.
Dania lirik jam di ruang tamu. Pukul 08.00. Waktunya mandi dan bergegas. Karena mobilnya ada di kantor nggak ada kesempatan untuk telat lagi deh.
Setelah dia merasa pakaian kerjanya matching, Dania merapikan sedikit rambut dan memoles tipis lipstik rasa lemon. Dania berjalan santai. Maklum tempat kerja tak jauh dari rumah. Sambil menjejalkan es krim yang dia beli waktu di supermarket tadi buat teman jalan pagi ini.
“Hatsyiii!”
Angin berhembus semilir di sebelahnya. Ternyata Keagan berlalu dengan cepat. Menaiki sepeda sambil menoleh ke arah belakang.
“Pak, nebeng dong!” Teriak Dania melambai-lambai ke arahnya.
Lagi-lagi dia hanya melambaikan tangannya dan berlalu begitu saja.
“Enak saja!” balasnya teriak.
“Peliit!” teriak Dania sambil menendang angin.
"Kalau telat lagi saya suruh lembur hari ini!"
"Kapan saya telat?" teriaknya lagi tanpa dapat balasan. Perasaan Dania cuma telat dua menit dari gathering penyambutan karyawan baru kemarin. Bagaimana dia tahu?
Kadang memiliki hubungan dengan seseorang yang asyik diajak cakar-cakaran jauh lebih baik daripada yang suka bicara manis. Walau dari dulu Dania dan Kevin jarang sekali bertengkar dan selalu nampak baik-baik saja, dalam hatinya, dia tetap merasa ada yang janggal.
Seperti dia bukanlah the right man ku.
"Eh eh meleleh," Dania jilat cepat lelehan es krim. Takut mengenai blazernya. Bunyi ceplok-ceplok dari sepatu pantofelnya menemani perjalanan Dania. Sembari melihat-lihat gedung-gedung pencakar langit dan pejalan kaki sama sepertinya.
Danja menghirup nafas dalam-dalam. Mengisi paru-paru dan melihat sekeliling.
Youre gonna be okay Dania, lihat..banyak orang yang sama beraktifitasnya dengan dirimu. Jauh dari rumah, jauh dari keluarga.
Getar-getar dari dalam tas seperti getaran kentut membuyarkan lamunan Dania. Dia mengeluarkan smartphone-nya. Ternyata... Oh man, I still miss him. (Oh, Aku tetep aja kangen dia. Cie ... cie)
Kevin calling..
Secuek apapun dirinya. Ternyata rindu itu kini masih dia rasakan. Ada sebersit harapan tiba-tiba Kevin muncul di hadapannya. Tetap saja bagi Dania, Kevin seperti rumah ternyaman.
"Hay, babe," ucap Dania begitu mengangkat teleponnya pada deringan pertama.
🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
eMakPetiR
othor nya bocor parah nih... 🤣
getaran hp dikatanya mirip getaran kentut
2023-02-22
0
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
getaran kentut ada2 az kk🤣🤣
2022-04-18
0
Sagara Banyu
betul...dunia jadi lebih dinamis rasanya 😀
2022-01-14
0