"Claudia" Ucap nya lirih penuh dengan perasaan di hati nya. Ingin sekali rasanya ia memeluk gadis itu. Dan ingin sekali ia mencium bibir mungil milik si gadis untuk melepaskan kerinduan di hati nya yang begitu dalam ia rasakan saat ini. Matanya mulai berkaca-kaca menatap wajah ketakutan gadis yang ada di hadapan nya.
Saat ia mencoba untuk melangkah beberapa langkah ke depan untuk mendekati sang gadis. Namun untuk sesaat ia baru ingat bahwa kekasih nya itu telah meninggal dunia.
Ia pun menghentikan langkah nya. Ia urung niat nya untuk mendekati gadis tadi. Hati nya masih berharap bahwa gadis itu adalah Claudia kekasih nya. Namun, pikiran nya sadar bahwa Claudia telah tiada.
"Apa benar dia Claudia? Apa kah aku sedang bermimpi? Apa ini hanya bayangan ku saja?" Desis laki-laki tadi dalam hati nya.
Namun gadis tadi masih tampak sangat ketakutan.
"Lebih baik kau bunuh saja aku. Aku tidak ingin hidup lagi" Teriak nya sambil menangis dan mengundur langkah nya.
Laki-laki tadi kaget mendengar teriakan sang gadis. Ia mengerutkan kening nya penuh rasa heran dan tanda tanya di dalam benak nya.
Di dalam benak nya masih berpikir apakah dia Claudia? Apakah ini roh nya atau kah orang lain yang hanya mirip dengan kekasih nya itu. Atau ini hanyalah khayalan nya saja karena selama ini dia selalu memikirkan kekasih nya itu.
Lelaki tadi mencoba mencubit lengan nya untuk merasakan apakah saat ini dia sedang bermimpi atau apa.
"Aduh... " Rintih nya kesakitan saat lengan nya lengan nya terasa sakit karena di cubit oleh diri nya sendiri.
Gadis itu terus berteriak meminta untuk di bunuh. Namun lelaki yang berpangkat Mayor Jendral itu tidak memperdulikan nya. Ia terus saja menatap gadis itu dengan rasa penasaran.
"Lebih baik kau bunuh saja aku. Aku lebih baik mati" Ucap gadis itu semakin lemah. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan nya sambil menangis.
Lelaki tadi menjadi iba kepada nya. Tampa ragu-ragu, ia ia pun mendekati gadis yang sedang menunduk dan menangis itu.
Gadis itu merasa kaget dan segera menghindar saat bahu nya terasa di sentuh oleh lelaki tadi. Ia lari ke pojok gudang untuk menjauhi tentara yang memiliki pangkat bintang dua tadi.
"Jangan mendekat! Jangan pernah kamu menyentuh ku. Lebih baik bunuh saja aku. Aku tidak mau hidup lagi. Bunuh saja aku!" Pekik nya sambil menangis tersedu-sedu.
"Prajurit" Teriak Mayor Jenderal tadi kepada bawahan nya yang berada di luar gudang untuk menjaga tahanan nya itu.
"Ya pak" Ujar salah satu prajurit nya datang.
"Tolong panggilkan Sersan! Dan minta dia untuk menghadap ku sekarang" Titah nya.
"Siap pak"
Tampa di suruh kedua kali, prajurit tadi langsung pergi menuju tempat Sersan itu berada.
Sementara lelaki tadi hanya sibuk memandang gadis yang di hadapan nya yang terus menangis itu.
"Bunuh lah aku, bunuh lah aku" Teriak gadis itu semakin melemah. Ia sangat lelah karena terus menangis dari pagi hingga sore ini.
Tenaga nya terasa sudah habis. Bahkan untuk berdiri saja saat ini ia merasa tidak berdaya lagi. Pandangan nya berkunang-kunang. Kepalanya terasa pusing. Hingga akhirnya, ia pun jatuh terkulai kelantai gudang tadi.
Alangkah kaget nya laki-laki tadi melihat gadis itu jatuh pingan. Ia pun segera mendekati gadis tadi dan di letakan kepala gadis itu di pahanya sebagai bantal. Ia menyibak rambut yang sempat menutupi wajah cantik sang gadis.
Mata nya tidak bisa lepas dari wajah cantik itu. Ia menatap dalam-dalam wajah gadis yang pingsan itu.
"Iya, tidak salah lagi. Dia adalah Claudia. Kekasih yang sangat aku rindukan. Tapi, apa mungkin Claudia masih hidup? Bukan kah dia sudah.... " Pikir laki-laki tadi tidak melanjutkan perkataan dalam hati nya.
"Kenapa gadis ini sangat mirip dengan Claudia? Apa kan dia adik nya? Apa dia ada hubungan nya dengan Claudia? Atau apa selama ini Claudia mempunyai kembaran?" Satu persatu pertanyaan pun kembali muncul di benak nya.
"Ah tidak mungkin. Selama ini yang aku tahu Claudia tidak mempunyai saudara kembar. Dia adalah anak tunggal dari pak Jackson. Ini tidak mungkin. Tapi siapa gadis ini sebenarnya?" Pikirnya lagi.
Di tengah pergelutan hati dan pikiran nya, Sersan dan prajurit tadi datang menghadap nya.
"Pak, bapak panggil saya?" Tungkas nya.
"Iya, aku mau bertanya kepada mu. Apa kalian melakukan sesuatu kepada gadis ini?"
"Tidak pak" Jawab Sersan itu tegas dan merasa heran melihat gadis itu tergeletak di lantai.
"Semenjak di tangkap kami tidak pernah melakukan apa pun kepada nya. Jangan kan mau menyentuh nya, mendekatinya saja sudah membuat nya histeris meminta untuk di bunuh" Jawab Sersan tadi apa adanya.
"Kenapa dia meminta kita untuk membunuh nya?" Desis laki-laki itu pelan.
"Mungkin, ada sangkut paut nya dengan lelaki yang mati di tembak tadi pagi pak"
"Maksud mu?"
"Tadi pagi, ada tiga orang laki-laki bersama nya. Mereka ingin melarikan diri setelah tertangkap. Namun dua dia antara mereka mati karena tertembak sedang kan satu nya berhasil melarikan diri"
Lelaki tadi mengangguk mengerti.
"Mungkin gadis ini merasa trauma di hati nya melihat kedua teman nya mati dengan di tembak seperti itu" Batin nya.
Ia pun mengendong tubuh lunglai itu membawa nya ke luar gudang dan pergi menuju jeep nya. Sedangkan Sersan dan kedua anak buah nya mengikuti nya dari belakang.
"Aku akan membawa nya ke rumah. Aku akan segera kembali" Ujar Mayor tadi terhadap bawahan nya setelah membaringkan tubuh gadis itu di kursi belakang.
Mayor tadi menyalakan mobil nya. Ia menyetir mobil itu membelah jalan raya yang telah beraspal mulus itu.
Tidak lama, mobil itu berbelok di sebuah rumah kecil mungil yang bersih dan indah di pandang mata. Mobil tadi masuk ke halaman rumah dan berhenti di garasi yang ada di rumah itu.
Seorang laki-laki tua yang bekerja sebagai pembantu rumah itu datang mendekati mobil yang dikendarai oleh majikannya itu.
"Pak, pak Amat tolong buka pintu" Ujar nya menggendong gadis tadi untuk masuk ke dalam rumah nya. Lelaki tadi membaringkan gadis itu di sofa yang terdapat di ruang tamu rumahnya itu.
"Bik Sarmi" Lelaki tadi setengah berteriak memanggil pembantu nya.
"Iya tuan" Jawab bik Sarmi datang menghadap.
"Bik, tolong rapikan kamar tamu ya" Titah nya.
"Lo, tuan, siapa gadis ini?" Tanya bik Sarmi kaget melihat gadis yang di bawa oleh majikan nya tadi dala keadaan pingsan.
"Sudah, jangan banyak tanya dulu ya bik. Rapikan saja kamar tamu" Titah nya lagi.
Dengan cepat bik Sarmi pun merapikan kamar tamu seperti yang di minta oleh majikan nya itu. Setelah selesai wanita paruh baya itu pun keluar.
Sejenak, bik Sarmi dan pak Amat memandangi gadis yang sedang pingsan itu.
"Gadis ini memang sangat cantik" Pikir mereka masing-masing.
"Kasihan dia, kenapa gadis cantik ini bisa seperti ini?" Tanya bik Sarmi. Rinaldi nama lelaki yang berpangkat Mayor Jendral tadi hanya tersenyum sambil memandang gadis yang lunglai itu.
Naldi memutuskan untuk turun ke lantai bawah, mengambil gagang telepon lalu memutar nomor telepon itu.
"Hallo" Jawab orang seberang.
"Hallo apa ini dokter Ismail?" Tanya Naldi.
"Iya, saya sendiri" Jawab orang seberang tadi.
"Naldi kan?" Tebak nya.
"Iya saya"
"Ada apa Nal? Apa kamu sakit? Atau pembantu mu?" Tanya Ismail. Yah memang Naldi hanya menghubungi nya ketika dalam keadaan darurat saja seperti ada orang yang sakit. Oleh karena itu dokter itu bisa menebak jika Naldi menghubungi nya.
"Aku maupun pembantu ku tidak ada yang sedang sakit saat ini"
"Terus?"
"Jika kamu mau tahu jawaban nya, datang lah ke rumah ku sekarang. Ada seorang pasien yang butuh bantuan mu. Dan kamu pasti tidak akan percaya jika melihat nya nanti" Ujar Naldi.
"Wah, siapa pasien itu. Jadi penasaran"
"Makanya segera datang ke rumah ku. Nanti kamu juga akan tahu jawaban nya"
"Oke, aku akan segera ke sana. Dalam waktu lima belas menit aku akan tiba di rumah mu"
"Oke, aku tunggu kedatangan mu" Naldi menutup gagang telepon nya.
Naldi kembali naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar tepat di mana ada gadis yang di bawa nya tadi. Sementara pak Amat dan bik Sarmi hanya bisa terbelongo. Di dalam benak mereka penuh tanda tanya.
"Siapa gadis ini? Dan bagaimana bisa tuan bertemu dengan nya? Dan kenapa tuan bisa membawa nya ke rumah ini?" Itu lah yang ada di dalam pikiran pak Amat dan bik Sarmi.
Di antara mereka tidak ada yang membuka suara. Meski banyak pertanyaan yang menghantui kedua pembantu itu, tapi mereka tidak mau mengutarakan nya. Karena mereka takut bila nanti bisa membuat majikan nya marah kepada mereka.
Keadaan di sana sunyi senyap. Hanya bisa di dengar suara angin yang meniup pohon cemara yang ada di samping kamar itu.
Terdengar suara mobil berhenti di halaman rumah. Naldi cepat-cepat turun bersama dengan pak Amat Mereka menyambut pak dokter yang di telfon oleh Naldi tadi.
"Mail, sudah tiba?"
"Iya. Dimana pasien nya?"
"Dia ada di atas. Ayo ikuti aku" Jawab Naldi, Ismail dan pak Amat mengikuti dari belakang.
"Silahkan pak dokter. Dia pingsang" Kata bik Sarmi menyuruh dokter Ismail untuk memeriksa gadis tadi ketika melihat dokter itu tiba di hadapan nya.
Alangkah kaget nya dokter Ismail melihat gadis yang ada di depan nya itu.
Lalu ia mengalihkan pandangan nya kepada Naldi yang tersenyum melihat nya. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan.
"Tidak mungkin" Keluh nya. Ia kembali memandang Naldi lagi.
"Periksa lah dulu. Akan aku ceritakan nanti" Ujar nya melihat dokter Ismail sebagai sahabatnya tampak kebingungan seperti itu. Ia memang tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments