Ismail kembali membandingkan lagi foto Claudia dengan gadis yang pingsan tadi. Kemudian ia pun tertawa karena telah menemukan perbedaan antara Claudia dan gadis itu.
"Ya... Iya kamu kan kekasihnya Claudia, tentu saja kamu mengetahui perbedaan antara Claudia dan gadis ini"
Naldi mengukir senyuman yang tampak dipaksakan.
"Itu dulu, sekarang dia sudah meninggalkan aku untuk selama-lamanya" Ucap Naldi lemah dan sedih. Ia tampak tertunduk. seketika peristiwa yang pahit itu bermain di layar ingatannya. Dimana peristiwa yang pahit itu tidak akan pernah ia lupakan untuk selama-lamanya.
Ismail menghela nafas panjang lalu ditepuk-tepuknya bahu sahabatnya itu.
"Sudah lah, jangan kamu bersedih lagi. Dan jangan kamu pernah mengingat kembali peristiwa yang pahit itu di dalam hidupmu"
"Bagaimana aku bisa melupakan peristiwa itu? Aku sangat menyesal semua ini terjadi karena salahku. Andai saja aku bisa memutar kembali waktu. Alangkah lebih baiknya aku yang menjadi korban atas kelalaianku bukan dia" Ujar Naldi tambah sedih dan tertunduk lesu.
"Sudah lah Naldi, jangan kamu sesali atas apa yang terjadi. Ini semua sudah takdir. Kamu hanyalah sebagai pelantaranya saja.. Kamu harus ikhlas, kamu harus bisa terima semua ini" Ujar Ismail memberi semangat.
"Entah lah Mail, sulit untuk ku melupakan semua ini. Semakin aku berusaha melupakan peristiwa pahit itu, semakin membuat ku merasa bersalah dan mengingat nya kembali" Naldi mengusap-ngusap wajah nya yang tampak sangat menyesal.
"Sudah lah Naldi. Anggap saja gadis ini sebagai pengganti Claudia mu yang telah tiada" Kata Ismail memberi saran.
Naldi mengangkatkan kepalanya pelan-pelan lalu dia memandang sahabatnya itu. Ismail tersenyum memberi keyakinan kepada sahabatnya itu.
"Terima kasih mail kau telah memberi saran yang tidak mungkin aku lupakan kata-katamu itu" Ucap Naldi memeluk sahabat nya itu. Ismail membalas pelukan dari sahabatnya itu lama juga mereka saling berpelukan.
"Ya sudah, aku pamit pulang dulu. Masih ada beberapa pasien yang menunggu ku di rumah" Ujar Ismail setelah berpelukan dengan Naldi.
"Ini resep obat untuk gadis itu. Kamu bisa membelinya di apotik" Tambah nya lagi.
"Oke, terima kasih. Aku akan membelinya nanti" Jawab Naldi sambil mengantar teman nya itu ke mobil yang di kendarainya. Pak Amat yang sedari tadi mengikuti mereka dari belakang yang membawa tas yang alat-alat kesehatan yang dibawa oleh Ismail tadi kepada pemilik tas itu.
"Aku pamit dulu. Ingat jangan sedih lagi, ini semua sudah takdir" Kembali Ismail memberi semangat.
Naldi mengangguk sambil tersenyum. Dokter tadi pun menyalakan mesin mobilnya lalu mengendarai mobilnya membelah jalan raya.
"Pak Amat, tolong belikan obat-obatan ini ke apotek ya" Pinta Naldi setelah mobil yang dikendarai oleh Ismail tadi tidak kelihatan lagi oleh matanya.
"Baik tuan" Jawan pak Amat.
Pak Amat pun bergegas ke mobil dan menyetirnya menuju ke jalan raya dan hingga mobil yang dikendarainya tidak kelihatan lagi oleh mata Naldi.
Naldi menghempaskan tubuhnya di ada sofa yang berada di ruang tamu rumahnya sambil menghilangkan rasa lelahnya. Ia masih melamun., bisa di lihat bahwa saat ini dia sedang memikirkan sesuatu. Namun tidak ada yang tahu entah apa yang ia pikirkan saat itu.
Setelah selesai masak bubur yang di perintah kan oleh dokter tadi, bik Sarmi kembali ke dalam kamar di mana tempat gadis yang di bawa oleh Naldi tadi berada. Wanita paruh baya itu merapikan selimut yang menutupi tubuh gadis itu.
Pelan-pelan, tangan gadis itu bergerak bik Sarmi kaget melihatnya. Kemudian ia bergegas Turun ke bawah untuk memanggil tuannya.
"Tuan, tuan" Katanya dengan napas yang terhengah-hengah.
"Kenapa bik?" Tanya Naldi kaget melihat pembantu di rumah nya itu dengan napas satu persatu.
"Anu tuan, anu... Gadis tadi kelihatan nya sudah sadar tuan" Ucap nya.
"Apa" Naldi cepat-cepat naik ke atas untuk melihat keadaan gadis itu big Sarmi mengikutinya dari belakang.
Gadis yang pingsan tadi pelan-pelan membuka matanya dan memandang di sekeliling kamar itu. Ia merasa heran di tempat asing itu. Tadi sebelum aku pingsan aku berada di sebuah gudang. Tapi kenapa sekarang tempat nya berbeda. Pikir nya.
"Di mana aku?" Ucap nya dengan lemah. Ia memandang orang-orang yang ada di depannya. Awalnya ia hanya melihat bik Sarmi dengan sorotan mata yang sayu. Kemudian ia mengalir pandangannya ke arah Naldi.
Belum sempat bik Sarmi dan Naldi menjawab pertanyaan dari gadis itu. Kembali gadis itu kaget melihat Naldi.
"Kamu" Katanya lirih dan berinsut beberapa jengkal dari duduknya. Bisa di lihat dari sorotan mata gadis itu terpancar bahwa gadis itu sangat dendam dengan Naldi.
"Bunuh lah aku. Tidak ada gunanya aku hidup lagi, lebih baik aku mati" Teriaknya sambil melempar bantal ke arah Naldi.
Bik Sarmi dan Naldi jadi panik melihat gadis itu berteriak histeris seperti itu.
"Kamu kenapa Claudia?" Tanya Naldi. Dia hanya sekedar menyebut nama itu karena ia tidak tahu siapa sebenarnya gadis yang ada di hadapan nya itu.
"Claudia? Siapa. Claudia? Apa tuan kenal dengan gadis ini? Jadi nama gadis ini Claudia?" Tanya bik Sarmi dalam hati nya.
"Bik, tolong hubungi Ismail lagi dan suruh dia datang ke sini secepatnya" Titah tuan nya.
Bik Sarmi masih terbengong, ia tampak kebingungan dan tidak mengenali siapa Claudia itu.
"Cepat bik" Ujar Naldi sambil memegang tangan gadis itu.
Gadis terus saja memberontak dan mengamuk sehingga cadar alas kasur yang ia tepati itu tidak karuan jadinya.
"Baik.... Bak tuan" Bik Sarmi bergegas Turun ke bawah dan mengambil gagang teleponnya untuk menghubungi dokter yang dimaksud oleh Naldi tadi.
Karena merasa panik dan pikiran nya belum stabil karena masih kaget melihat gadis yang dibawa oleh tuannya itu mengamuk secara tiba-tiba.
"Ismail, Ismail siapa ya Ismail itu.. " Ujar Bik Sarmi kepada dirinya. Seketika ia lupa dengan dokter Ismail yang baru saja datang ke rumah majikan nya tadi. Yah itu di sebab kan rasa panik.
"Oh, Ismail yang datang tadi" ujarnya baru ingat bahwa dokter yang datang memeriksa gadis tadi itu bernama Ismail. Kemudian ia pun cepat-cepat memutar telepon dan menelepon dokter Ismail tadi. Setelah itu dia naik ke atas.
"Sudah di telfon bik?" Tanya Naldi.
"Sudah tuan, dan sebentar lagi ia akan tiba di rumah ini" Jawab bik Sarmi semakin bengong dan kebingungan melihat gadis itu semakin mengamuk.
Tiba lah Ismail dengan mobil nya. Cepat-cepat bik Sarmi menyambut nya.
"Kenapa bik? Ada apa?" Ujar nya cemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Zana Maria
Makin ke sini makin menarik jg ceritanya
2023-01-02
1
samsuryati
Kembar kah?
2022-12-20
1