Seperti yang sudah-sudah. Entah siapa yang memberitahu Restu, kalau Vinka berada dirumah orang tuanya saat ini.
Restu tiba-tiba datang membawa banyak bingkisan dan mainan untuk anak Davinka. Entah apa yang sebenarnya Restu inginkan. Padahal ia sudah tau kalau Vinka sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Tapi rasa cinta Restu untuk Vinka serasa tak ada matinya.
Seperti saat ini,Restu bahkan rela bolos kerja untuk mengunjungi Vinka. Bukan bolos sihhh, karena sekarang Restu sudah mempunyai Usaha sendiri dan menjadi pemilik salah satu pabrik terkenal didaerahnya.
Maka dari itu keluarga Vinka tidak pernah masalah atau merasa terganggu dengan keberadaan Restu.
Sungguh keluarga matre, iza kan. Lalu bagaimana dengan nasib rumah tangga Vinka dan apa yang menjadi penyebab Wahyu berubah. Ikuti terus kisahnya, agar tak ketinggalan.🤭🤭🥰
Restu sudah duduk manis disofa ruang tamu, Vinka keluar ingin membeli makanan.
" Assalamu'alaikum Vinka ... Apa kabar?" tanya Restu.
" Waalaikum salam kak Restu ... ngapain kak Restu kemari!!" Vinka berbicara ketus, ia terganggu dengan keberadaan Restu sang mantan.
" Vinka!!! Kamu tidak boleh ngomong seperti itu sama Nak Restu. Ia sudah banyak membantu keluarga kita!!!" Suara Ibu Tami, Ibunda Vinka tiba-tiba terdengar memenuhi ruangan itu.
" Bu ... Apa salah, jika aku bersikap tegas kepadanya. Aku sudah menikah dan bahkan aku sudah memiliki dua orang anak. Bagaimana dengan perasaan suamiku, Bu. Kalau dia tau,aku masih berhubungan dengannya !!" ucap Vinka tegas.
" Vinka ... buat apa kamu memikirkan perasaan suamimu. Toh dia juga belum tentu setia. Pasti dia juga sering komunikasi dengan teman wanitanya. Kamu jangan menutup mata. Nanti kamu akan menyesal dan menangisi semuanya!!!!" ucap Ibu Tami tak kalah tegas.
Mendengar kata-kata Ibunya membuat hati Vinka sakit. Bagaimana bisa, Ibunya sendiri berkata dan menilai menantunya seperti itu.
" Terserah Ibu ... aku mau pergi ke warung bu Sri dulu. Ada yang harus aku beli. Maaf, assalamu'alaikum ... " ucap Vinka datar.
" Vinka ... kamu jangan ngeyel. Kamu harus dengar kata-kata Ibu. Kalau tidak kamu akan menyesal !!" teriak Ibu Vinka.
" Sudah Bu ... Vinka masih belum menyadari keburukan suaminya. Kalau dia sudah tau pasti sikapnya akan berubah. Sabar dulu saja Bu, ikuti alurnya ," kata Restu menenangkan Ibu Vinka.
Ibu Vinka hanya bisa menghembuskan nafas panjang seraya mengendalikan emosinya. Ia hanya ingin anak-anaknya bahagia dan memiliki pasangan yang menyayangi mereka.
"Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu Vinka ... " batin Ibu Tami.
" Mari Bu ... saya bantu membereskan dagangannya," ucap Restu. Entah apa yang dilakukan Restu itu ikhlas atau hanya modus.
Ibu Vinka sangat senang jika Restu bisa menjadi menantunya. Sikap yang Restu tunjukkan selalu baik. Bahkan setelah Vinka menyakitinya. Ia masih tetap baik terhadap keluarga Vinka.
Entah apa yang Vinka fikirkan dulu. Kenapa mereka bisa putus, dan Vinka memutuskan untuk segera menikah dengan Wahyu.
"Vinka ... Aku tak bermaksud ingin memisahkan kalian. Aku tau tindakanku ini akan melukaimu. Namun,aku tidak mau kamu tersakiti terlalu dalam," batin Restu sedih.
Restu memang sangat menyayangi Davinka. Bahkan ia menjaga Vinka dengan sepenuh jiwa dan raganya. Kesalahan terbesar yang pernah ia lakukan dulu. Hingga membuat Vinka pergi darinya, adalah penyesalan paling mendalam yang Restu rasakan.
Penyesalan memang selalu datang diakhir bukan. Dan kini hal itu yang Restu rasakan. Cintanya telah berpaling dan lebih memilih pria lain untuk ia jadikan pendamping hidupnya. Sungguh miris nasib Restu.
Vinka pulang dengan membawa belanjaan yang lumayan banyak. Restu ingin membantunya. Namun Vinka lebih memilih memanggil Adiknya dari pada menerima bantuan Restu. Vinka tidak ingin suaminya menjadi salah faham dan kecewa kepadanya.
" Vinka ... Sini aku bantu. Pasti berat, kan " kata Restu seraya tersenyum manis.
" Maaf kak ... Vinka tidak mau ada salah faham antara Vinka dan suami. Vinka mohon kak ... jauhi Vinka," ucap Vinka memohon.
" Hendri ... tolong bantu kakak !!!" teriak Vinka memanggil Adiknya.
Hendri pun datang dengan muka cemberutnya. Kenapa Kakaknya itu bodoh. Lebih memilih lelaki seperti Wahyu yang jelas- jelas tidak bisa apa-apa. Dengan malas,Hendri menghampiri Kakaknya itu.
" Ada apa sihhh ... nngak usah teriak-teriak. Kaya dihutan aja. Lagi pula kan sudah ada kak Restu, ngapain panggil aku!" jawab Hendri ketus.
" Kamu ini Adik aku bukan sih ... kenapa semua orang malah belain dia, dan tidak memperdulikan perasaan aku dan suamiku!!" jawab Vinka tak kalah ketusnya.
Hendri pun hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskannya kasar . Ia segera membawa barang- barang Kakaknya itu masuk. Sebelum Kakaknya semakin ngomel.
" Maaf Kak Restu ... sebaiknya Kak Restu pulang. Tidak baik seseorang yang sudah bersuami sepertiku, menerima tamu pria lain. Dan pria itu adalah masa lalunya. Kak Restu faham dan mengerti posisiku, kan. Aku mohon kak ... jangan memperkeruh keadaan," ucap Vinka.
" Baiklah Vinka ... kalau itu keinginanmu. Aku akan menjauhimu. Tapi aku tidak bisa menjauhi keluargamu. Mereka sudah ku anggap keluargaku juga. Kamu tau kan aku sudah tidak memiliki keluarga lagi selain keluargamu," jawab Restu sedih. Orang tua Restu sudah meninggal. Dia tinggal bersama Pakdhe dan Budhenya.
" Heeeemmmzzz ... terserah padamu, kak. Maaf ... aku harus masuk dulu, menemui anak-anakku. Assalamu'alaikum ... " kata Vinka.
" Iza Vinka ... silahkan. Waalaikum salam ... " jawab Restu.
Setelah Vinka masuk Restu pun bergegas menghampiri orang tua Vinka untuk berpamitan.
" Bu, Pak, saya pamit dulu. Kapan- kapan saya kesini lagi kalau ada waktu," kata Restu lembut.
" Ooohhh ... iza Nak Restu. Maafkan sikap Vinka. Ibu jadi tidak enak," kata Bu Tami.
" Tidak apa- apa Bu. Restu faham, lagi pula Restu datang kesini untuk bersilaturahmi dengan kalian," kata Restu sambil tersenyum.
" Restu pamit dulu, Pak Bu. Assalamu'alaikum ... " kata Restu.
" Waalaikum salam ... " jawab kedua orang tua Vinka.
Restu pun akhirnya mengalah dan membiarkan Vinka tenang dulu. Restu tidak mau Vinka semakin membencinya.
Setelah masuk rumah Vinka pun bergegas melaksanakan salat zuhur. Vinka ingin menenangkan hati dan fikirannya.
Vinka selalu mengutamakan salat dan lebih memilih mengadu kepada Tuhan ketimbang menceritakan keluh kesahnya kepada orang lain.
Setelah selesai, Vinka ke kamar menemui anak-anaknya. Mereka sudah bangun dan sudah bermain bersama. Vinka bersyukur memiliki anak-anak yang baik dan pengertian.
" Anak-anak Ibu sudah bangun," ucap Vinka.
" Sudah dari tadi, Bu. Safa membangunkanku," jawab Elsa cemberut.
" zaa udah ... sekarang Kak Elsa makan siang dulu. Setelah itu salat zuhur," ucap Vinka seraya menggendong Safa.
" Baik Bu ... " jawab Elsa.
" Minta tolong Nenek, Kakek atau om Hendri untuk mengambilkan nasi dan lauk. Ibu mau menyusui Adik kamu dulu. Kasihan dari tadi belum minum. Pasti sangat haus. Iza kan sayang ... " jawab Vinka seraya menciumi pipi gembul Safa.
"Iza Bu ... " jawab Elsa. Ia segera menuju ke luar menemui Nenek, Kakek, dan Om nya.
Vinka beruntung dan sangat bersyukur memiliki anak- anak yang baik dan pengertian. Mereka tidak pernah rewel dan menyulitkan Vinka.
" Nek ... aku lapar," kata Elsa.
" Baiklah cucu nenek yang cantik, duduklah . Nenek ambilkan makanan untukmu dulu," kata Ibu Tami.
Elsa pun menurut dan duduk dengan tenang di meja makan bersama Kakeknya.
" Elsa ... Apa Ayahmu sekarang bekerja?" tanya Kakek Sarif.
" Iza Kek ... Ayah sudah seminggu ini masuk kerja," jawab Elsa apa adanya.
" Baiklah ... kalau Ayahmu tidak bekerja, mintalah ia untuk membantu Kakek dikebun dan disawah serta mengurus ternak Kakek," kata Kakek Sarif.
Dari semua anggota keluarga Vinka. Hanya Ayahnya lah yang mendukung pernikahan Vinka dengan Wahyu. Entah mengapa semua orang jadi membenci Wahyu.
Tak berselang lama Bu Tami datang membawa makanan untuk Elsa cucunya. Walaupun Bu Tami marah dan benci dengan Wahyu. Namun ia sangat menyayangi cucu- cucunya.
Dulu sikap Bu Tami dan keluarga Vinka tidak seperti itu kepada Wahyu. Entah kenapa semua berubah sejak kelahiran baby Safa.
" Makanlah ... Kamu bisa kan makan sendiri?" tanya Neneknya seraya menaruh piring di depan Elsa dan menuangkan minum untuk Elsa.
" Bisa Nek ... Aku biasa makan sendiri. Aku tidak mau Ibu terlalu lelah mengurus Aku dan Adik Safa. Ibu sudah lelah mengurus keperluan kami dan juga mengurus rumah. Apalagi Ibu banyak jahitan sekarang," jawab Elsa dengan wajah polosnya.
Bu Tami merasa kasihan terhadap Vinka anaknya. Kenapa anaknya itu lebih memilih hidup menderita bersama dengan suaminya ketimbang menuruti kata- katanya.
" Semoga kamu bahagia dan tidak menyesali keputusanmu Vinka. Kamu ank Ibu, dan Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu," batin Bu Tami.
Pak Sarif pun mengerti kegundahan dihati istrinya. Ia mengusap punggung tangan istrinya untuk memberi semangat.
Pak Sarif selalu meyakinkan istrinya. Kalau anak-anaknya akan baik- baik saja. Pak Sarif meminta istrinya untuk selalu berfikir positif dan mendoakan anak-anaknya.
Pak Sarif tau, istrinya sangat mengkhawatirkan Vinka. Namun ia juga sangat menyayangkan sikap istrinya, yang selalu memojokkan Vinka dan membuat Vinka semakin tertekan. Pak sarif tau saat ini Vinka tidak baik-baik saja. Maka dari itu, Pak Sarif tidak memperbolehkan istrinya terlalu menekan anaknya itu. Pak Sarif khawatir Vinka akan semakin tertekan dan tidak nyaman.
Hati orang tua mana yang rela jika melihat anaknya disakiti. Begitupun orang tua Vinka, saat mereka mengetahui semuanya. Hati mereka hancur, namun mereka tidak bisa berbuat banyak. Karena Vinka masih bersikeras untuk bersama Wahyu.
Orang tua Vinka hanya bisa mendoakan semoga Vinka bahagia dan tidak menyesal dengan keputusannya.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa likenya
Selalu dukung karya Author...
Agar Author semakin giat nulisnya
Terimakasih😘😘🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments