Chapter 5

Zio mengikuti mobil Zea yang melaju di depannya diam-diam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ia ingin memastikan Zea selamat sampai rumah. Karena bagaimanapun gadis itu baru saja menolongnya.

Setelah memastikan mobil Zea memasuki halaman rumahnya, barulah Zio memutar balik laju mobilnya. Nmun, ia tak langsung kembali ke rumah. Rasanya ia butuh penyegaran untuk kesehatan mentalnya. Hari ini benar-benar hari yang menguras emosinya.

Zio menghentikan mobilnya di tepi jalan. Ia keluar dari mobilnya lalu duduk di cap mobilnya tersebut hanya untuk sekedar menikmati embusan angin malam.

............

"Lo beneran udah jadian sama claudya, yo? Kok bisa?" tanya Agas to teh poin tanpa basa-basi.

"Kenapa? lo naksir sama dia?" Zio justru balik bertanya.

"Nggak lah! masa gue suka sama cewek nggak jelas gitu. Bukan level gue!" ucap Agas.

"Kalau gitu, lo diam aja. Kecuali lo naksir dia, gue kasih dia ke elo!" ujar Zio santai.

"Yo!" tegur Agas.

"berisik!" timpal Zio sambil berlalu menuju ke kantin kampus. Ia duduk di kursi yang biaa ia duduki jika datang ke sana. Kursi yang dikhususkan untuknya oleh para ciwi-ciwi yang ngefans dengannya.

"gue tahu, claudya bukan tipe lo! terus kenapa lo terima dia jadi cewek lo? otak lo tertinggal dimana?" Agas duduk di samping Zio.

Zio Diam tak menyahut. Wajahnya tetap datar tanpa ekspresi.

"Gue tahu lo, yo! gue tahu Lo nggak mungkin suka sama claudya!" ucap Agas sedikit ngegas.

"Cuma gue yang tahu gimana perasaan gue, Gas. Ini perasaan gue! Lo emang sahabat gue, tapi lo nggak bisa atur gue mau punya perasaan sama siapa, gue mau pacaran sama siapa," ucap Zio.

"Gue kayak gini karena gue peduli, be go!" umpat Agas dan Zio masa bodoh.

Saat itu Claudya datang, tak jauh di belakangnya, Zea dan Miranda juga baru saja tiba di kantin. Mereka duduk di depan kursi tempat Zio duduk. Sehingga apa yang terjadi di kursi Zio, mereka pasti dengar. Hanya saja, Zea duduk membelakangi Zio. Sehingga wajahnya tak terlihat oleh pria itu. Hanya punggungnya yang tetap terlihat tenang.

Sementara Claudya langsung bergelayut manja di lengan Zio. Jika biasanya Zio marah saat claudya seperti itu. Kali ini berbeda, ia membiarkannya saja meski dengan wajahnya yang tetap tanpa ekspresi.

"Dih, datang-datang udah gelendotan aja, lo nggak kuat duduk tegap sendiri, di?" sindir Agas.

"Diam lo, Gas! Pacar gue aja nggak keberatan, lo yang sirik! Iya kan, sayang?" ucap Claudya manja pada Zio.

Zio hanya diam, namun matanya melirik ke arah dimana Zea dan Mira duduk. Gadis itu sama sekali tak peduli.

"Lo kayaknya butuh ke pskiater deh, yo! Cek otak lo, barang kali konslet. Bisa-bisanya lo mau jadi cowok dia," ucap Agas tanpa ragu.

"Kenapa memang kalau gue pacaran sama Claudya? Dia suka sama gue, nggak benci sama gue yang brandal ini. Itu artinya dia masih punya hati," Zio melirik ke arah zea lagi saat mengatakannya.

"Ssssst, Ze. Beneran itu mereka udah jadian? Kirain cuma Claudya aja yang kegeeran, eh tahunya udah jadian beneran. Sayang banget ya, kasihan Zionya. Claudya kan cewek nggak benar!" ucap Mira.

"Biarinlah, bukan urusan kita juga. Mau dia pacaran sama nenek lampir sekalipun, bukan urusan kita, Mira," sahut Zea.

Meski berkata demikian, sebenarnya Zea kepikiran juga. Claudya memang terkenal nakal. Ah tapi, Zio juga nakal, pikirnya. Meski dalam versi yang berbeda.

Melihat Zea yang sama sekli tak terusik dengan kemesraannya dengan Claudya membuat Zio panas sendiri rasanya. Ia bangkit dari duduknya, " Mau kemana, yo?" tanya Claudya.

"Cabut! Sumpek gue di sini lama-lama!" ucap Zio.

"Yaelah, kirain datang ke kampus buat belajar, cuma numpang minum di kantin doang?" sindir Agas, tapi Zio tak peduli.

"Otak cerdas, tapi sayang nggak di gunain dengan baik. Orang tua susah-susah biayain mahal buat kuliah, eh anaknya tukang bolos. Kebayang gimana sedihnya seorang ibu yang sudah menaruh harapan tinggi pada anaknya," ucapan Zea sukses buat Zio menghentikan langkahnya.

" Ssst, Ze. Dia bisa ngamuk. Kamu jangan cari masalah. Dia kakak tingkat kita, loh!" ucap Mira lirih.

" Justru karena dia kakak tingkat kita, harusnya kasih contoh yang bagus, dong. Bukannya malah ngajarin yang jelek!" Zea bukannya gentar, malah semakin berani.

" Eh, lo! Diam! Jangan suka urusin urusan orang!"ucap Claudya.

" Kok kamu yang sewot, ngerasa emang?" sahut Zea.

" Kamu!" Claudya maju, ingin membuat perhitungan dengan Zea. Namun di cegah oleh Zio.

" Nggak usah di ladenin, Di. Hanya buang energi, lo!" ucap Zio.

Zio menatap Zea dengan sorot yang susah diartikan sebelum akhirnya ia pergi dari sana.

.......

Saat hendak menuju ke parkiran mobilnya, Zea melihat Zio sedang bermain basket dengan teman-temannya. Ternyata laki-laki itu tak benar-benar pergi meninggalkan kampus. Atau mungkin sudah kembali lagi? Entahlah, tak terlalu ia pikirkan juga.

Dugh!

"Aw!" bola basket yang di lempar teman Zio mengenai kepala Zea. Zea meringis memegang pelipisnya.

"Lo gimana sih? Lemparnya yang benar, dong!" hardik Zio.

"Sorry, yo. Kekencengan gue Lemparnya!" sahut temennya.

Zio berdecak dan berlari kecil mendekati Zea, "Lo nggakpapa?" Zio terlihat khawatir.

"Nggak apa-apa," sahut Zea. Tanpa di duga, Zio menyentuh pelipis Zea, sontak gadis itu langsung mundur.

"Pelipis lo berdarah! Tunggu sebantar!" Zio berlari menuju mobilnya dan mengambil plester.

Tanpa bicara, Zio menempel plester berganbar hewan-hewan itu ke pelipis Zea.

Zea menahan senyumnya mendapati kenyataan kalau Zio menyimpan plester lucu seperti itu. Tak bisa ia bayangkan jika pria itu terluka dan di plester memakai plester itu.

"Gak usah di tahan, mau ketawa, ketawa aja! Itu punya ponakan gue!" ucap Zio.

Zea langsung merubah ekspresinya datar, "Makasih," ucapnya.

"Hem," Sahut Zio. Laki-laki itu hendak kembali ke lapangan basket. Namun Zea memanggilnya, "YO!" panggil Zea.

Zio yang baru satu langkah melangkahkan kakinya menoleh, "Apa?" tanyanya kembali dingin.

"Kamu sama claudya, beneran pacaran?" tanya Zea ragu.

"Kenapa? Lo cemburu?" tanya Zio datar.

Zea mendengus, "Bukan begitu, cuma aku dengar kalau Claudya itu bukan cewek baik-baik," Zea berusaha memperingatkan Zio karena dia merasa perlu melakukannya sebagai calon kakak ipar yang baik.

"Bukannya gue juga bukan cowok baik-baik? Buktinya lo benci banget sama gue!" sahut Zio.

"Setidaknya aku udah memperingatkan kamu, yo," ucap Zea.

Zio kembali mendekati Zea, "Lo nggak usah sok peduli sama gue, Ze. Kalau benci, benci aja gue. Atau gue bisa salah paham sama sikap lo," ucapnya.

"Bukan cuma aku yang benci kamu, tapi kamu juga sebenci itu sama aku. Aku bisa melihatnya dari wajahmu setiap melihatku!" ucap balas Zea.

Zio hanya tersenyum kecil mendengar, "Lo nggak tahu kalau benci dan cinta itu berdampingan? Lo tahu apa dengan apa yang lo lihat? Gue benci atau gue cinta sama lo?" tanya Zio.

"Maksudnya?" Zea tak mengerti.

Zio tak berniat menjelaskan," Nggak ada maksud apa-apa. Nggak usah lo pikirkan! Pulang sana!" ucapnya lalu melangkah pergi.

"Ck, siapa juga yang mau mikirin!" gumam Zea. Ia tak lagi bicara dan membiarkan Zio kembali ke lapangan basket.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Tiasni Nellu

Tiasni Nellu

zio cari perhatian.

2024-11-05

0

Rapa Rasha

Rapa Rasha

lanjut

2024-02-12

1

Kamiem sag

Kamiem sag

Segitu sulitnya kah Zio ngungkapin perasaan

2023-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!