Sepanjang perjalanan, Zea sama sekali tak membuka mulutnya untuk bicara. Sesekali Zio meliriknya, entahlah hanya karena masa kecil mereka, gadis itu menjadi benci dengannya.
Zio sengaja mempercepat laju mobil, hal itu berhasil menarik reaksi Zea.
"Yo, berhenti!" teriak Zea. Namun Zio tak peduli.
"Ziovan!" teriak Zea lagi karena laju mobil yang semakin kencang. Barulah Zio mengerem mobilnya mendadak.
"Kamu gila ya, yo? Kamu mau kita mati bersama?" sentak Zea.
"Gue hanya gak suka lo diem! Udah gue bilang, gue bukan sopir!" balas Zio.
"Aku juga bukan teman yang bisa ngobrol sama kamu. Nggak ada yang perlu kita bahas, kita nggak sedekat itu!" balas Zea.
Zio mendengus, "Lo masih sebenci itu sama gue?" tanyanya.
Zea diam tak menyahut.
Zio memukul stir mobilnya sebelum akhirnya ia melanjutkan laju mobilnya, "Hanya karena waktu kecil gue suka cium lo, lo jadi benci dan anti sama gue," gumam Zio dan Zea mendengarnya.
"Kamu tahu aku nggak suka hal itu diungkit, yo. Aku malu!" ucap Zea.
"Gue masih kecil waktu itu Ze. Kecuali, kalau gue lakuin itu sekarang, baru lo boleh malu,"
"Nggak lucu, yo!"
Zio tersenyum sinis, "Abang bilang mau balik dalam waktu dekat ini," ucap Zio kemudian.
"Aku tahu," sahut Zea datar. Zio kembali melirik gadis yang membencinya tersebut.
"Gue lupa kalau lo tunangannya, pasti dia udah kasih tahu lo duluan daripada gue,"
Zea diam tak menyahut.
"Dalam rangka apa? Melepas rindu?" tanya Zio lagi.
"Banyak tanya!" sahut Zea.
Zio tak lagi bertanya. Tak terasa mobil sudah memasuki halaman kediaman Osmaro yang sangat luas.
"Nggak usah di parkir, pak! Nanti saya akan pergi lagi," pesan Zio kepada penjaga rumah.
Syafira sudah menyambut kedatangan calon menantunya tersebut, "Bunda maaf, Zea terlambat. Tadi ban mobil Zea bocor soalnya," ucap Zea kepada Syafira setelah menyalami wanita yang telah melahirkan laki-laki yang ia benci tadi.
Sementara Zio langsung naik ke kamarnya setelah menyapa sang bunda.
"Nggak apa-apa sayang, bunda kangen banget. Udah lama kamu nggak ke sini, mentang-mentang Nathan nggak di rumah," ujar Syafira.
"Bukan begitu bunda, Zea sangat sibuk akhir-akhir ini," sahut Zea.
"Kok tumben bareng Zio?" tanya Syafira.
"Dia maksa, bund!" jawab Zea.
"Kirain kalian udah akur," seloroh Syafira. Ia tahu calon menantunya tersebut sering sekali perang dingin dengan putra ketiganya.
"Ayo masuk, bunda udah nyiapin makanan kesukaan kamu, loh!" ajak Syafira.
"Iya, bund,"
.....
"Untuk rencana pernikahan kamu sama Nathan, bunda sudah membicarakannya dengan mommy kamu. Kami serahkan semunya sama kalian mau seperti apa. Ini momen penting sekali seumur hidup buat kalian. Jadi, kami ingin kalian mewujudkan pernikahan seperti apa yang kalian impikan, terutama kamu, sayang. Karena tahu sendiri Nathan seperti apa orangnya, pasti dia tidak memiliki ide," ucap Syafira yang kini sedang mengobrol santai dengan Zea di taman belakang.
"Nanti biar Zea bicarakan sama abang dulu, bund. Bagaimanapun kan ini pernikahan kami berdua," sahut Zea.
"Baiklah, semakin cepat akan semakin baik. Bunda udah nggak sabar rasanya. Sebentar lagi Nathan akan kembali buat pernikahan kalian,"
Zea tersenyum, ia juga sudah tak sabar dengan kepulangan tunangannya tersebut. Pria yang selama ini ia dambakan sebentar lagi akan menjadi suaminya.
Tanpa sengaja, Zio mendengar percakapan bunda dan calon iparnya tersebut.
" Bund, Zio pamit!" ucap Zio.
Syafira menoleh, "Mau kemana lagi, sayang?" tanya Syafira yang melihat Zio yang sudah berganti kostum berdiri tak jauh dari mereka duduk.
"Ada janji sama teman, bund!" jawab Zio lalu menyalami bundanya tersebut.
"Tapi nggak sampai malam, kan? nanti siapa yang antar Zea pulang? Daddy juga sedang tidak di rumah," tanya Syafira.
"Kan ada sopir, bund. Zio pergi dulu!" sahut Zio sambil melirik Zea yang tetap cuek dengan keberadaannnya.
"Anak itu, beda sekali dengan abang dan adiknya. Suruh kuliah di luar negeri seperti Nathan dan Zack, nggak mau. Kuliah di sini kaya nggak niat," keluh Syafira.
Zea hanya bisa tersenyum tipis mendengarnya, "Tapi Zio nggak kalah pintar dari abang dan Zack, bund," bukan hanya ingin menenangkan Syafira, tapi Zea mengatakan yang sebenarnya. Meski benci dengan Zio karena berandal, Zea akui kecerdasan laki-laki itu.
"Kau benar, padahal dengan kecerdasannya itu bunda ingin dia segera lulus biar bisa bantu daddinya di perusahaan. Tapi, anak itu selalu memiliki pemikirannya sendiri. Bunda dengar dia sering balapan liar. Kuliah sering bolos. Ya ampun, anak bunda yang satu ini benar-benar suka bikin jantungan," keluh Syafira.
.....
Zea pamit karena hari mulai petang. Karena sopir ternyata sedang sakit, Zea terpaksa naik taksi pulangnya. Karena jika menunggu sopir datang menjemput, dirasanya akan lebih lama. Jadilah dia memsan taksi online terdekat.
Saat menunggu taksi online yang sudah ia pesan, Zio datang dengan sepeda motornya.
" Biar gue antar pulang," ucap Zio.
"Nggak usah, aku naik taksi aja!" tolak Zea.
Zio menatap bundanya, "Biar zio yang antar, Sayang. Bunda lebih tenang kalau kamu diantar dia, lebih aman," ucap Syafira.
Akhirnya Zea menurut karena bunda yang sudah bertitah. Ia pikir, Zio akan mengantarnya menggunakan sepeda motornya. Tapi, ternyata pria itu malah memasukkan motornya ke carport dan menggantinya dengan mobil sport miliknya.
" Buruan!" seru Zio saat Zea sedang pamit kepada Syafira.
"Yo, jangan galak-galak, yang sopan! dia calon kakak iparmu," tegur Syafira.
"Zio nggak nyuruh dia jadi kakak ipar Zio, bund!" jawab Zio.
"Yo...." tegur Syafira.
"Zio pamit, bund!" ucap Zio yang tak mengindahkan teguran bundanya.
.......
Jalanan mulai gelap, begitu juga suasana di mobil milik Zio tersebut. Rasnya sunyi senyap gelap tak ada penerangan.
"Kalau nggak ikhlas, nggak usah nawarin buat antar tadi," ucap Zea tiba-tiba.
Zio diam tak menyahut.
"Berhenti aja, yo! Aku naik taksi aja," ucap Zea.
"Bukanya lo yang nggak mau ngobrol sama gue? Gue diam lo kesal, aneh!" ucap Zio.
"Gue nganter lo juga karena tunangan lo yang minta. Dia tahu lo ke rumah jadi minta gue buat jadi sopir, lo!" imbuh Zio berbohong. Sebenarnya ia tak ada komunikasi dengan kakak sulungnya yang kini sedang berada di London tersebut.
"Tapi, kalau kamu ada urusan dan nggak mau antar, aku bisa naik taksi. Nggak apa-apa, udah biasa," ucap Zea pelan.
Zio berdecak, jika menyangkut abangnya, gadis langsung menurut.
"Udah terlanjur juga, lo mau mampir ke suatu tempat nggak? Mumpung gue lagi baik hati,"
"Nggak, aku langsung balik aja," jawab Zea.
Namun, Zio menghentikan mobilnya di depan abang penjual martabak, "Abang bilang lo paling suka martabak, gue beliin bentar. Ntar dikira gue nggak bersikap baik sama lo,"
"Ngak usah, yo!"
Zio tak menggubris penolakan Zea. Tak lama kemudian Zio kembali masuk, "Nih, mumpung masih anget!"
Zea terpaksa menerimanya, "Nanti aja di rumah, mommy pasti senang kalau aku bagi," ucapnya.
"Terserah," sahut Zio. Zea mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Zio. Benar-benar beda dengan Nathan yang kalem dan lembut, pikirnya. Untung yang akan menikah dengannya Nathan, bukan pria arogan di sampingnya ini.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Tiasni Nellu
lanjuuuut.
2024-11-05
0
Diana
Peran itu kalau gak antagonis ya protagonis.
2024-05-25
0
luiya tuzahra
pokoknya klw di novel yg dingin2 yg arogan2 yg berandal2 yg keren zea
2024-03-03
1