"Kok bisa? Lo nggak doa dulu tadi pas mau kabur, sampai mobil lo ketinggalan?" ucap Agas.
Sumpah demi apa, ingin rasanya Zio menyumpal mulut agas saat ini, "lo yang buat gue buru-buru naik ke motor lo tadi! Mana gue lupa kunci mobil gue ada di mobil lagi!"
"Lah, lo mau-mau aja gue suruh nak ke motor gue!" Agas tidak mau di salahkan.
Zio mendengus lalu mengacak rambutnya frustrasi, "gue harus balik ke sana!" ucapnya.
"palingan mobil lo udah di derek sama Satpol-pp tadi, yo! Ikhlasin aja!" ucap agas degan entengnya.
"Mulut lo Gas, gue lagi nggak pengin sedekah mobil! Bisa pecat dari KK kalau bokap tahu mobil gue kena razia!"
"bandel sih, lo!"
Zio langsung memiting leher Agas, "lo yang nyuruh gue buat ke sini!" ucapnya.
"Gue nggak nyuruh lo, gue cuma ngasih tahu posisi gue ada di mana,"
"Dan pemberitahuan lo itu merupakan undangan buat gue!" sahut Zio.
"Lo kenapa Sih, yo? gue yakin lo lagi ada masalah, kan?" tebak Agas.
"Zea?" tebak Agas lagi.
Zio tak menjawab, tapi dari wajahnya, agas bisa menyimpulkan sendiri. Ya, Agas satu-satunya teman Zio yang mengetahui kalau Zea adaah calon ipar Zio.
"Lo kenapa nggak coba jujur aja?" ucap Agas. Zio langsung menatapnya tajam, "jaga mulut, lo!" ucapnya.
"Gue tahu, yo. Sebenarnya lo..."
"Bisa diem, nggak?" sentak Zio. Agas pun memilih diam.
"Anterin gue ke tempat tadi!" Zio sudah kembali membonceng sepeda motor Agas.
Dan benar saja, setibanya di tempat balapan tadi, mobilnya sudah tidak ada.
"Nggak ada, yo! pasti udah di derek," kata Agas.
"s h i t!" umpat Zio.
...............
Sedangkan di rumahnya, Zea kesel karena tasnya tertinggal di mobil Zio. Tadi dia hanya memegangi ponselnya saja karena sambil berkirim pesan dengan Nathan. Karena Zio buru-buru tancap gas, Zea sampai lupa dengan tasnya.
Tiba-tiba saja, ponselnya berdering. Dari nomor tak di kenal. Zea terkejut saat tahu yang menelepon ternyata dari kantor polisi.
" Apa benar ini dengan Zea Manika Eleanoor Erlangga?"
" Iya, pak. Ada masalah apa ya?" tanya Zea.
"Begini nona, kami menemukan mobil milik Anda yang terparkir sembarangan di area balap liar yang baru saja kamu razia tadi. Dan sekarang mobil Anda berada di kantor kami. Silakan di ambil dengan membawa surat kepemilikan,"
"Mobil? balap liar?" gumam Zea tak mengerti. Setik kemudian ia ingat kalau tasdan identitasnya ada di mobil Zio, itu artinya. " Brandal itu!" geramnya.
Zea mendengus, "Biar saja pak mobilnya di tahan, saya tidak peduli!" ujar Zea lalu menutup telepon.
.........
Pada akhirnya, Zea datang juga ke kantor polisi karena untuk mengambil tasnya. Di sana Zio sedang beradu argumen dengan polisi, "harus ada yang menjamin Anda untuk keluar dari sini, kalau tidak kami tidak bisa membiarkan Anda bebas dan membawa mobil itu," kata polisi.
Zio mendengus, ia tak mungkin meminta daddinya datang untuk menjamin. Padahal ia sudah menunjukkan surat-surat kepemilikan mobil miliknya. Namun, polisi masih kekeh harus ada jaminan yang menjamin kalau Zio tidak akan melakukan balapan liar lagi.
Sedangkan Agas, hanya mengantar Zio ke sana. Zio langsung mengusir sahabatnya tersebut setelah ia turun dari motornya. Zio tak mau Agas ikut berurusan dengan polisi. Meski Agas memaksa untuk ikut masuk, namun pada akhirnya ia kalah berdebat dengan Zio.
" Kalau begitu, tahan saya saja, selama yang bapak mau!" ucap Zio lalu berdiri dan balik badan. Di sana ia melihat Zea sedang menatapnya jengah.
Zio tak peduli dengan keberadaan Zea, ia membuang pandangannya ke sembarang untuk menghindari tatapan gadis yang lebih muda setahun darinya tersebut.
" Saya yang akan menjaminnya, pak," ucap Zea pada polisi.
"gue nggak butuh bantuan lo!" ujar Zio.
Zea Tak peduli ucapan Zio. Gadis itu berjalan mendekati meja polisi lau duduk.
"Anda siapanya pemuda ini?" tanya polisi.
"Saya Zea, yang bapak telepon tadi. Saya...." Zea melirik Zio sekilas, "calon kakak iparnya," lanjutnya kemudian.
Zio terlihat mengepalkan tangannya, "mending lo balik, Ze. Gue nggak butuh bantuan, Lo!" ucap Zio.
"Anda yakin?" tanya polisi.
" Maksud bapak?" tanya Zea bingung, pun dengan Zio yang penasaran dan menatap polisi tersebut.
"Maksud saya, yakin calon kakak iparnya? bukan kekasihnya?" tanya polisi.
"Pak! kalau mau tahan saya, tahan saja! Dimana selnya?" sentak Zio yang geram mendengar pertanyaan polisi barusan.
"saya benar calon kakak iparnya, pak. Kebetulan tadi dia baru saja Mengantar saya pulang dan tas saya tertinggal di mobilnya. Mungkin dia tadi kebetulan saja dia sedang lewat daerah sana," jelas Zea.
"Nggak usah sok bela gue, gue emang ikut balapan tadi," ujar Zio. Yang mana membuat Zea menahan kesal.
"jadi, apa kami sudah bisa pulang, pak sekarang ?" Zea kembali menatap polisi di depannya.
"Maaf, mbak. Tapi, kamu butuh penjamin yang benar-benar keluarganya. Sedangkan Anda kan masih calon. Bisa jadi, Anda bohong kan? saya tidak bisa menjamin kejujuran Anda,"
"Udah gue bilang kan? Lo cuma buang-buang waktu doang. Mending lo pulang! Ayo pak! Saya gak masalah harus tidur dimanapun!" kaya Zio.
Zea hanya menggelengkan kepalanya. Ia ingin abai, pulang membawa tasnya dan bubuk cantik di rumah, tapi tetap tak bisa.
"Saya akan menelepon kakaknya, biar bapak percaya. Sebentar!" ucap Zea kemudian.
"ZE!" sentak Zio memperingatkan Zea untuk tidak menghubungi Nathan.
Tapi, Zea tidak peduli. Setidaknya Nathan tidak akan searah Bara. Kalaupun marah pria itu jauh di negeri lain sana.
"Zea! gue bisa urus masalah gue sendiri!" teriak Zio.
Terlambat, sambungan video call sudah tersambung. Zio menggeram menahan kesal.
"Kenapa, sayang? baru tadi telepon, sekarang udah telepon lagi, udah kangen?"
Zio langsung mengepalkan tangannya saat mendengar suara abangnya yang menyapa Zea dengan mesra. Ia memilih menjauh ke kursi yang letaknya beberapa meter dari tempat duduk Zea.
"bang, Aku lagi di kantor polisi," sahut Zea yang sebenarnya sedikit malu kepada petugas polisi yang mendengar ucapan Nathan.
Tentu saja Nathan kaget. Zea pun menjelaskan apa yang terjadi. Nathan meminta untuk bicara dengan polisi. Akhirnya polisi pun mengijinkan Zio pulang dengan membawa mobilnya. Namun tentu saja, Zio harus menandatangani surat pernyataan untuk tidak melakukan balapan liar lagi,
Zea dan Zio keluar dari kantor polisi, "Gue nggak mau terima kasih, gue nga minta lo datang ke sini," ujar Zio.
"Aku nggak gila ucapan makasih!" sahut Zea.
Zio berdecak. Ia menuju mobilnya. Pun dengan Zea, ia mendekati mobilnya yang terparkir di sebelah mobil Zio.
"Lain kali, lo nggak usah Ikut campur urusan gue. Apalagi sampai bawa-bawa abang gue!"
Zea yang baru akan membuka pintu mobilnya langsung menatap kearah pria tersebut, "Aku hnya nggak bisa lihat orang kesusahan, apalagi saudara calon suamiku," sahut Zea.
Zio memejamkan matanya sambil menahan napasnya demi menahan sesuatu yang sangat tidak enak di dadanya lalu masuk ke dalam mobilnya.
Blam!
Zea berjengit karena kaget saking kerasnya Zio membanting pintu mobilnya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Yoni Asih
Abang zio baik trs gmn donk ah.....
2024-10-27
0
Novano Asih
sebenernya Zio kan suka sama Zea dari kecil malah
2024-09-17
0
Rapa Rasha
gk kebayang kak gimana jika mereka jodoh
2024-02-12
1