Chapter 3

Mobil kembali melaju membelah jalanan ibu kota pada waktu yang merangkak menuju malam tersebut.

"Lo beneran akan menikah sama abang gue?" tanya Zio tiba-tiba.

"Apa perlu aku jawab? Pertanyaanmu aneh! Tentu saja kami aku akan menikah dengannya. Dia tunanganku," ucapnya.

"Ma-maksud gue, lo beneran mau married dalam waktu dekat ini? Lo udah yakin sama bang Nathan?" tanya Zio.

"Nggak ada satu keraguan pun dalam diriku. Tujuan kami tunangan kan memang untuk menikah. Kamu kenapa? Kayak nggak suka gitu, tenang aja aku nikahnya sama bang Nathan, bukan sama kamu," ucap Zea.

"Kalau lo nikah sama gue, gimana?"

Zea terkejut dengan pertanyaan Zio barusan, ia bahkan sampai menoleh menatap pria itu.

"Lupakan! Gue cuma becanda, nggak usah tegang gitu mukanya. Lo kan benci sama gue, mana mungkin mau nikah sama gue," ucap Zio.

"Lagian kamu ada-ada aja. Tanya hal yang nggak masuk akal!" ujar Zea.

"Semuanya bisa saja terjadi, Ze. Lo kan nggak tahu takdir lo di tulis sama siapa sama Tuhan sebelum lo lahir ke dunia ini. Siapa tahu kan ada nama gue di sana," ucap Zio.

Zea malah merinding sendiri mendengar kalimat Zio barusan.

"Turunin Aku, yo! Kamu makin kemana-mana ngomongnya!" ucap Zea.

Zio benar-benar menghentikan mobilnya. Zea bergeming di tempat duduknya, "katanya minta turun?" ujar Zio dingin.

Zea mengembuskan napasnya kasar. Ia menyentuh sabuk pengamannya untuk di buka. Baru akan membuka pintu mobilnya, Zio kembali melajukan mobilnya.

Zea berdecak sebal. Memang ada banyak hal yang membuatnya membenci pria ini dan sangat sulit menemukan hal yang membuatnya tertarik.

Setelah menurunkan Zea di depan rumah gadis itu, Zio langsung tancap gas tanpa sepatah katapun.

"Ck, dasar!" umpat Zea.

"Diantar siapa kamu, sayang?" suara cinta pertama Zea mengagetkan gadis tersebut.

"Daddy ngagetin aja deh!" ujar Zea.

"Masa kayak gitu aja kaget? Kenapa mukanya di tekuk gitu? Siapa yang buat putri daddy cemberut begini?" tanya Elang.

"Makhluk paling nyebelin di dunia ini siapa lagi kalau bukan Zio, dad?" timpal Zea.

"Oh, jadi putri daddy ini kesl karena diantar Zio? Mobilmu kemana memangnya?"

"Bannya bocor, Zea tinggal di kampus. Lupa mau kasih tahu pak Tarno tadi. O ya, bunda titip salam buat daddy!" ujar Zea.

"Ssssst, jangan keras-keras. Nanti mommy dengar kalau daddy dapat salam dari cewek lain, bisa keluar tanduknya," seloroh Elang.

"Siapa yang keluar tanduknya?" ratu di rumah tersebut muncul tiba-tiba dengan wajah masamnya yang mana membuat Zea terkekeh.

"Mommy juga dapat salam dari bunda. Nggak cuma daddy aja. Udah ah jangan berantem, udah pada tua juga!" seloroh Zea.

"Nah gitu dong, putri kesayangan daddy, jangan cemberut terus. Biar nanti daddy tegur itu si Zio yang udah buat princessnya daddy kesal,"

"Ck, daddy nih! Emang Zea balita. Dikit-dikit daddy yang maju. Nggak usah, ntar di kiranya Zea tukang ngadu lagi," timpal Zea.

"Malu atau karena sebenarnya peduli sama Zio?" goda Elang.

"Nggaklah, sebel malah sama tukang nyosor itu!" Zea langsung ngeloyor masuk.

"Mas, udah jangan ledek Zea terus! Gadismu itu sebentar lagi udah mau nikah, loh! Mas masih aja suka goda dia, kasihan kan," ujar Senja.

"Buat mas, Zea tetaplah putri kecilku sayang, sampai kapanpun. Ah rasanya nggak rela kalau secepat ini dia akan di ambil anak orang," ujar Elang.

"Ya mau gimana lagi, mas. Emang harus begini kan? Kita nggak mungkin mencegah kebahagiaan putri kita. Ingat kan waktu kita menjodohkannya dengan Nathan? Dia senang sekali. Karena memang dari dulu dia mengagumi Nathan," ucap Senja.

"Tetap saja, sayang. Rasanya gak akan ada laki-laki yang mencintai putriku seperti aku mencintainya,"

"Dia juga putriku, mas. Aku yang mengandung dan melahirkannya penuh perjuangan. Kita hanya bis mendoakan untuk kebahagiaannya. Lagian, Nathan adalah pria yang baik, tampan dan cerdas, sangat cocok untuk putri kita,"

Elang menatap tak setuju pada pernyataan isterinya. Senja langsung mengembuskan napasnya," Iya, suamiku, daddinya anak-anak yang terbaik, nggak usah gitu mukanya dengar aku muji calon menantu,"

Elang terkekeh mendengarnya," Yuk ah, masuk ke dalam. Angin malam nggak bagus buat kesehatan. Yang bagus olah raga malam," ucapnya merangkul tubuh wanita yang sudah dua puluh tahun lebih menemani hari-harinya tersebut.

...

Sementara itu, Zio terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entahlah kenapa dia bisa merasa sekesl ini sekarang. Tidak, lebih tepatnya ia merasa kecewa tanpa sebab.

Ada hal yang membuat pemuda tersebut merasa sesak di dadanya. Tapi ia sendiri tak tahu apa penyebabnya. Ia menghentikan mobilnya di tepi jalan.

"Aaarrggghhh si al!" Zio mengumpat. Ia tak bisa mendeskripsikan apa yang kini menyesakkan dadanya. Berkali-kali ia menghela napasnya dalam, namun hal itu juga tak kunjung membuat perasaannya membaik.

Zio mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang, "Lo dimana, Gas?" tanyanya.

"Oke, gue kesana sekarang!" Zio langsung menyudahi panggilannya. Ia butuh melampiaskan kekesalannya malam ini. Kebetulan tadi Agas mengatakan jika malam ini ia sedang berada di area balap liar. Tanpa berpikir lagi, Zio melajukan mobilnya ke sana.

Sorak sorai menyambut kedatangan Zio malam ini. Ia langsung turun dari mobilnya. Agas langsung datang mendekat, "Lo yakin mau melakukannya? Dia lawan yang berat, yo. Apalagi kalau pakai motor gue, lo bisa kalah,"

Zio berdecak, "Lo ngeremehin gue?"

"Bukan begitu, kali ini hadiahnya nggak main-main, lumayan banyak. Tapi, kalau lo kalau... .."

"Nggak ada dalam kamus gue, gue kalah. Kebetulan gue lagi butuh uji adrenalin malam ini. Gue juga butuh uang itu, mana kunci motor lo?"

Agas memberikan kunci motornya, "motor gue baru, yo. Ya meskipun nggak sebagus ounya lo, tapi lo harus hati-hati. Jangan lo bawa celaka, bisa diamuk bokap gue," agak menyesal juga sebenarnya tadi Agas jujur kalau dia lagi ditempat itu. Niatnya hanya ingin menonton, eh malah motor barunya di pinjam oleh Zio.

Zio siap menggeber sepeda motor yang ia tumpangi. Ia melirik sinis lawannya sambil menunggu aba-aba.

Pertandingan cukup sengit malam ini. Namun, Zio tetap menjadi pemenang pada akhirnya.

Saat mereka bersorak merayakan kemenangan Zio, terdengar suara sirine mobil patroli polisi.

"Si al! Pasti ada yang bocorin nih sampai polisi tahu!" umpat salah satu dari mereka.

Agas langsung bersiap kabur di atas motornya, "Yo, ayo buruan. Lo nungguin di tangkap? Bokap lo bisa ngamuk!" ucapnya.

"S h i t! Umpat Zio. Ia langsung saja membonceng Agas dan kabur.

Setelah merasa aman, barulah Agas memperlambat laju sepeda motornya," Wah gila! Hampir aja ketangkap tadi. Nyesel gue iseng datang ke sana tadi, malah hampir kena razia polisi. Yo, lo diam? Pasti kaget juga, kan?"

"bukan begitu, mobil gue ketinggal, be go!" sahut Zio.

.......

Terpopuler

Comments

Rapa Rasha

Rapa Rasha

la zio kenapa boncengan sama agas kan kmu bawa mobil gimana sih

2024-02-12

1

daroe

daroe

ogeb

2023-10-23

1

Afternoon Honey

Afternoon Honey

🤣🤣🤣🤣🤣mobil bisa ketinggalan 🤣🤣🤣🤣🤣

2023-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!