5. Kecurigaan

"Jose, kamu ngerasa ada sesuatu aneh ga sama pengantinmu itu?" tanya Ben penasaran. 

Pandangan Jose menatap Ben sekilas, kemudian berkata, "Ada. Banyak bahkan," jawab Jose.

Ben menggoyangkan kopi tanpa gula yang sedari tadi dipegangnya, dia memiringkan kepala dan mengingat sesuatu dalam kepalanya. "Kamu berpikir ga, Lista bukan Lista tapi orang lain?"

"Aku juga mikirnya gitu. Siapa coba yang bisa berubah dalam seminggu, aku kira ga ada. Jadi aku udah yakin, Lista bukan Lista."

"Terus untuk ngebuktiinnya gimana? Kita harus tau ini secepatnya sebelum kita putusin harus tuntut ini ke keluarga bermuka dua itu atau enggak," usul Ben.

"Dari tadi aku udah coba pancing dia. Dari awal aku udah ngerasa kalau dia bukan Lista, tapi orang lain. Lista kan orangnya penuh tipu muslihat bahkan terkadang suka buat hasrat kelelakianku muncul. Mulutnya  licin dan menggoda. Tapi waktu di mobil, dia kupancing, malah menangis padahal aku ga mukul loh," aku Jose.

"Aku bakal cari tau. Tapi mungkin butuh waktu dua hari juga. Aku ada banyak kerjaan di perusahaan dan penyelidikan kita yang belum kelar sampai sekarang."

"Oke, tapi jangan sampai ada keteledoran ya," pesan Jose.

"Macam ga tau saja kamu siapa sahabatmu," Ben tertawa renyah.

Kedua orang ini adalah sahabat yang berbicara non-formal kala di dalam tanpa orang lain. Namun menutup diri sebagai atasan dan bawahan supaya tidak ada orang yang tahu siapa mereka sebenarnya.

Jose keluar setelah mengambil secangkir teh tanpa gula di mesin pembuat kopi.

"Mau ke mana?" tanya Ben melihat Jose pergi.

"Sebentar lagi aku akan kembali," jawab singkat Jose.

Jose kembali ke kamar yang sudah dipersiapkannya untuk malam pertama mereka. Inda terlihat sedang merapikan beberapa prabotan sehingga segalanya terlihat rapi. Inda melakukannya karena bosan dan tidak tau mau lakukan apa. Jose semakin yakin kalau sosok perempuan yang dinikahinya ini bukan Lista tapi orang lain. Hanya saja Jose belum tahu siapa dia. Jose juga tidak ingin terburu-buru. Jika pun benar perempuan yang bersamanya bukan Lista, ia bisa tetap melangsungkan rencana awalnya menikahi Lista meski gadis itu bukan Lista.

Jose mendatangi Inda. Kedatangan mendadak jelas membuat Inda terkejut. "A!" teriak Inda spontan. Tangannya lemas hingga tanpa sadar melepas kotak berbentuk hati yang sudah sedikit lusuh itu. Jose segera menangkap kotak hati itu dan menyimpannya di tangannya. Ia mengerutkan kening. "Apa hakmu merapikan perabotan di kamar ini?!" tanya Jose dengan nada marah.

Inda tertunduk. "Maafkan aku. Tadi kamarnya sedikit kotor, tidak terawat. Makanya aku merapikannya."

"Mulai sekarang jangan teledor memegang semua perabotan apapun di rumah ini. Kalau mau memakai atau membersihkannya, harus hati-hati. Awas saja menghancurkannya! Jangan harap satu hari itu kamu bebas melakukan apapun!" ancam Jose.

Inda menunduk ketakutan. "Bab-baik, tuan."

"Panggil aku suamimu, sayang atau apalah yang bisa membuat kita semakin akrab," ucap Jose dengan suara datarnya.

"Baik, Sayang."

"Keputusan yang tepat!" puji Jose tersenyum tipis meski hanya sepersekian detik. "Sekarang sudah siang. Sebagai istri kamu harus pandai masak. Selama pernikahan, aku tidak mau masak makanan dari luar. Aku mau istriku yang masak. Merapikan seisi rumah dan mengelola keuangan. Jatah bulananmu mulai dari lima juta, jadilah perempuan irit," jelas Jose.

Tapi dalam hatinya lagi-lagi menguji apakah tebakannya salah atau bukan. Hingga dua menit menunggu reaksi Lista alias Inda, Jose hanya mendapat kata, "Saya akan berusaha melakukan yang terbaik, sayang." benar saja, tidak ada penolakan dengan jatah bulanan, serta apa yang harus dilakukan gadis itu selama pernikahan. Ini membuat Jose yakin, gadis ini bukan Lista, tapi perempuan yang sudah diatur untuk menggantikan Lista.

"Ayo ikut denganku. Ada yang mau kutunjukkan."

Jose keluar dari kamar itu diikuti Inda di belakangnya, Inda melihat sebuah tanah kosong berumput hijau dari jendela besar saat Jose ingin pergi ke dapur. Inda kagum pada rumah yang sebenarnya adalah villa ini 

"Ini dapurmu. Semua perlengkapan sudah tersedia di kulkas ini. Jangan terburu-buru memasaknya, karena kalau masakanmu tidak sesuai seleraku, maka jangan harap ada kebebasan untukmu mulai detik ini!" ancam Jose lagi setelah ia sudah sampai di dapur yang dihuni Ben sedari tadi.

Inda melihat kulkas yang bahkan memiliki tinggi setengah kali lebih tinggi dari tubuhnya, banyak makanan tersedia di sana, membuat Inda berpikir apa yang harus dimasaknya.

Kemudian ia ingat satu resep yang sedari dulu sangat disukainya dan mulai menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 

Setelah memasang celemek di depan tubuhnya, Inda  mengambil dan membersihkan daging beku dari kulkas. Tidak lupa memotong daging itu sebesar dadu. 

Hal itu dilakukan Inda dengan lihai. Karena di rumah keluarga Dehandra, dia benar-benar dijadikan pelayan yang tidak pantas digaji. Rumah keluarga terkenal dermawan bagi orang sekitar itu, harus dibersihkannya sebersih-bersihnya. Masakan sehari-hari, selalu dalam porsi banyak karena keluarga Dehendra sering berbagi makanan pada orang miskin. Dan semua makanan itu Inda yang mengerjakan. Sehingga para koki keluarga Dehandra hanya makan gaji buta selama ini.

Inda menghidupkan kompor dan setelah meletakkan wajan berisikan air dan beberapa rempah-rempah di dalamnya.  Ia memasukkan daging ayam dan menutupnya. Seraya menunggu ayam masak, Inda juga memotong tiga jenis sayur, bayam, wortel dan brokoli. Sekali lima menit Inda menjelang daging masak, Inda mengecek tingkat keempukan daging itu. Ia juga memasukkan sayur serta garam tanpa penyedap rasa. Aroma daging yang dimasak dengan baik, sungguh menggugah selera. Jarak meja makan dan meja masak dua meter. Jose dan Ben memuji Inda dalam hati. Perut yang sebenarnya tidak terlalu lapar kini merajalela ingin makan. Tak jarang Jose maupun Ben terlihat menelan ludah. Masakan sederhana namun sangat menggugah.

Inda melihat masakannya sudah jadi, namun ketika melihat nasi tidak ada dan ternyata semua disediakan dalam keadaan 'baru' membuat Inda berpikir panjang. Ia tau kalau memasak nasi dalam penanak nasi akan memakan waktu satu jam. Ini membuatnya memasak nasi dalam panci tahan api. Sengaja apinya dibesarkan dahulu sampai mendidih, kemudian api dikecilkan. Hanya perlu lima belas menit lebih, nasi sudah matang. Inda membagi-bagikan nasi dan daging secara merata dalam piring keramik yang ada di lemari piring. Aroma yang sangat mengganggu konsentrasi Jose dan Ben yang sedari tadi bekerja karena mereka tidak ingin menyia-nyiakan waktunya dengan termenung.

"Makanannya sudah selesai di masak, Sayang," ucap Inda seraya meletakkan dua piring itu di atas meja makan.

Panas dari nasi maupun daging menyembul ke udara menimbulkan rasa rakus untuk segera menghabiskannya. Namun Jose tetap berusaha bersikap tenang dengan melakukan pencicipan. Jose mencicipi makanan itu dan matanya segera membulat. Enak. Satu kata yang menggambarkan rasa masakan ini. Membuat Jose teringat beberapa potongan ingatan yang sedikit terlupakan.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Jose dengan pandangan selidik membuat Inda terdiam berpikir apa yang harus dijawabnya.

'Jangan-jangan dia sudah tau aku siapa?!' duga Inda yang membuatnya sangat gugup.

Terpopuler

Comments

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

😶😶😶😶😶😶😶

2023-02-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!