3. Perjanjian Selama Pernikahan

"Maaf, permisi nyonya dan tuan... Saya sekertaris Ben atas perintah tuan Jose ingin membawa nona Lista pulang ke rumah."

Sontak pandangan semua orang di ruangan kedap suara itu mengunci pada seorang lelaki ramah di depan pintu yang mengatakan ingin menjemput nona Lista alias Inda. Segera nyonya Marien merangkul tangan Inda dan membawa Inda pada sekretaris Ben, orang kepercayaan tuan Jose selama bertahun-tahun.

‘‘Jangan lupa siapa dirimu. Selama pernikahan, hanya ada nama Lista dan terbiasalah dengan nama itu!’’ bisik nyonya Marien di telinga Inda.

Inda mengangguk karena seperti kata–kata yang terlontar dari mulut bibi Vanesha, Jose adalah lelaki yang tidak akan membiarkan seorangpun mempermainkannya. Inda jelas tidak ingin mencari masalah. Meski mungkin namanya adalah Inda, selama pernikahan, ia harus terbiasa dipanggil dengan sebutan Lista.

‘‘Ini kuserahkan putri tercantikku padamu. Jangan buat dia lecet, ya!’’ pesan nyonya Marien bersandiwara dengan menganggap Inda adalah Lista.

‘‘Baik, nyonya Marien,’’ jawab sekretaris Ben berbalik tanpa membawa Inda di belakangnya.

‘‘Ikuti dia, Inda!’’ bisik nyonya Marien mendorong pelan tubuh Inda yang kurus itu.

‘‘Bab–baik, Nya.’’

Inda mengikut kemana pria bertubuh kekar bagai bodyguard itu pergi. Gaun putih panjang dan sepatu hak tinggi yang dipakainya sungguh menyulitkannya bergerak.

‘‘Tut–tunggu …,’’ lirih Inda terus menarik gaun yang terus menyapu lantai itu, takutnya gaunnya kotor dan nyonya Marien memarahinya.

Sekretaris Ben menoleh ke belakang, dia mengernyit aneh melihat istri tuannya itu. ‘Kenapa nona Lista aneh seperti ini, ya?’ pikir Ben. Selama dua bulan perkenalan sampai pertunangan seminggu lalu, Lista yang dikenal Ben tidak seperti ini polos dan lambatnya. Bahkan Lista lebih gesit dan sombong membuat Ben kesal setiap kali melihatnya.

‘Apa benar nona yang dinikahi tuan Jose, nona sombong itu?’ pikir Ben ragu. Dia mendekati Inda. ‘‘Apa yang anda butuhkan, nona Lista?’’

Inda menunjuk kaki yang dilakukannya. ‘‘Kakiku sakit sekali. Gaun ini, juga terlalu panjang,’’ jawab Inda dengan suara lemahnya.

Sekretaris Ben semakin bingung dengan situasi nona sombong yang dikenalnya. ‘Bukannya gaun ini atas permintaan nona sombong itu? Kenapa dia mengeluh seperti gaun ini bukan miliknya?’ bertambah bingung, saat melihat wajah nona sombong tidak berubah sama sekali. Hanya, suara nona di depannya terlalu lembut, halus dan ayu.

‘‘Tut-tuan Ben ...’’ ucap Inda dengan suara gemetar. 

Lamunan aneh Ben menghilang membuat dia segera berkata, ‘‘Nona bisa melepas sepatu nona dan... mengenai gaun, nona bisa menggantinya di mobil nanti.’’

Inda melepas sepatu yang jujur sangat menyiksanya itu. Ukurannya terlalu kecil, kakinya sampai merah dan lecet. Semua benda yang dikenakan Inda sekarang, adalah milik kakak angkatnya yang menjaga tubuhnya sangat baik. Lista tidak membiarkan ada sedikitpun lemak dalam badannya bertambah. Lista selalu memakai sepatu ukuran kecil supaya kakinya tidak bertambah besar, entah kenapa dia melakukannya, Inda tidak tau.

‘‘Apa nona merasa lebih baik?’’

‘‘Em!’’ sambil mengangguk. Inda memperlihatkan senyum terbaiknya. 

Membuat sang sekretaris merasa sesuatu yang aneh dalam dirinya yang tidak pernah muncul kecuali untuk seseorang di masa lalunya. ‘Ah, tidak-tidak! Aku tidak boleh seperti ini pada nona Lista!’ ucapnya dalam hati. ‘‘Ayo nona, tuan Jose pasti akan marah kalau kita lama-lama di sini."

Dalam tiga menit, mereka sudah sampai di sebuah mobil mewah. Sekretaris Ben membuka pintu di belakang kemudi, seraya berkata, "Silahkan masuk, nona.’’

‘‘Terimakasih.’’

‘Seperti bukan nona sombong yang kukenal,’ pikir sekretaris Ben seraya menutup pintu.

Inda melihat pria yang mengucapkan janji suci bersamanya itu tengah duduk memangku kaki dan terfokus pada tablet miliknya. Jujur, Inda cukup grogi saat duduk bersama pria itu di kursi yang sama.

"Baca dan tanda tangan."

"Eh?" Inda menoleh. Dia sedikit mengerutkan kening. "Ini untuk apa?" tanyanya bingung.

 Jose menyerahkan tablet itu di pahanya. ‘‘Baca dengan teliti dan tandatangan. Bertanya seperlunya. Jangan terlalu akrab denganku. Pernikahan ini hanya ikatan saling menguntungkan. Perusahaan keluargamu bekerja sama dengan perusahaanku dan segalanya akan mudah saat kamu menuruti segala yang sudah dicantumkan di sana.’’

Otak Inda belum konek dengan ucapan Jose. Tapi dia tetap melihat isi ‘perjanjian selama pernikahan’ yang mungkin sedari tadi dilihat oleh pria berhidung mancung itu.

‘‘Pihak pertama, Jose Friden. Pihak kedua, Lista Dehendra. Satu, pihak kedua adalah pasangan pihak pertama. Namun hanya pasangan di depan publik. Dua, pihak kedua harus sedia melayani pihak pertama dalam hal apapun termasuk melayani di atas ranjang. Hah? Di atas ranjang?’’ gumam Inda aneh dengan kalimat yang telah dibacanya.

‘‘Kita suami istri. Selain hubungan kerja sama, aku juga harus punya keuntungan lain menikahimu, jadi impas.’’

‘‘Tapi kan tuan ... Aku belum siap melakukannya,’’ tolak Inda tidak setuju dengan kata-kata yang terlontar oleh tuan Jose.

‘‘Kamu sudah setuju menikah denganku karena kerja sama keluarga. Memang aku beruntung bekerja sama dengan perusahaan rendahan kalian itu? Setidaknya aku harus punya pelampiasan,’’  jelas tuan Jose.

‘Tidak-tidak! Ini tidak boleh dibiarkan!’ gumam Inda kesal. Ia ingat kata-kata Ibu angkatnya, tidak boleh bersetubuh dengan pria itu kalau tidak ingin hutang budi hilang. Tapi kata-kata bibinya, kalau Tuan Jose bukan orang yang akan membiarkan dirinya dipermainkan. Dua hal bertolak belakang ini sedikit mengganggu pikirannya. Lalu, apa yang harus dilakukan Inda? Haruskah dia mengikuti kata bibinya atau ibu angkatnya

‘‘Untuk bagian itu, sudah menjadi keputusan yang tidak boleh terbantahkan. Aku tidak akan memberikan kelonggaran karena apa gunanya menikah kalau tidak menikmati tubuh pasanganku sendiri?’’

‘Tapi aku bukan pasanganmu, tuan Jose!’ ingin sekali Inda berteriak perihal segala kebohongan yang mengikutsertakannya di dalamnya. Tapi Inda tidak punya cukup keberanian. Apalagi pria ini jauh-jauh-jauh lebih kaya dari keluarga Dehandra yang dikiranya sangat kaya. Pria ini bagaikan gunung berapi aktif yang bisa saja memuntahkan lahar sesuka hatinya. Sedang posisi Inda bukan apa-apanya dibanding pria terkaya ini. Jadi mungkin, mengikut alur yang diciptakan tuan Jose ada baiknya untuk diikuti. Meski Inda ragu, apa dia sanggup menyerahkan kesucian yang dijaganya untuk seorang pria yang sah menjadi suami sah kakak angkatnya.

‘‘Baca bagian selanjutnya, telaah dan mengerti. Kita masih punya setengah jam lagi untuk sampai ke rumah.’’

‘‘Kita tinggal serumah, tuan?’’ teriak Inda terkejut dengan kata-kata yang dilontarkan Jose padanya.

Segera lelaki bertubuh tegap yang masih mengenakan tuxedo hitam itu melihat perempuan yang sepertinya memiliki karakter sangat berbeda dari perempuan bernama Lista Dehendra yang dikenalnya selama dua bulan ini. Suara lembut dan mimik keterkejutan yang ditunjukkan Inda pada Jose benar-benar mengingatkan lelaki itu pada seorang di masa lalu yang cukup dirindukan, namun bentuk wajah, dia  tetap Lista Dehendra, perempuan yang sangat menyebalkan, berlaku sesuka hati dan sangat mencintai harta.

Terpopuler

Comments

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

ternyata jose juga sebal dengan kelakuan lista 🤔

2023-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!