Wafa yang baru saja sampai di rumahnya kemudian melangkahkan kaki menuju kamar lalu merebahkan dirinya dikasur dengan nuansa pink itu. Wafa menatap langit-langit kamarnya seakan-akan memikirkan sesuatu.
Wafa kemudian bangun dan merubah posisinya menjadi duduk dipinggir kasur. Wafa kembali mengingat kejadian hari ini di kampus. Tiba-tiba saja Wafa teringat akan dua orang baru yang dia temui hari ini. Rafano dan Fani.
"Aku pernah ketemu Refano di mana, ya, kok kayaknya aku pernah ketemu dia sebelumnya. Tapi di mana?" Monolog Wafa dan kembali berusaha mengingat-ingat setiap kejadian demi kejadian yang terjadi hari ini.
"Oh, iya, dia orang yang nabrak aku pas di perpus tadi." ucap Wafa dengan hebohnya. Dan detik berikutnya raut wajah Wafa berubah menjadi bingung.
"Eh, tapi bentar deh. Kalau Refano yang nabrak aku pas di perpustakaan tadi, artinya dia bohong dong soal ban motornya yang bocor."
"Terus kenapa pas di parkiran tadi dia kayak mau berantem gitu, ya?" Belum sempat mendapatkan jawaban dari pertanyaannya sendiri tiba-tiba saja Wafa mendengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar.
"Kak Wafa" teriak Meila dibalik pintu kamar.
Wafa kemudian berjalan menuju pintu dan diraihnya gagang pintu itu kemudian membukanya.
"Kenapa?" sewot Wafa yang kesal dengan adiknya yang selalu saja berteriak. Lama-lama rumahnya seperti hutan saja.
"Di panggil sama ibu di dapur." ucap Meila. Wafa kemudian memperhatikan penampilan adiknya dari bawah sampai ke atas. Dia baru menyadari bahwa penampilan Meila saat ini sangat rapi membuat Wafa melontarkan pertanyaan pada sang adik.
"Mau kemana? Kok tumben rapi gini?" tanya Wafa sedikit penasaran.
"Mau kerja kelompok kak. Kakak tenang aja aku perginya sama Reni kok. Aku juga udah izin sama ibu tadi." Ucap Meila kemudian mengulurkan tangannya dengan telapak tangan menghadap keatas seolah-olah meminta sesuatu.
"Kakak nggak punya uang!" ucap Wafa secara cepat melihat tangan Meila yang seolah meminta uang.
"Ish, kakak nih. Bukan uang kak. Tapi tangan kakak, akunya mau salim mau pergi. Soalnya Reni udah nungguin." Kesal Meila pada Wafa. Meila merasa bahwa kakaknya yang satu ini benar-benar menguji kesabaran seorang Meila. Entahlah Wafa yang menguji kesabaran Meila atau justru malah sebaliknya.
"Hehe, kakak kira kamu minta uang. Ya, udah hati-hati, ya." Ucap Wafa kemudian memberikan tangannya. Melihat itu Meila kemudian meraih tangan sang kakak untuk bersalaman.
"Assalamualaikum," ucap Meila kemudian meninggalkan Wafa yang terus saja mengamatinya dari belakang.
"Wa'alaikumusalam!"
Wafa tersadar dari lamunannya dan langsung melangkah menuju dapur tempat di mana sang ibu berada.
"Wafa kamu tolong ambil pesanan singkong, di Pak Karim, ya. Soalnya persediaan singkong kita sudah habis." Ucap bu Yana yang melihat Kedatangan Wafa dan kini berjalan kearahnya.
"Ya, udah Wafa ganti baju dulu, ya, Bu."
Dan setelah mengganti pakaian dan disinilah Wafa sekarang di pasar untuk mengambil pesanan ibunya. Setelah urusannya selesai. Wafa kemudian pulang dengan mengendarai motor miliknya dengan kecepatan sedang sambil menikmati pemandangan sekitar. Saat sedang asik mengamati jalan, tiba-tiba saja dia tak sengaja melihat dua orang pemuda yang sedang memukul satu sama lain. Amarah dari kedua laki-laki itu terlihat memuncak ketika mendapat pukulan dari lawannya.
Wafa yang melihat itu menjadi bingung. Dia ingin melerai keduanya namun dia juga takut menjadi sasaran amarah kedua pemuda itu. Tapi, karena melihat salah satu dari mereka jatuh ketanah dengan kondisi tidak berdaya, tanpa fikir panjang lagi, Wafa kemudian berlari dan berteriak kencang untuk memanggil warga sekitar.
"Tolong...tolong...." Teriak Wafa yang berusaha mengundang warga untuk berdatangan melerai kedua pemuda tersebut.
Mendengar teriakan dari Wafa salah satu dari mereka tepatnya pemuda yang tengah meluapkan amarah pada lawannya itu seketika berhenti dan meninggalkan laki-laki yang kini tergeletak ditanah.
Setelah melihat pemuda itu pergi Wafa kemudian berlari menghampiri laki-laki yang tergeletak di tanah dan berniat untuk menolongnya.
"Kamu--" Wafa tidak berani melanjutkan kata berikutnya setelah melihat siapa yang baru saja dia tolong.
"Apa-apaan sih lo. Ngapain loh ada disini ha?" Laki-laki itu kemudian bangkit dan berteriak kesal ke arah Wafa.
"Lo nggak ada kerjaan lain selain ngurusin hidup orang apa?"
"Dari pada lo selalu ikut campur urusan orang lain. Mending lo urusin tuh keripik singkong murahan lo!" kini amarah Refano benar-benar sudah di ubun-ubun. Iya, laki-laki yang ditolong oleh Wafa barusan adalah Refano. Setelah meluapkan amarahnya pada Wafa, Refano kemudian menarik kasar helm yang juga ikut tergeletak di tanah dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Wafa yang masih setia ditempatnya.
"Ya Allah, kenapa aku harus ketemu dia lagi?" Ucap Wafa dalam hati.
Niatnya hanya ingin menolong Refano bukan untuk ikut campur urusan Refano. Dan kenapa momen pertemuan mereka hanya dihiasi dengan pertengkaran Refano dengan orang lain? Dua kali Wafa bertemu dengan Refano hari ini dan dua kali pula Wafa menolong Refano. Namun, apa yang dia dapatkan justru amarah dari laki-laki itu.
Wafa yang tidak menyadari bahwa dirinya sekarang sedang berdiri bak patung itu kemudian disadarkan oleh nontifikasi dari ponsel miliknya.
Wafa kemudian mengecek pesan yang masuk dan mendapati nomer yang tidak dia kenal mengirimkan pesan padanya.
[Assalamualaikum] tulis orang tersebut melalui chat.
[Wa'alaikumusalam
Maaf, siapa, ya?] Balas Wafa dan tidak berselang lama ponselnya kembali mendapatkan pesan.
[Ini aku, Fani] setelah membaca pesan tersebut tanpa disadari sudut bibir Wafa terangkat membentuk sebuah senyuman. Hingga Wafa seakan lupa dengan kejadian tadi.
Fani:
[Kamu lagi sibuk nggak?]
Me:
[Nggak juga sih. Emang kenapa?]
Fani:
[Bisa temenin aku ke toko buku yang dekat kampus?]
Me:
[Bisa aja sih. Tapi aku bisanya agak sore soalnya aku mau bantu ibu bikin kripik dulu.]
Fani:
[Wah, seru tuh. Aku boleh ikut nggak?]
Me:
[Buat kripik maksudnya?]
Fani:
[Iya, boleh nggak?]
Me:
[Boleh aja sih. Tapi, apa nggak ngeropotin kamu?]
Fani:
[Sama sekali nggak kok]
[Ya, udah, aku minta alamat rumah kamu, ya.]
Melihat pesan dari Fani, Wafa kemudian mengirimkan alamat rumahnya dan kemudian bersiap pergi dari tempat itu.
Dan sesuai dengan isi pesan dari Fani bahwa dia akan datang berkunjung ternyata benar adanya dan Wafa pun akhirnya tahu bahwa Fani termasuk dalam golongan keluarga yang berada. Merekapun menghabiskan waktunya untuk curhat satu sama lain. Hingga akhirnya Fani pamit karena jam sudah menunjukkan pukul 05.10.
"Besok jangan lupa, ya, Wafa."
"Oke deh!"
"Aku pulang dulu. Assalamualaikum," ucap Fani yang kemudian meninggalkan Wafa sendirian di taman.
"Wa'alaikumusalam" jawab Wafa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Nindhya kanigaraa
kenapa selalu ada perkelahian tiap si wafa keluar rumah... wkwk aq kalo jadi wafa dah kabur
2023-07-16
0
Ummi Alfa
Si Refano ini ya, bukannya bilang makasih kerjaannya marah2 mulu.
Ooh... ternyata Fani termasuk orang yang tidak memandang status dalam. berteman beda dengan teman2 Wafa yang lainnya.
2023-04-08
0
R.F
3like hadir
semangat kj
2023-03-23
0