Rendi terkejut bukan main ketika melihat seorang perempuan masuk ke dalam ruangannya setelah mengetuk pintu berapa kali, bahkan kedua mata Rendi tak henti-henti memandangi wajah teduh perempuan yang ada dihadapannya saat ini. Seorang perempuan yang tak sengaja ditabraknya waktu di bandara kemarin, kini perempuan itu berada dihadapannya dan datang mengantarkan surat lamaran untuk mencalon sebagai guru agama.
"Masyallah" ucap Rendi lagi-lagi meski kali ini hanya di dalam hati sembari pura-pura membuka setiap lembar surat lamaran kerja tersebut
Tanpa pikir panjang dan ini kesempatan emas bagi Rendi, detik ini juga Rendi menerima perempuan dihadapannya ini menjadi guru agama di sekolah ini. Selain memang saat ini SMP Negeri 1 Pancasila kekurangan guru agama, ini adalah kesempatan Rendi bisa bertemu dengan perempuan dihadapannya ini setiap hari nantinya dan perempuan yang diketahuinya bernama Elisa di surat lamaran kerjanya.
Nama yang cantik seperti wajahnya, predikat kecantikkan di perempuan tersebut bertambah karena selama berbicara dengan dirinya perempuan dihadapannya terus menundukkan pandangan sedikitpun tak berani untuk memandang lawan bicaranya apalagi lawan bicaranya adalah laki-laki jadi perempuan dihadapannya begitu menjaga pandangan.
Setelah menjelaskan panjang lebar Rendi meminta perempuan dihadapannya untuk besok mulai masuk ke sekolah ini dan bergabung bersama mereka para dewan guru di sekolah ini, Elisa mengiyakan penjelasan dari kepala sekolah sembari menganggukkan kepalanya karena paham atas semua penjelasan dari kepala sekolah.
"Terima kasih Pak Rendi telah memberi saya kesempatan untuk berbagi ilmu di sekolah ini, sekarang saya permisi ingin segera pulang ke rumah" kata Elisa beranjak dari duduknya namun posisi pandangannya masih sama sedikit menunduk
"Iya sama-sama, semoga Ibu Elisa bisa bertahan lama untuk mengajar di sekolah ini" kata Rendi sembari menyunggingkan senyumannya meski tak di lihat oleh Elisa
Elisa segera melangkahkan kaki keluar dari ruang kepala sekolah, saat di luar dirinya kembali bertemu dengan guru yang bernama Putri tadi dan lagi-lagi Putri menyapanya dengan sangat ramah sembari bertanya apakah dirinya di terima di sekolah ini untuk menjadi salah satu guru di sekolah ini. Karena Putri yang begitu ramah Elisa juga menyapa dan mengajaknya ngobrol dengan ramah juga, bahkan Elisa menjawab semua pertanyaan yang di ajukan oleh Putri pada dirinya.
Setelah itu Elisa pamit pulang dengan Putri karena kedua orang tuanya pasti sudah menunggu dirinya, Elisa berjalan di koridor sekolah yang ternyata masih sama seperti pertama kali dirinya menginjakkan kaki disini sepi karena masih jam pelajaran. Elisa langsung menuju ke parkiran mendekati sepeda motornya yang terparkir di antara sepeda motor yang lain, Elisa segera mengeluarkan sepeda motornya lalu dilajukannya meninggalkan halaman sekolah dan menuju ke rumah tempat dirinya tinggal bersama kedua orang tuanya.
Sepanjang jalan Elisa terus menyunggingkan senyuman bahagia akhirnya dirinya mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu kepada orang lain, bahkan sebelum dirinya benar-benar masuk ke sekolah itu untuk menjadi guru dirinya sudah memiliki kenalan seorang guru yang sangat ramah. Pasti nanti saat dirinya sudah bergabung dengan para dewan guru yang lain makin banyak guru yang dikenalnya, Elisa tak henti-henti mengucap syukur atas nikmat Tuhan yang sangat berlimpah ini mempertemukan dirinya dengan orang-orang baik di sekitar dirinya.
.
.
Di ruang kepala sekolah yang tak terlalu luas itu Rendi terus membaca lembar demi lembar surat lamaran kerja milik Elisa, dirinya begitu kagum setiap membaca lembar surat lamaran kerja tersebut. Di surat lamaran kerja milik Elisa perempuan itu ternyata lulus di universitas STAI (Sekolah Tinggi Agama Islam) ibnu sina Batam, bahkan membuat Rendi makin kagum Elisa lulusan mahasiswa terbaik dan nilai tertinggi diangkatannya.
Hati Rendi tiba-tiba berdesir seperti ada angin yang menyentuhnya, Rendi tersenyum memandangi wajah teduh Elisa di foto yang ada di surat lamaran kerja itu. Jika boleh meminta Rendi ingin sekali segera menghalalkan Elisa menjadi teman hidupnya, kapan lagi dirinya bertemu dengan perempuan seteduh dan secantik Elisa yang sangat istimewa bagi dirinya.
Siapapun yang melihat dan tau tentang Elisa tentu akan langsung kagum, sangat jarang di zaman modern sekarang ada perempuan seperti Elisa yang menutup aurat dengan sempurna dan menjaga pandangan. Dirinya yang laki-laki saja masih suka melihat perempuan dan kesulitan untuk menundukkan pandangan, namun karena dirinya telah menemukan perempuan yang menurutnya istimewa dirinya akan belajar menundukkan pandangan agar tak memandang semua perempuan itu cantik.
"Bismillahirohmanirohim" ucap Rendi dengan tekad yang kuat semoga jalannya di rindhoi Tuhan
Rendi segera menutup berkas surat lamaran kerja milik Elisa itu dan menyandarkan punggung belakangnya di sandaran kursinya sembari menatap langit-langit diruangannya dan memikirkan langkah yang harus diambilnya setelah ini, karena terlalu banyak yang dipikirkannya Rendi tak sadar jika dirinya terlelap sejenak setelah melamun tadi.
Hingga tersadar ketika mendengar bunyi bel panjang tanda jam istirahat, Rendi segera membuka kedua kelopak matanya dan beranjak dari kursi kebesarannya lalu melangkahkan kaki masuk kamar mandi yang ada diruangannya ingin mencuci wajahnya agar kelihatan lebih segar. Setelah itu Rendi memilih keluar dari ruangannya dan menuju ke kantin khusus para dewan guru sekalian ingin melihat-lihat sekeliling sekolah ini, apalagi dirinya baru juga sebagai kepala sekolah disini jadi masih belum tau letak ruang-ruangan lain selain ruang kantor dan ruang kelas.
"Pak Rendi, ayo bergabung dengan kita" sapa Guru yang bernama Putri kepada Rendi yang di ketahui sekarang kepala sekolah baru
Rendi hanya menjawab dengan senyuman sembari menganggukkan kepala, dirinya memilih untuk duduk di rombongan para dewan guru laki-laki. Rasanya tak etis sebagai kepala sekolah yang harus berwibawa duduk di kursi para dewan guru perempuan, apalagi dirinya sudah bertekad harus menjaga kelakuan dan menjaga pandangan kepada setiap perempuan yang ditemuinya kecuali kakak perempuannya.
Rendi memesan nasi goreng kepada pemilik kantin, selama menunggu pesanannya datang Rendi mengajak para dewan guru laki-laki mengobrol sekalian bertanya tentang sekolah ini dan kegiatan apa saja yang pernah di lakukan di sekolah ini. Para dewan guru laki-laki mulai bercerita sedikit demi sedikit yang mereka ketahui tentang sekolah ini sekalian bercerita tentang kegiatan di sekolah ini seperti Pramuka Eskul dan Karate, lomba-lomba seperti cerdas cermat antar sekolah dan pertandingan olahraga antar sekolah juga tak luput dari cerita para dewan guru laki-laki.
Hingga tak terasa pesanan Rendi datang dan dirinya mulai menyantap makanan yang begitu lahap, para dewan guru perempuan yang melihat kepala sekolah baru mereka makan begitu lahap tambah terkagum-kagum apalagi mereka tau bahwa kepala sekolah mereka yang baru sekarang ini masih single dan bahkan belum ada calon sama sekali, membuat mereka bersemangat untuk mendekati apalagi begitu terlihat berwibawa dan sangat ramah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments