Bab 4

Terdengar adzan subuh berkumandang di masjid yang tak jauh dari rumah yang di tinggali Elisa dan kedua orang tuanya, Elisa yang terbiasa bangun sebelum subuh atau ketika adzan subuh segera beranjak dari tempat tidurnya ingin segera mandi setelah itu baru membantu sang ibu masak di dapur. Setelah mengambil handuk Elisa langsung masuk kamar mandi dan menguyur seluruh tubuhnya dengan air hangat karena cuaca pagi ini begitu dingin akibat hujan lebat yang turun semalam, selesai mandi Elisa memakai pakaian lengkap yang menutupi auratnya dari atas kepala hingga ujung kaki.

Mengapa Elisa tetap menjaga auratnya ketika di dalam rumah walau padahal hanya ada kedua orang tuanya saja, karena itu sudah di ajarankan oleh sang ibu dari semenjak dirinya sudah baligh sampai sekarang. Elisa sebenarnya tidak tau apa alasan sang ibu mengajari itu namun yang pasti ajaran sang ibu selalu baik jadi Elisa akan menuruti, Elisa keluar dari kamar tidurnya setelah memakai hijab yang panjang hingga menutupi dadanya.

Di dapur sudah ada sang ibu yang sudah sibuk mengeluarkan bahan-bahan dari kulkas untuk di masak, Elisa segera mendekati sang ibu dan mulai membantu apa saja yang bisa dibantunya. Ketika Elisa dan sang ibu sibuk memasak mereka selalu menyempatkan untuk saling bertukar cerita atau sekedar bercanda untuk menghidupkan suasana dapur di pagi hari, inilah yang membuat Elisa tetap bahagia berada di rumah ini karena sang ibu selalu saja membuatnya tersenyum dan mau mendengarkan setiap ceritanya.

Bahkan meski ada saudara kembarnya sang ibu tak pernah membandingkan ataupun membedakan mereka berdua berbeda sekali kalu itu sang ayah, ahh ngomongin saudara kembarnya Elisa jadi merindukan saudara kembarnya yang sudah lama juga tak pernah pulang ke rumah ini apalagi saudara kembarnya kuliah di negara orang tentu sangat sulit untuk pulang apalagi sudah ajuran dari sana bahkan untuk menanyakan kabar saja ada peraturan karena disana begitu ketat.

"Heemm, masakkannya udah mateng semua" kata Kirana sembari mematikan kompor saat melihat semua masakkannya udah mateng

"Ahh, iya mi. Alat-alat yang kotor biar Elisa saja mi yang nyuci, Umi istirahat saja di kamar. Entar kalu udah waktunya sarapan Elisa panggil" kata Elisa membantu menyalin semua masakkan sang ibu ke dalam wadah

"Ya udah, Umi ke kamar dulu mau mandi" jawab Kirana kemudian berlalu dari hadapan sang anak

Setelah semua masakkan sang ibu berpindah ke wadah, segera ditatanya ke atas meja makan dan tak lupa ditutupnya dengan tudung saji yang ada di atas meja makan. Elisa mulai mencuci semua alat masak yang di pakai untuk masak tadi serta membersihkan dapur yang sedikit berantakkan, tak butuh waktu lama dapur kini sudah kembali bersih dan rapi.

Matahari mulai muncul dari ufuk timur, burung-burung mulai terdengar berkicauan di atas pohon. Tetesan air hujan semalam masih berjatuhan dari dedauanan yang ada di ranting pohon, bau tanah di taman belakang sangat tercium ciri khas masih lembab karena terkena hujan bahkan masih ada sedikit genangan air.

Saat pintu ke arah taman belakang di buka Elisa menghirup udara pagi dengan sangat dalam menikmati udara yang masih segar tentu membuat pernapasannya jadi terasa sejuk, suasana pagi begini sangat di sukai oleh Elisa jika kota Jakarta habis turun hujan semalaman. Setelah puas menghirup udara Elisa kembali masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ke arah kamar tidur kedua orang tuanya untuk mengajak sarapan bersama.

Tok...tok...tok

"Umi, Abi. Sarapan yuk" kata Elisa setelah mengetuk pintu kamar tidur kedua orang tuanya

"Iya, entar Umi dan Abi keluar sebentar lagi" jawab Kirana dari dalam kamar yang saat ini tengah menyisir rambut karena baru selesai mandi

Dan benar saja tak lama kemudian pintu kamar tidur itu terbuka dan menampakkan pasangan suami istri yang masih terlihat harmonis meski pernikahan mereka sudah puluhan tahun, saat keluar kamar Kirana selalu mengandeng tangan sang suami menuju meja makan. Saat tiba di meja makan Kirana membuatkan sang suami secangkir kopi terlebih dahulu sebelum duduk di kursi makan karena itu sudah kebiasaan sang suami sarapan harus ada secangkir kopi dan harus dirinya yang membuat tidak boleh orang lain.

Elisa sudah duduk dari tadi di kursi makan menunggu kedua orang tuanya, setelah semuanya lengkap mereka bertiga mulai menikmati dan menyantap sarapan pagi ini dengan begitu lahap.

"Umi, Abi. Elisa pamit keluar mau ke SMP Negeri 1 Pancasila mau mengantarkan surat lamaran" jelas Elisa selesai sarapan sembari beranjak dari kursi makan

"Iya, hati-hati di jalan ya" ujar Kirana sembari mencium pucuk kepala sang anak setelah sang anak mencium punggung tangannya

Ketika Elisa beralih ingin mencium punggung tangan sang ayah, Dokter Perdi tak mau mengangkat tangan dan malah meminta Elisa selesai dari mengantar surat lamaran langsung pulang. Tangan Elisa yang masih di udara segera diturunkannya dan menganggukkan kepala tanda jawaban dari perkataan sang ayah barusan.

Elisa segera berlalu dari hadapan kedua orang tuanya setelah pamit dan keluar rumah dengan raut wajah yang kembali kecewa karena lagi-lagi mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang ayah, Elisa berusaha tenang dan menyunggingkan senyuman sambil berpikir positif bahwa kemungkinan dirinya pernah berbuat salah sehingga sang ayah bersikap dingin dengan dirinya.

Elisa mengeluarkan sepeda motor milik sang ibu lalu segera dilajukannya meninggalkan tempat tinggal mereka dan menuju ke tempat tujuannya, sepanjang jalan Elisa berpikir terus menerus mengingat masa-masa dirinya duduk di bangku sekolah untuk mengingat kemungkinan di masa-masa sekolah itu dirinya pernah membuat kesalahan sehingga sang ayah bersikap dingin kepadanya.

Namun tak ada satupun yang diingatnya, Elisa menghela napas panjang berharap dan berdoa suatu saat nanti dirinya menemukan jawaban atas perubahan sikap dingin sang ayah terhadap dirinya. Terlalu banyak pikiran tak menyadarkan Elisa bahwa dirinya sudah tiba di depan sekolah SMP Negeri 1 Pancasila, SMP tempat dirinya menuntut ilmu dulu yang banyak kenangan bahkan zaman itu masa-masa cinta monyet yang dirasakannya.

Elisa segera masuk ke dalam halaman sekolah dan memarkirkan sepeda motornya di antara sepeda motor yang lain, setelah mengunci setang motor Elisa turun dari motor dan melangkahkan kaki menuju ruang kantor. Sepanjang jalan berjalan di koridor sekolah terlihat sangat sepi, sepertinya para murid sudah memulai pelajaran apalagi sekarang sudah pukul 8 tentu mata pelajaran pertama telah di mulai.

"Permisi, ruang kepala sekolah dimana ya?" tanya Elisa kepada salah satu guru yang ada di ruang kantor

"Di sebelah sana, mbak mau melamar jadi guru disini ya" kata Guru itu yang di dada kirinya tertulis nama Putri

"Iya, mau melamar sebagai guru agama" jawab Elisa sembari tersenyum ramah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!