Tuntutan Atas Gino

Hari berikutnya Anaya dan Amar seperti biasa tengah berjalan di Koridor sekolah, tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Ibunya Gino dan Gino tengah berjalan mengikuti seorang pria berjas itu kemungkinan adalah pengacara dari Rendi.

"Ah sialan, kak bantuin aku yuk," Anaya menarik tangan Amar untuk mengikuti mereka ke ruang guru.

Di sana Amar dan Anaya menerobos masuk, semua yang ada di sana hanya terdiam saat mereka berdua masuk. Sejujurnya tidak ada yang berani mengusir Anaya dan Amar keluar sekarang, Gino menatap Anaya.

"Sorry kalau misalkan ganggu, tapi boleh angkat bicara?" ujar Anaya dengan tangan kanan yang masih menggenggam Amar.

"Silahkan," ia di persilahkan untuk bicara.

Di sana Nia ibunya Gino sudah menangis karena tidak mau anaknya di tuntut dan di keluarkan dari sekolah.

"Saya punya bukti bahwa Rendi memulai keributan kemarin dan Gino hanya membantu Mawar saja," jelas Anaya mengeluarkan ponselnya.

"Saya bisa minta orang tua saya untuk menyebarkan vidio ini kalau perlu," tambahnya.

"Kita bisa bicara baik-baik, silahkan duduk," Anaya dan Amar di persilahkan duduk agar masalah ini jadi tidak terlalu panjang.

"Tapi tetap saja Gino memukul anak saya, jadi dia harus di tuntut," ibunya Rendi terus membela Rendi walaupun kini sejujurnya Rendi sudah ketakutan.

"Anda ingin saya bayar berapa? Agar anda mencabut tuntutannya?" tanya Anaya tanpa rasa takut sedikitpun.

"Ma udah," Rendi meminta ibunya untuk diam ia tidak mau Anaya memperpanjang masalahnya dan malah membuat dirinya yang salah.

"Sudah kita selesaikan masalah ini dengan kepala dingin saja, kita pihak sekolah tidak akan mengeluarkan Gino dari sini. Masalah tuntutan saya beserta yang lainnya menyerahkan itu pada keluarga Rendi," ujar kepala sekolah, padahal di awal ia ngotot ingin menuntut Gino.

Setelah ngobrol-ngobrol akhirnya Gino di bebaskan dari segala tuntutan yang di berikan Rendi, Gino juga tidak di keluarkan dari sekolah. Saat keluar dari ruangan guru ibunya Gino langsung hendak bersujud di hadapan Anaya untuk berterimakasih.

Anaya menahannya, "Ngapain?" paniknya.

"Tante makasih banget sama kamu, tante gak tau harus balasnya pakai apa? Kamu bantuin kita banyak banget."

Anaya cengengesan, "Ah gak papah kok tante, aku seneng bisa bantu tante. Lagian kalau Gino di keluarin sekolah aku kesepian tante."

"Gue ke kelas dulu," pamir Amar.

"Bay," balas Anaya menatap kakaknya sekilas.

Nia menatap Gino yang berdiri di sampingnya, "Jangan buat masalah lagi, kamu tau kita orang miskin kan? Gak usah ngelawan orang lain, untuk kamu punya Anaya."

"Semiskin apapun kita, kita tetep gak pantas di rendahkan orang," balas Gino.

"Kita bicarakan ini nanti rumah, ibu harus kerja sekarang. Gara-gara ulah kamu ibu jadi telat datang," Nia langsung meninggalkan Gino dan Anaya.

Anaya menghela nafasnya dengan berat, "Gue udah bilang kan jangan ikut campur, lu gak kasian sama ibu lu?"

"Makasih udah bantuin gue," sinis Gino yang langsung meninggalkan Anaya.

Anaya mengejar Gino dan mensejajarkan langkahnya, di jalan langkah mereka terhenti saat Mawar datang menghadang nya, "Gino makasih yah kemarin udah mau nolongin aku, kamu gak di keluarin sekolah kan?"

"Enggak."

"Makannya jadi cewek tuh yang tangguh dong, jangan lembek masa-" ucapan Anaya di potong oleh Gino.

"Gak semudah itu Anaya, buat kita yang miskin tuh gak bisa segampang elu yang ngomong aja langsung di turutin sama orang lain," bentak Gino yang membuat Anaya terdiam.

"Sialan, gue capek nolongin kalian berdua," Anaya pergi ke arah lapangan.

Anaya mengambil pengeras suara yang ada di sana lalu berdiri di tengah-tengah lapangan, "Pengumuman-pengumuman," ujarnya dengan lantang.

Semua murid yang ada di sekitaran sana langsung menatap ke arahnya. Begitu pun dengan Mawar dan Gino.

"Jangan pernah ada yang sentuh Gino atau bahkan bully dia, atau kalau kalian berani lakuin itu maka kalian akan berhadapan sama gue. Oke sekian terimakasih Bay," setelah itu ia mematikan pengeras suaranya lalu berjalan ke arah Gino lagi.

"Apa-apaan sih?" tanya Gino.

"Udah jangan banyak nanya," Anaya menarik Gino untuk segera ke kelas meninggalkan Mawar.

"Ngapain lakuin itu?"

"Biar lu gak di tuntut lagi karena ulah lu yang belain Mawar, sekarang kalau lu liat Mawar di Bully lu bisa tolongin karena gak akan ada yang berani lawan lu."

Bel masuk kelas berbunyi setelah tadi tertunda karena ada masalah antara Rendi dan Gino. Di kelas mereka segera duduk di kursinya masing-masing, Anaya mengingat sesuatu lalu langsung menatap ke arah Gino.

"Lu ikutan tinju ilegal?" tanya Anaya pelan.

Gino sedikit kaget mendengar Anaya yang tau akan itu.

"Tau darimana?"

"Kemarin gue ngikutin lu, ngapain sih lakuin itu? Lu gak takut kenapa-napa apa?"

"Demi uang gue bakalan lakuin apapun."

"Tapi-" ucapan Anaya terpotong oleh teriakan Diana.

"Anaya," teriak Diana yang baru datang.

Anaya berdecak sebal lalu menatap ke arah Diana, "Apa sih?" tanyanya.

"Ikut gue," Diana menarik tangan Anaya agar mengikutinya.

"Udah bel mau kemana sih?"

"Ikut gue pokoknya."

Diana membawa Anaya ke gudang sekolah, di sana ternyata terdapat Sinta yang hendak di lecehkan oleh murid pria dari kelas 3 tidak lain adalah Rendi dan dua temannya.

"Kalian gak punya duit yah buat nyewa cewek sampai harus lakuin ini sama orang lain?" tanya Anaya yang membuat semua yang ada di gudang kaget.

"Sialan," Rendi yang sudah mulai membuka bajunya kembali memakai bajunya.

"Lu beruntung," Rendi pergi bersama teman-temannya.

Sinta yang sedang menangis langsung menghampiri Anaya dan berterimakasih padanya, "Makasih udah mau tolongin gue, gue minta maaf atas kesalahan gue. Gue janji gue gak bakalan lakuin itu lagi, kemarin gue lakuin itu karena gue butuh uang buat biaya rumah sakit nyokap gue."

"Kenapa gak bilang aja sih kalau alasannya cuman butuh uang? Gue bakal kasih kok berapapun yang lu mau," balas Anaya tanpa menatap Sinta.

"Gue minta maaf, gue beneran gak bakalan lakuin itu lagi gue janji."

"Gue gak bisa temenan sama lu lagi, cepetan keluar sana ke kelas lu lagi," Anaya meminta Sinta segera pergi dari sana.

Sinta dulu merupakan teman baiknya Anaya, Sinta juga murid beasiswa makannya dia hampir di lecehkan Rendi. Namun beberapa hari lalu Sinta melaporkan semua yang Anaya lakukan di sekolah pada ayahnya Anaya, ia di bayar untuk itu.

Anaya merasa kecewa hingga membuat Anaya enggan berteman baik lagi dengan Sinta, Anaya kecewa padanya padahal selama ini Anaya juga selalu membantunya lalu mengapa ia tega melakukan itu padanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!