Petarung Ilegal

Sesampainya di rumah benar saja kedua orang tua mereka tengah menunggu kedatangan mereka di ambang pintu masuk, Anaya melangkah mendekat ke arah mereka sambil menghela nafas panjangnya. Amar yang tidak ingin Anaya di marahi atau bahkan di pukul menarik Anaya agar dirinya yang jadi tameng.

"Darimana saja kamu? Mengapa tidak hadir di acara tadi?" bentak Ayahnya.

Anaya diam saja, mana mungkin jujur kalau dirinya baru saja mendatangi tempat seorang pria yang ia sukai.

"Udah Pa! Tadi Anaya udah aku izinkan pergi kok."

"Ini gara-gara kamu juga yang suka manjain adik kamu, harusnya jangan kamu manjain gitu. Jadi seenaknya kan sekarang."

"Udah sayang jangan marah-marah, udah malam mereka harus istirahat besok mereka harus sekolah," ujar Livia ibunya mereka.

"Oke sekarang saya maafkan perbuatan kamu, kalau sampai terulang lagi saya tidak akan segan-segan menghukum mu," setelah marah-marah ia langsung pergi dengan istrinya ke kamar.

Anaya berjalan dengan kesal menuju kamarnya, "Mereka gak mau aku bahagia apa?" gumamnya.

Amar juga berjalan ke kamarnya.

________________

Paginya mereka berdua telah sampai di sekolah, saat sedang berjalan ia di hampiri Gino, "Ini," pria itu menyodorkan amplop coklat ke depan Anaya dan Amar.

"Apa itu?" tanya Anaya kebingungan.

"Dalamnya uang, cuman satu juta sih. Buat cicil hutang gue semalam."

Anaya mengembalikan uangnya pada Gino, "Apaan sih? Enggak yah simpen buat lu. Gak usah pikirin uang semalam, nanti aja bayarnya kalau lu udah sukses," Anaya tersenyum kecil.

"Gue gak mau hutang budi sama lu, ambil aja," Kekeh Gino yang langsung pergi dari sana.

Anaya memberikan amplop barusan pada Amar, sementara dirinya mengejar Gino. Langkah Anaya terhenti saat ia melihat Gino tengah memperhatikan Mawar dari kejauhan, kini Anaya berpikir bahwa Gino mencintai Mawar.

Namun ia tidak peduli dan tetap akan mengejar Gino, ia bergelayut manja di tangan Gino, "Kita ke kelas bareng," Anaya menarik pria itu agar tidak menatap Mawar lagi.

Sesampainya di kelas ia duduk di kursinya, di depan sudah ada Diana yang menunggu kedatangannya.

"Semalam lu gak jadi datang? Napa sih? Padahal tuh yah gue nungguin lu tau," Diana berbalik ke arah Anaya.

"Males ah, gue gak mau ketemu mereka yang datang dan deketin bokap gue karena duit nya aja. Gue yakin kok kalau bokap gue miskin mana ada yang mau deket sama dia, kelakuannya aja melebihi dajjal."

"Lu kalau ngomong suka bener."

Gino tertawa kecil mendengar obrolan mereka berdua, Anaya yang mendengar Gino tertawa langsung menatapnya, "Kenapa ketawa, gue lucu yah? Udah dari lahir sih."

"Lu gak lucu sama sekali."

"Terus kenapa ketawa?"

"Kenapa ngeluh jadi orang kaya? Jadi orang kaya kan enak. Gak perlu pusing mikirin kurang uang."

"Dih seenak jidat lu kalau ngomong."

"Tapi bener kan? Bahkan hukum aja sekarang bisa di beli oleh uang. Jadi kebahagiaan juga pasti bisa di beli dengan uang."

"Au ah pusing gue," Diana memalingkan tatapannya ke depan, bel pertanda masuk kelas juga kebetulan berbunyi.

___________

Saat jam istirahat tiba, Diana, Anaya dan Gino pergi ke kantin.

"Lu bisa gak sih gak usah ngikutin gue?" bentak Gino.

"Enggak, udah ih di sini aja makanannya biasanya juga bareng."

Lagi dan lagi, di kantin terjadi keributan tak lain adalah Mawar yang di bully. Mawar sebenarnya sudah jadi target bully selama ini karena Mawar masuk sekolah ini karena beasiswa, kalau saja Gino tidak dekat dengan Anaya mungkin Gino pun akan bernasib dengan anak beasiswa lainnya yang sering di hina atau bahkan di suruh-suruh.

Gino ingin menolong Mawar, "Mau nolongin wanita itu lagi? Mau kayak kemarin lagi?" tanya Anaya menahan Gino dengan berdiri di hadapan Gino.

"Gak usah halangi gue," Anaya di dorong Gino dengan pelan.

Gino menghampiri mereka dan menampar pria yang hendak menyiram Mawar, "Sialan, berani nih anak beasiswa nampar gue?" pria itu bernama Rendi ia memegang pipinya.

"Gue bakalan tuntut lu atas perbuatan lu sama gue barusan, gue bakalan minta pengacara buat ngurusin nya. Kalau gak kena dendam lu bakalan di keluarin dari sekolah ini." tambahnya.

Gino hanya terdiam sambil menyembunyikan Mawar di belakang tubuhnya, di sisi lain Anaya sedang berdecak kesal sekarang.

"Sialan masa harus gue lagi, ah tau ah," Anaya berusaha untuk tidak peduli dengan hal itu dan memilih untuk makan, lagian Gino sudah ia tahan sebelumnya.

Amar menghampiri Anaya dan duduk di sebelahnya, "Kenapa gak di tolongin?"

"Males, udah di tahan juga tapi masih kekeh aja mau ke sana. Udah tau si Rendi itu orangnya main tuntut-tuntut aja," balas Anaya yang sejujurnya ingin menolong Gino namun hatinya sedikit sakit saat harus menerima kenyataan bahwa Gino sangat peduli pada Mawar.

"Ya udah makan yang bener, abis pulang sekolah pergi les jangan kabur lagi."

"Siap kakakku yang baik hati."

Setelah itu Amar pergi lagi entah kemana.

___________

Saat pulang sekolah Anaya harus pergi les dulu, Namun ia malah tidak pergi ke tempat les nya karena ia melihat Gino pergi. Jadi ia memutuskan untuk mengikuti Gino saja, ia penasaran pria itu akan pergi kemana.

Sampailah mereka di sebuah rumah tua yang jaraknya lumayan jauh dari perkotaan, sebelum turun untuk mengikuti Gino ia memakai masker, topi dan kaca mata terlebih dahulu agar dirinya tidak di kenali oleh Gino.

Masuklah ia ke dalam rumah itu, di sana terdapat banyak orang. Ada sebuah ring tinju, sepertinya ini adalah tempat petarung ilegal dan banyak orang yang berjudi di sini. Saat mencari keberadaan Gino ia sama sekali tidak melihatnya, "Mana sih dia?" gumamnya celinguk kan.

"Baiklah para hadirin yang telah hadir, mari kita sambut juara bertahan kita The Shadow Black," teriak seorang pria di atas ring yang kemungkinan adalah MC nya.

Anaya membulatkan matanya saat ia melihat Gino naik ke atas ring itu, ternyata Gino adalah petarung di sini.

"Sialan ngapain sih dia lakuin ini? Bahaya banget tau."

Pertarungan di mulai, Anaya menontonnya dengan sangat tegang.

"Tuhan tolong selamatkan Gino, aku gak terima kalau Gino kenapa-napa," Anaya mengepalkan tangannya.

Anaya menonton pertandingan itu dengan sangat tegang, setelah akhirnya pertandingan itu di menangkan Gino. Ia sangat kegirangan dan segera berlari keluar takutnya Gino sadar akan keberadaan dirinya, Anaya pergi dari sana ke tempat lesnya walaupun ini sudah telat.

"Anaya kamu telat lagi?" tanya Guru les nya.

"Maaf Bu tapi tadi beneran ada halangan bu."

"Baiklah kalau gitu tidak masalah, kita mulai saja pelajarannya sekarang."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!