"Sayang, kamu apa kabar?" Sebuah pesan dari seseorang bernamakan Belahan Jiwaku. Ketika ku baca pesan itu, aku tersenyum kecil di bibirku.
Mungkin kalian, berpikir kalau aku adalah wanita yang tidak baik. Karena memiliki belahan jiwa yang lain selain Mas Zaka. Namun, Belahan Jiwaku yang sebenarnya bukanlah laki laki selingkuh atau laki laki lain yang aku cintai. Tapi, dia adalah ibuku. Orang yang merawat aku dari aku kecil hingga dewasa dan menikah dengan Mas Zaka. Dia adalah ibu angkat ku, namanya Bu Endang.
Ting!
Sebuah pesan kembali masuk ke ponselku. Ku baca lagi pesan itu.
"Sayang, Mama ke rumah kamu ya? Mama rindu sekali dengan kamu," tulis Belahan Jiwaku dengan menambahkan emoj sedih dan berkaca kaca.
"Kapan Mama akan kemari?" Jawabku dengan pesan suara.
"Besok." Tulis Belahan jiwaku. Setelah ku terima pesan itu, aku tersenyum dan ku taruh ponselku atas meja di dekat tas hitam.
Aku berjalan perlahan mendekati Mas Zaka yang saat itu sudah tidur pulas di atas tempat tidur. Ku hentikan langkah ku di samping tempat tidur dan ku duduk di samping Mas Zaka yang sudah tenggelam dalam mimpinya. Ku belai lembut pipinya yang halus. Ku dengar setiap dengkuran lirih yang keluar dari mulutnya dan ku dekatkan bibirku ke arah pipi laki laki yang sangat aku cintai itu.
Ketika bibirku sudah sangat dekat dengan pipi Zakaria. Secara tiba tiba, ia berpaling dan membelakangi ku. Ia seperti sadar kalau aku mendekati dirinya dan ingin mencium pipinya.
Menyadari hal itu, ku tegakkan tubuhku yang saat itu sedikit menunduk. Kulihat laki laki yang berada di atas tempat tidur itu dengan sedih. Mataku tiba tiba meneteskan air mata dan di sertai dengan isak tangis lirih.
Mendengar isakan itu, Zakaria yang berpura pura tidur langsung membuka matanya lebar lebar. Ia terlihat ikut sedih dengan apa yang sudah ia lakukan kepada ku. Tapi apa boleh buat, Zakaria melakukan hal itu karena dia kecewa denganku yang terus memikirkan orang lain tidak dengan dirinya.
"Mas Zaka ... Maafkan aku. Aku tahu aku salah, aku seharusnya tidak terus menerus memikirkan anak itu. Aku benar benar minta maaf," ucapku dengan air mata berderai dan kepala yang tertunduk.
Saat itu, Mas Zaka masih diam dengan berpura pura tidur. Melihat hal itu, ku dekatkan diri ku dan ku duduk di belakang Mas Zaka. Ku pegang salah satu lengan Mas Zaka dengan meminta maaf.
"Aku tahu Mas Zaka belum tidur, aku mohon Maaf maafkan aku." Air mataku terus mengalir ketika aku tidak mendapatkan maaf dari Mas Zaka. Tak henti hentinya aku memohon kepada Mas Zaka atas permintaan maaf. Lama kelamaan, Zakaria pun akhirnya luluh. Ia berbalik dan melihat ke arah Natasya dengan keadaan berbaring di atas tempat tidur.
Menyadari hal itu, aku menyeka air mata ku. Ku lemparkan senyuman kepada laki laki yang sudah mau menatap aku.
"Makasih, Mas. Maafkan aku, karena aku bersikap tidak peduli dengan kamu setelah bertemu dengan anak itu."
Saat itu, Zakaria hanya menatap ku. Dia tidak mengatakan sepatah katapun. Ia hanya tersenyum lalu mengerakkan tangannya dan memegangi tanganku.
"Kenapa kamu bisa sangat dekat dengan anak itu? Padahal, kalian bertemu hanya hari ini!" Ucap Mas Zaka dengan heran, lalu ia duduk dan menyadari tubuhnya ke bahuku.
"Aku juga tidak tahu Mas Zaka. Entah, apa yang sebenarnya terjadi dengan ku? Aku merasa ada ikatan dengan anak itu. Tapi aku tidak tahu ikatan apa ini. Aku merasa ... Dia adalah anakku." Mataku kembali meneteskan air mata. Senyum bahagia setelah mendapatkan maaf dari Mas Zaka tiba tiba sirna menjadi derai air mata yang mengalir membasahi pipiku.
Menyadari itu, Mas Zaka menghapus air mataku. Ia membetulkan posisi duduknya agar saling berhadapan dengan ku. Ketika aku dan Mas Zaka sudah saling berhadapan. Ia menggerakkan kedua tangannya mendekati kedua pipiku. Ia memegangi pipiku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Matanya terus menatap mataku tanpa berkedip sekalipun.
"Kenapa kamu menangis lagi? Jangan lakukan itu. Aku janji dengan kamu, besok aku akan ambil cuti dan kita cari anak itu. Sekarang kamu jangan sedih lagi, " ucap Mas Zaka.
Mendengar hal itu, ku tarik nafas dalam dalam dan dengan perlahan ku keluarkan. Ku lakukan itu beberapa kali hingga aku tenang.
Ketika aku sudah tenang, ku peluk erat Mas Zaka yang saat itu duduk di samping ku. Ku sandarkan tubuhku ke detak jantungnya yang berdetak dengan kencang ketika ku mendengarnya.
"Makasih Mas, karena Mas Zaka masih memberi aku kesempatan untuk bersandar dan mendengarkan detak jantung Mas Zaka." Ucapku dan ku peluk Zakaria dengan semakin erat.
Zakaria yang menyadari hal itu, ia membalas pelukanku dengan lembut. Setelah itu ia tersenyum kepada ku dan sesekali ia mencium kening ku.
Malam hari tiba, terlihat Natasya dan Zakaria tidur di atas tempat tidur dengan saling berpelukan satu dengan yang lain. Mereka terlihat sangat nyaman antara satu dengan yang lain. Namun, kenyamanan itu seketika hilang ketika Natasya mendengar bahwa pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang.
Tok... Tok... Tok...
"Natasya, bangun. " Sebuah suara wanita terdengar samar samar di telinga Natasya.
Tok .. Tok ... Tok ..
Suara pintu di ketuk kembali terdengar, Natasya yang saat itu setengah sadar mau tak mau haru membuka pintu kamarnya dan melihat orang yang menganggu dirinya di tidur nyenyak bersama sang suami.
"Iya Mama, ada apa?" Tanyaku setelah kulihat kalau wanita yang mengetuk pintu kamarku beberapa kali itu adalah ibu mertuaku.
"Mama minta maaf karena menganggu tidur kamu dengan Zakaria. Mama hanya ingin memberi tahu kamu, kalau di rumah tamu ada ibu kamu."
Aku yang mendengar hal itu langsung tercengang, mulut dan mataku terbuka lebar. Aku benar benar tidak percaya karena ibunya akan datang secepat ini.
"Apa!? Ada Ibu?" Jawabku dengan terkejut. Setelah itu ku kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil ikat rambut berwarna hitam dan ku ikat rambut panjang ku yang ku gerai.
Melihat sikap ku yang secara tiba tiba berubah. Ibu mertuaku tampak terlihat sangat heran dan kebingungan. Ia bertanya tanya kepadaku, namun karena saat itu aku tidak konsentrasi akhirnya aku tidak mempedulikan apa yang di tanyakan oleh ibu mertuaku dan aku bergegas menghampiri ibu angkat ku yang duduk di sofa ruang tamu.
Ketika aku sampai di ruang tamu, ku lihat Bu Endang memang benar sudah berada di rumah. Ia duduk di sofa dengan di dampingi oleh tas hitam yang aku pikir berisi pakaian milik Bu Endang.
Di saat itu aku benar benar terkejut. Mataku terbelalak dan aku hanya bisa mematung melihat kedatangan ibu angkat ku yang secara tiba tiba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments