Waktu terus berlalu, anak itu meminta diriku menghentikan mobil di depan sebuah gang kecil. Ku lihat mobil pun tidak bisa masuk ke dalam gang tersebut.
Ketika mobil sudah di depan gang, anak itu tersenyum kepadaku. Ia senyum dengan wajah yang sangat manis, dan mata yang berseri seri. Dia mengucapakan terimakasih kepada ku dengan sangat tulus. Melihat hal itu, hatiku semakin tersentuh dengan sikap sopan anak itu. Ku raih perlahan tangan anak itu dan ku cium tangan anak itu.
Ketika ku mencium anak itu, matanya tiba tiba mengalirkan air mata.
"Ada apa? Kenapa kamu bersedih? " Tanyaku kepada anak itu setelah kulihat matanya di penuhi oleh air mata. Melihat anak itu menangis, aku menyeka air matanya, ke pegang lembut kedua pipi anak itu dan ku ulang kembali pertanyaan yang sama.
"Tante ini siapa? Mengapa sangat peduli dan sayang dengan aku?" Jawabnya dengan polos.
"Tante bukan siapa siapa di dalam diri kamu, tapi ..." jawabku kepada anak itu lalu ku diam beberapa dengan menundukkan kepalaku. "Tante dapat merasakan apa yang kamu rasakan, Tante pernah ada di posisi kamu."
Anak itu diam. Matanya masih terlihat di penuhi oleh air mata, ku minta anak itu menghapus air matanya dan ku minta anak itu mengajak aku ke rumahnya. Namun anak itu menolak, ia tidak ingin jika diriku di marahi oleh ibunya.
*
Hujan yang saat itu turun dengan deras, sudah mereda. Kulihat anak itu ingin bergegas pulang untuk memberikan hasil jualannya kepada ibunya. Ia melakukan itu karena ia tidak ingin ibunya marah dengan dirinya dan menghukum dirinya.
Ketika sudah berada di luar mobil hujan rintik rintik masih jatuh, saat itu ku ambil payung yang aku taruh di belakang kursi dan ku payungi anak itu agar tidak kehujanan.
"Kamu yakin, Tante tidak boleh mengantarkan kamu ke rumah?" Tanyaku kepada anak itu.
"Iya Tante." Anak itu tersenyum kepadaku. Melihat senyumnya aku sangat terpanah dan berharap esok hari memiliki anak seperti dirinya.
"Tapi lihatlah, hujan masih jatuh dengan deras."
"Tidak papa Tante, makasih sudah mau membeli semua kue ku. Terimakasih, Tante sudah menyelamatkan aku dari hukuman ibu!" Ucap anak itu dengan bahagia bertemu dengan Natasya.
"Sama sama, kamu hati hati ya di jalan."
Anak itu tersenyum kepada ku, dan ia pergi meninggalkan diriku sendiri. Ia berlari menerjang rintik hujan yang saat itu masih lebat. Ia tampak tidak mempedulikan Natasya lagi setelah ia pergi.
"Nama kamu siapa? " Teriakku kepada anak kecil itu. Namun anak itu sudah jauh dari diriku.
*
*
Di dalam ruangan yang seperti sebuah kantor, dengan buku berkas yang tertata rapi di rak dan di atas meja. Zakaria terlihat khawatir, ia berjalan kesana kemari dengan sesekali melihat ke arah ponselnya. Ia terus menghubungi seseorang di ponselnya, namun orang yang di hubungi oleh Zakaria tidak menjawab panggilan Zakaria.
Saat itu, Zakaria menghubungi wanita yang paling ia cintai, yaitu Natasya. Namun, karena saat itu Natasya sedang berada di luar mobil ia tidak mendengar suara panggilan dari ponselnya.
Menyadari hal itu, supir yang berada di dalam mobil membuka kaca yang dekat dengan Natasya. Ia memberi tahu Natasya kalau ponselnya menerima panggilan dari seseorang beberapa kali. Natasya yang saat itu terus memandang ke arah jalan. Ia pun akhirnya kembali ke dalam mobil dan mengambil ponselnya.
"Astaga, Panggilan dari Mas Zaka banyak sekali. Pasti Mas Zaka marah," ucapku setelah melihat puluhan pesan dan panggilan masuk ke dalam ponsel ku.
Menyadari hal itu, aku menelepon ulang suamiku. Namun, saat itu dia tidak menjawab panggilan ku. Aku merasa sangat bersalah karena aku tidak menjawab panggilan dari Mas Zaka.
Ku telepon ulang Mas Zakaria dengan berharap dia mengangkatnya. Tapi ia masih saja tidak mengangkat panggilanku.
Menyadari hal itu, aku minta supir mengantarkan aku ke kantor Mas Zaka. Saat itu, pandangan mata ku masih terasa berat untuk pergi. Aku masih ingin menunggu anak itu kembali menemui ku. Tapi, aku tidak bisa melakukan hal itu, karena Mas Zaka sudah menunggu diriku di kantornya.
*
Di sebuah rumah di pertengahan kampung, anak itu berjalan dengan sangat bahagia. Ia bersyukur karena ia bertemu dengan Natasya.
Sesampainya di depan rumah, anak itu mengetuk pintu dengan perlahan.
Tok... Tok.... Tok....
"Ibu, Bapak, buka pintunya. Ini aku Vira," ucap anak itu dengan sedikit lantang.
Beberapa saat kemudian, seorang wanita dengan usia sekitar kepala tiga keluar dengan pakaian sederhana. Ia terlihat marah, raut mukanya sangat judes dan garang.
"Masuk!" Perintah wanita itu kepada Vira.
Vira yang melihat hal itu, tampak hanya menundukkan kepalanya. Ia terlihat takut dengan tindakan yang akan di lakukan oleh wanita itu. Ia hanya menuruti apa yang di inginkan oleh wanita itu.
Ketika berada di dalam rumah, Vira melihat ayahnya, dan saudaranya sudah berada di rumah makan. Mereka sudah menghadap piring yang sudah di penuhi oleh lauk pauk yang sangat enak. Saat itu, Vira melihat di atas meja terdapat ayam, ikan, telur dan lain lainnya sudah di masak dan siap untuk di makan.
Saat Vira akan pergi ke meja makan, namun wanita judes itu menarik tangan Vira hingga Vira tertarik beberapa langkah, bahkan ia sampai jatuh ke lantai akibat dari tarikan tangan wanita itu.
"Kamu mau apa, hah? Mau makan?" Ucap wanita itu dengan nada tinggi dan terlihat sangat marah. Ia kemudian membangunkan Vira dan menarik Vira menuju ke kamar mandi.
Ketika Vira sudah berada di dalam kamar mandi, wanita itu mendorong Vira hingga Vira jatuh tersungkur di antara tumpukan menggunung pakaian kotor.
"Kalau kamu mau makan, cuci semua pakaian ini. Kalau semua sudah bersih dan rapi, kamu baru bisa makan."
"Tapi Bu, Vira laper. Dari pagi Vira belum makan," ucap Vira dengan air mata yang terus mengalir.
"Tidak ada tapi tapian, lakukan atau kamu tidak makan satu hari satu malam. Kamu paham!" Jawab wanita itu, lalu ia memberi dorongan kepada Vira hingga Vira kembali jatuh di antara tumpukan baju.
Merasakan kekejaman itu, Vira hanya diam dan dia hanya mengeluh di dalam hatinya. Dia yang tidak berdaya, akhirnya menuruti apa yang di inginkan oleh ibunya. Dengan kaki yang lelah, perut yang terus berteriak meminta makan ia mencuci pakaian yang bergunung-gunung tersebut.
Di sisi lain, wanita itu terlihat sangat menikmati makanan yang berada di atas meja. Tidak hanya wanita itu, suami dan anaknya yang lain pun juga terlihat sangat menikmati. Mereka terlihat tidak memikirkan keadaan Vira yang terus bekerja tanpa henti.
Ketika semua lauk sudah habis hanya tersisa bumbu, wanita itu itu meminta Vira untuk makan. Vira mengira kalau masih ada ayam dan yang lain lain di atas meja. Ia terlihat sangat bahagia ketika ibunya meminta dirinya untuk makan dan menghabiskan semuanya. Namun, ketika ia berada di ruang makan, apa yang di harapkan nya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Vira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments