Di sebuah restoran, ku duduk di salah kursi yang bertuliskan angka 1. Setelah itu di susul oleh Mas Zaka yang duduk di hadapanku. Ia menawari aku menu makanan yang berada di atas meja. Namun, karena aku kurang fokus dan terus memikirkan anak itu. Mas Zaka yang saat itu ingin kembali menawari aku, ia hanya diam dengan melihat ke arah ku. Lalu, dengan perlahan dia mengerakkan tangannya ke arah tanganku.
"Ada apa?" Tanya Mas Zaka kepada ku dengan mata yang menatap ke arah ku dan memegangi lembut tanganku.
Menyadari hal itu, ku sadarkan diriku dari pikiran yang terus memikirkan anak itu. Ku tersenyum kepada Mas Zaka dan ku balas pegangan tangannya dengan lembut.
"Bukan apa apa Mas, aku hanya terus kepikiran dengan anak itu." Ku ucapkan kalimat itu dengan lirih. Ku tundukkan kepala dari pandangan Mas Zaka dan ku menyeka air mata yang mengalir di pipiku.
"Ayo dong kamu jangan seperti ini. Kita itu mau makan siang di sini, bukan ingin bersedih terus. Gini saja, aku janji setelah makan siang kita akan cari rumah anak itu," jawab Mas Zaka untuk menenangkan diriku.
Mendengar ucapan itu, ku lemparkan senyum kepada Mas Zaka. Melihat hal itu, Mas Zaka juga terlihat tampak bahagia.
Makan siang pun berjalan dengan normal, di kala itu suasana sangat romantis. Mereka duduk saling berhadapan hadapan dengan diiringi musik yang menambah suasana mesra bagi mereka berdua.
Cuaca yang saat itu cerah, tiba tiba hujan.
Di waktu itu, aku masih makan makanan yang di pesankan oleh Mas Zaka. Ketika aku sibuk makan, Mas Zaka terus memandangi aku. Namun, karena aku sibuk makan, aku pun tidak memperhatikan Mas Zaka dan ku bergegas menghabiskan makan yang ada di hadapanku.
Ketika ku sadari, Mas Zaka tidak makan dan terus melihat ku. Ku hentikan tindakan ku dan ku lihat wajah Mas Zaka.
"Ada apa? Apakah ada sisa sisa makana di area luar bibirku Mas?" Tanya ku kepada Mas Zaka sambil mengeluarkan ponsel yang ada di dalam tas untuk ke berkaca.
Menyadari hal itu, Mas Zaka memegangi tangan ku yang sibuk mencari ponsel.
"Tidak papa, kamu masih cantik Sayang!" Jawab Mas Zaka membuat ku tersipu malu.
Beberapa saat kemudian, makan siang bersama pun sudah ku lakukan dengan Mas Zaka. Walaupun, di saat itu Mas Zaka tidak ikut makan tapi aku sangat bahagia karena kau merasa hari ini adalah hari yang indah.
Selain itu, aku juga merasa hari ini adalah hari yang aneh. Hal itu terjadi karena aku selalu teringat dengan anak yang aku temui di jalan beberapa jam yang lalu.
Saat itu hujan yang turun ketika makan siang, kini sudah mereda. Ku ajak laki laki yang ku cintai itu pulang ke rumah.
Di sepanjang perjalanan, aku selalu terbayangkan wajah dari anak itu. Aku teringat senyumnya, sikap sopan nya dan yang lain lain.
Ketika ku berada di dalam mobil, aku terus melamun. Bahkan, ketika aku di ajak bicara oleh Mas Zaka pun aku hanya diam
"Sayang, gimana kalau sebelum kita pulang kita ke panti asuhan dulu?" Tanya Mas Zaka kepadaku. Aku hanya diam, dengan pandangan mata yang kosong.
Menyadari hal itu, Mas Zaka terlihat kesal dengan sikap ku. Ia mengemudikan mobilnya dengan cepat tanpa mempedulikan diriku dan nyawanya.
Ketika sudah berada di depan sebuah rumah mewah dan besar. Sebuah gerbang yang berdiri kokoh dan tinggi di buka oleh seseorang laki laki paruh baya. Ketika gerbang sudah di buka, Mas Zaka memasukkan mobilnya dan memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang luas.
Saat mobil sudah terparkir, ku sadarkan diriku dari lamunan. Aku bertanya kepada Mas Zaka. Namun, saat itu ia berbalik tidak menjawab pertanyaan ku dan terlihat marah.
Melihat hal itu, aku heran. Aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku sudah membuat kesalahan, hingga membuat Mas Zaka tidak ingin menjawab aku?
Ia bahkan keluar mobil tanpa membukakan pintu mobil Natasya, ia terlihat pergi begitu saja.
"Apa yang terjadi dengan Mas Zaka? Kenapa Mas Zaka tidak ingin menjawab pertanyaan ku?" Tanya ku dengan berbicara sendiri di dalam mobil.
Aku pun keluar dari mobil itu sendiri, ku kejar Mas Zaka yang sudah masuk ke dalam rumah. Ketika aku berada di dalam rumah ku hampiri Mas Zaka yang saat itu duduk di sofa dengan lusuh dan lelah.
"Mas kamu kenapa sih?" Tanyaku dengan heran.
Saat itu, Mas Zaka hanya diam dia masih tidak menjawab pertanyaan ku.
"Aku tanya Mas dengan kamu, kamu kenapa?" Tanya ku lagi dengan semakin tegas.
Tiba tiba dia bangun dari duduknya dan berdiri di hadapanku dengan sangat marah.
"Kamu tanya, kenapa aku bisa seperti ini? Kamu pikir sendiri," jawab Mas Zaka dengan marah. Ia kemudian pergi meninggalkan diriku yang berada di rumah tamu.
Mendengar ucapan itu, aku berpikir sejenak. Ku ingat ingat kembali kesalahan apa yang sudah aku perbuat, hingga membuat Mas Zaka tidak ingin berbicara dengan aku?
Setalah beberapa saat mengingat, akhirnya aku mengingat kesalahan yang sudah aku lakukan. Aku sadar bahwa kesalahan ku adalah terus memikirkan anak itu dan tidak mempedulikan ucapan Mas Zaka ketika berada di dalam mobil.
Setelah ku sadari kesalahan ku, aku pergi ke dalam kamar. Aku melihat Mas Zaka sudah tertidur di atas tempat tidur dengan pakaian yang masih melekat di tubuhnya.
Saat itu, aku terdiam selama beberapa saat. Mataku melihat ke arah laki laki yang tampak lelah itu. Aku menghampiri dirinya dengan perlahan dan ku pegang sepatu dari laki laki itu.
Ku lepaskan satu demi satu seperti yang dia pakai. Ku lakukan hal itu dengan sangat hati hati agar tidak membangunkan Mas Zaka.
Ketika kedua sepeti sudah terlepas, aku pergi menjauhi Mas Zaka dan ku duduk di kursi makeup dengan menghadap cermin yang berdiri kokoh di hadapannya. Ku taruh tas hitam ku di atas meja dan ku ambil pena yang ada di atas selembar kertas.
Hari ini adalah hari yang indah bagiku, makan siang bersama dengan orang yang aku cintai dan bertemu dengan orang yang berbeda dan memiliki posisi yang lain di dalam hatiku.
Walaupun pertemuan ini membuat setitik noda di hubungan ku dengan orang yang kucintai. Aku percaya noda itu akan hilang selamanya.
Ting!
Bunyi pesan masuk terdengar di ponselku, mendengar hal itu ku ambil tas hitam ku dan ku cari ponselku.
Ketika ponsel sudah aku temukan, aku melihat pesan yang aku dapat dari sebuah nomor yang bernamakan *Belahan Jiwaku.*
Menyadari hal itu, aku tersenyum dan ku buka pesan dari orang tersebut dengan wajah bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments