Ting!
Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponselku. Ku kira pesan itu dari Mas Zaka, namun setelah kulihat ternyata pesan itu berasa dari nomor yang tidak di kenal.
"Gimana kabar kamu?" Aku terdiam beberapa saat setalah membaca pesan itu. Aku berpikir sejenak tentang nomor baru itu. Aku pikir nomor itu adalah milik Mas Zaka yang baru.
Saat itu, aku tidak menjawab pesan itu. Aku ingin memastikan bahwa nomor itu punya Mas Zaka atau bukan. Ketika aku sudah sampai di kantor milik Mas Zaka, aku bergegas keluar dari mobil dan menuju ke ruangan Mas Zaka.
Ketika aku ingin masuk ke dalam ruangan Mas Zaka, seorang wanita datang menghampiri ku. Ia menghentikan langkahku yang menuju ke ruangan Mas Zaka. Ia meminta aku untuk menunggu, ia mengatakan kalau Mas Zaka sedang ada rapat penting dan tidak bisa di ganggu oleh tamu.
Di saat itu, aku berpikir bahwa wanita ini adalah orang baru. Karena ia tidak mengetahui siapa diriku dan apa hubunganku dengan bos besarnya.
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Mas Zaka keluar dari ruangannya dengan beberapa orang hebat di dunia bisnis. Melihat itu, aku langsung berdiri dari dudukku dan tersenyum kepada Mas zaka.
Menyadari kalau sekertaris barunya melarang Natasya masuk ke dalam ruang kerja, Zaka menghampiri sekertaris baru itu.
"Apa apaan ini Sarah?" Tanya suamiku dengan tegas kepada sekertaris baru itu.
"Maaf Pak, ada apa ya? Apa saya melakukan kesalahan?" Jawab Sarah dengan terlihat menundukkan kepalanya.
"Oh kamu Sarah, pantas kamu tidak mengetahui saya. Kamu pasti orang baru?" Sahutku kepada Sarah dengan baik.
"Iya Bu, saya orang baru. Maaf kalau saya kasar sama ibu."
Mendengar hal itu, ku pegang perlahan salah satu bahu Sarah dan ku lempar senyuman kecil di bibirku. Setalah itu, ku gandeng Mas Zaka di hadapan Sarah dengan penuh mesra.
Melihat hal itu, Sarah hanya diam dan ia tidak bisa berkata kata.
Ketika aku dan suamiku berada di dalam ruangannya. Kulepas tangan ku yang mengandeng tangan Mas Zaka. Ku duduk di kursi yang berada di depan meja kerja Mas Zaka.
"Pak Zakaria, saya ingin melamar pekerjaan. Adakah pekerjaan yang cocok untuk saya?" Tanyaku untuk bercanda dengan suamiku tercinta.
Mendengar hal itu, Mas Zaka yang saat itu berdiri di belakang ku berjalan perlahan mendekati kursi yang berada di hadapanku. Setalah itu ia duduk di kursi itu dengan menatap tajam mataku.
"Ya, tentu. Saya akan memberikan pekerja yang cocok untuk Anda. Bagaimana jika Anda bekerja menjadi sekertaris saya? Anda bekerja di malam hari," ucap Zakaria dengan menggodaku. Aku yang mendengar hal itu tersipu malu.
Aku menghampiri Mas Zaka dan ku peluk erat suamiku.
"Apakah Anda sanggup Nona Natasya?" Ucap Zaka semakin membuat aku malu.
"Ih, kamu apa apaan sih. Jangan gitu dong," jawabku dengan melepaskan pelukan erat.
Menyadari hal itu, Zaka meminta maaf kepadaku. Ia bangun dari duduknya dan kemudian menghampiriku. Ia memegangi kedua tangan ku dengan lembut dan penuh kasih sayang. Setelah itu, ia menarik tangan ku perlahan dan mendudukkan tubuhku di kursi yang ia tempat beberapa saat lalu.
Melihat hal itu, aku terdiam dengan pandangan mata yang terus melihat ke arah Zaka. Ia membalas tatapan mataku dengan tatapan mata yang penuh kasih.
"Maafkan aku, kamu adalah wanita yang paling aku cintai. Kamu adalah pemilik dari semua ini. Kamu memiliki aku, harta ini dan semua yang aku punya adalah milik kamu," ucap Zakaria. Ia meraih tangan ku dan memeganginya dengan sangat lembut.
Mendengar ucapan itu, mataku berkaca kaca. Ku balas pegangan tangan dari laki laki yang duduk bersujud di hadapanku.
"Kamu tidak perlu mengatakan hal itu. Aku tidak membutuhkan harta kamu atau apapun semua yang kamu punya, yang aku minta ... Kamu selalu ada di sisiku." Jawabku kepada Zakaria, lalu ku bangunkan Zakaria yang duduk bertekuk lutut. Ku ajak dia berdiri sejajar dengan ku, lalu ku pegang kedua pipi laki laki itu dengan mata yang di penuhi oleh air mata.
"Aku mencintaimu, bukan berarti aku menginginkan hartamu. Aku mencintaimu, karena hal itu adalah perasaan tulus yang aku rasakan."
Mendengar ucapanku, Zakaria tersenyum kecil di bibirnya. Ia membalas dengan mata yang berkaca kaca dan tangan yang mendekat ke arah tanganku yang memegang pipinya.
"Terimakasih kamu sudah mencintai aku dengan tulus, tapi maafkan aku. Maaf karena aku masih belum bisa menjadi suami yang terbaik untuk kamu," jawab Zakaria.
Mendengar ucapan itu keluar dari mulut Zakaria, aku terdiam dengan mata yang berderai air mata. Ku peluk laki laki yang aku cintai dengan erat. Ku dengarkan suara detak jantung yang terus berdetak seperti irama penyejuk hati. Mataku terus mengalirkan air mata, aku merasa ada sebuah perasaan takut kehilangan yang kurasakan.
Di kala itu, pelukan erat di lakukan oleh Zakaria. Laki laki yang terlihat gagah dan berkarisma itu tiba tiba melunak, dia menjadi laki laki yang berjiwa malaikat. Matanya yang besar dan bulat, terlihat berkaca kaca menahan sebuah kesedihan. Ia seakan tidak ingin kehilangan Natasya, wanita yang paling dia cintai.
Beberapa saat kemudian, aku melepaskan pelukan erat ku kepada Zakaria. Setelah itu aku duduk di kursi yang aku duduki beberapa saat lalu dengan menyeka air mata yang saat itu masih mengalir.
Ketika air mata sudah ku seka, aku terdiam beberapa saat. Aku melamun. Ku ingat kembali anak yang aku temui dijalan raya. Menyadari hal itu, Zakaria memegangi salah satu bahuku untuk menyadarkan diriku dari lamunan.
"Ada apa?" Tanya Zakaria dengan memegangi bahuku.
Melihat hal itu, aku terdiam dan aku menatap Zakaria dengan sedikit tertunduk. Hatiku kembali bersedih dan air mataku kembali jatuh.
Saat itu, ku ceritakan setiap momen di saat aku bertemu dengan anak itu. Ketika aku bercerita kepada Zaka, air mataku terus mengalir.
Zakaria yang mendengarkan ceritaku, sesekali ia menghapus air mataku. Ia berusaha untuk menenangkan diriku. Ketika aku sudah menceritakan pertemuan ku dengan anak itu, Zakaria memeluk erat diriku. Ia tidak ingin melihat aku menangis. Ia berjanji kepadaku kalau dia akan mencari tahu tentang anak itu.
Mendengar hal tersebut, aku sangat bahagia. Hal itu terjadi karena masih ada secercah harapan untuk aku bertemu dengan anak itu. Tak ingin melihat Natasya terus terus bersedih, akhirnya Zakaria mengajak Natasya untuk makan siang bersama.
"Kita makan siang ya?" Tawar Zakaria kepada Natasya.
Natasya yang mendengar tawaran itu langsung tersenyum dan menyeka air matanya yang mengalir. Ia mengiyakan ajakan dari Zakaria untuk makan siang.
Saat itu, mereka pergi dengan raut muka bahagia dan memperlihatkan kemesraannya kepada karyawan yang saat itu sedang bekerja. Bahkan, sampai ada beberapa karyawan yang iri dengan kemesraan mereka dan berharap bisa mendapatkan pasangan seperti Natasya atau Zakaria yang saling melengkapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments