Ego

Rhea menelungkup memeluk lututnya, tatapannya kosong, air matanya tak menetes lagi. Cukup lama Rhea termenung dalam diam.

Theron menatap pintu kamar Rhea, dia dengan ragu mengetuknya.

"Rhea?" ucapnya.

"Jangan membuat ku kesal!, buka!" Paksa Theron.

Tak mendapat tanggapan, biasanya Rhea akan memekik dan meminta nya untuk pergi.

"Rhea!!, kau main-main denganku!!" Theron menyibak kasar rambutnya.

Theron menggedor pintu beberapa kali, lagi-lagi Rhea tak bergeming.

Theron panik dia berusaha membuka pintu paksa "akan ku dobrak" benak Theron "Tidak ku rasa Rhea Ada di balik pintu" Theron menepis niatnya.

Bergegas Theron menuju kamarnya. Kamar Theron berada tepat di samping Rhea, namun Rhea tak pernah sadar akan hal itu. Theron membuka pintu yang terhubung dengan kamar Rhea. Pintu itu terhubung tepat di belakang rak baju Rhea.

Theron mendapati Rhea terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Theron bergegas menghampiri nya.

"Apa-apaan dengan kondisi mu ini?!" Theron menatap Rhea tajam.

Masalahnya Theron bukan pria yang berucap atau bersikap manis, Theron pria kasar yang sulit berucap baik.

Theron mulai kesal "naik ke kamarmu!"ucap Theron.

Rhea mendongak menatap Theron, dia tersenyum getir "Aku! kenapa harus terikat denganmu? " lirihnya air matanya kembali menetes.

"Kenapa!!?" Pekik lantang Rhea dia semakin histeris.

Rhea menyeka air matanya "Aku membencimu!! tak akan Aku maafkan!!" gumam nya pilu "tak akan pernah"

Theron menatap lekat Rhea, perlahan dia memeluk Rhea, dengan pelan mengusap punggung Rhea "Aku pantas kau benci" lirihnya.

Rhea meronta "jangan sentuh, tangan mu seluruh tubuhmu mengotori diriku, sungguh Aku begitu menjijikan!" Rhea mendorong Theron, namun Theron mendekap nya kuat.

"tak apa curahkan semua kebencian mu pada ku" bisik Theron.

Perlahan Rhea tertidur dalam pelukan Theron. Rhea tampak begitu lelah. Theron memandang wajah ayu nan rupawan Rhea, wajah manis yang terbalut kesedihan yang menjeratnya. Theron mengusap air mata yang masih menetes lembut.

Theron menggendongnya dengan pelan meletakan Rhea ke kasur. Theron duduk di samping Rhea, menatap Rhea dengan pikiran kalut. Apa yang salah sebenarnya. Dia sudah berusaha bertanggung jawab atas kesalahan nya. Dia tau betul yang dia lakukan pada Rhea tak di benar kan. Tapi sikap Rhea seakan tak bisa menerimanya "apa yang harus ku lakukan agar kau tak terus meronta dengan isak tangis yang selalu menakuti ku di sepanjang malam, Aku bagai lelaki jahat yang tak terampuni"

Tak terasa pagi menyapa. Theron tertidur di samping Rhea, memeluk nya dengan lembut. Semalam Theron tak ingin meninggalkan Rhea, dia khawatir hal buruk terjadi padanya dia memutuskan terjaga disisi Rhea, tak di sangka dia malah tertidur pulas disisi nya. Sebelum Rhea terbangun Theron bergegas meninggalkannya, melihat mereka berdua satu selimut bisa saja membuat Rhea syok dan semakin membenci dirinya.

>>>

Rhea terbangun, kepalanya terasa sakit. Sekarang di hadapannya bibi sati menatap nya dengan senyum cerah.

"Nyonya, bibi bawakan sarapan" Bibi memberikan mangkuk berisi bubur pada Rhea.

"Letakan di meja akan Aku makan nanti" Suruh Rhea.

Seketika bibi sati menjadi serius "tak bisa, ini harus dihabiskan. Tuan berpesan" tegasnya.

"Aku tak ingin memakan nya" Rhea mengalihkan pandangannya.

"Tidak bisa Nyonya, jika menolak tuan yang akan kemari dan-" Bibi sati mau tak mau harus menggunakan cara ini, walau tau itu tak baik bagi seseorang yang memiliki trauma.

Rhea menghela napas dengan cepat mengambil paksa mangkuk di tangan bibi Sati, dengan cepat dia menghabiskannya "kembalilah dan katakan pada tuanmu, puas selalu mengatur ku" Rhea gregetan.

Bibi sati kembali tersenyum ramah "akan saya sampai kan nyonya" dengan girang dia keluar dari kamar Rhea.

Rhea menyentuh pelan kepalanya yang terasa sakit. Samar-samar Rhea mengingat kejadian semalam, dimana Theron menenangkannya dengan lembut "bagaimana bisa Aku bermimpi seperti itu?" Rhea beranjak dari kasur, rasanya badannya begitu lengket dia harus membersihkannya.

"Tuan Nyonya menghabiskan makanannya" Ucap Bibi sati melapor.

Theron mengangguk, dia meneguk kopinya sembari sibuk membaca korannya.

Pagi-pagi Theron begitu rapi dengan jas hitam yang dia kenakan.

Bibi Sati dengan sopan mendekat "tuanku bolehkah Aku memberi saran" Ucapnya hati-hati.

Theron meletakan korannya "katakan"

"Nyonya tengah hamil muda, tak baik baginya jika terus menerus stres, dalam kasus ini nyonya tampak sangat frustasi dan itu sangat menghawatirkan" Ucap Bibi sati pelan.

Bibi Sati tersenyum kecil "Jadi sesekali ajak Nyonya keluar rumah, suasana hati itu hal penting"

"Begitu" Theron kembali membaca korannya. Jika pun dia mengajak Rhea pergi keluar apa mungkin dia akan mau?. Rhea selalu awas padanya, tubuhnya bergetar ketakutan ketika berhadapan dengannya, bukankah itu akan memperburuk keadaan?.

"Kembalilah bibi, lakukan saja tugas mu menjaga Rhea" tegas Theron.

Bibi sati mengangguk pelan, dia pergi sembari melirik Theron "egonya sulit di hancurkan" benak Bibi Sati.

Rhea menghentikan langkahnya, dia terheran mendapati Theron pagi-pagi masih di rumah "kau kenapa masih disini?" Rhea menunduk.

"apa salahnya? toh ini rumahku" Theron sibuk dengan korannya.

Rhea menggenggam roknya kuat, dia tak tahu harus melakukan apa disaat Theron di rumah.

Theron melirik Rhea yang terdiam. Theron mengernyit dia meraih kunci mobil di meja, dia pergi dengan kasar meninggalkan Rhea.

Rhea bernapas lega, entah kenapa melihat Theron membuatnya sulit bernapas.

"Nyonya, tuan pria yang sulit mengekspresikan diri. Tolong di maklumi" Bibi sati berusaha menjelaskan bahwa tuanya bukan pria jahat.

"Bibi tak perlu membelanya, Bibi tahu betul alasan aku disini semua karenanya" Rhea berusaha kuat agar tak terbawa perasaan.

Sungguh tak di tutupi, semua tahu cerita mengenainya. Mengenai Rhea gadis baik-baik yang berakhir bagai wanita buruk "jangan menyanjungnya Bibi" Rhea mencengkeram dadanya kuat "dia pria jahat untukku"

Bibi terdiam. Nyonyanya tetap seorang gadis yang rentan terluka, tak mudah menjadi dia yang berusaha kuat dengan kondisi nya "saya mengerti, maaf karena ikut campur" ucapnya sopan.

Rhea tersenyum kecut "Aku pikir jangan pernah mengungkit suami Ku itu, Bibi" tekan Rhea.

Bibi sati mengangguk pelan.

Rhea mengetuk meja dengan jemarinya "Tak masalah jika setelah anak ini lahir dia membuang Ku, tapi saat itu juga Aku tak akan pernah membiarkan nya memiliki apapun yang dia mau tak akan pernah" benak Rhea mengepal kuat jemarinya. Kebencian membuat orang menjadi buruk tak mampu menggunakan logikanya. Rhea tampak sedih "namun Aku tak sejahat itu, anak ini memerlukan kasih sayang keluarga yang utuh. Ibu mu ini ingin melihat senyuman mu nak, tak apa untuk sedikit terluka lagi" Rhea mengigit bibir kuat sembari mengusap perutnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!