Sadar yang sulit

Rhea menatap langit dari kaca jendela kamarnya. Tangannya tak henti mengelus perutnya, dia bergidik. Tatapannya kosong, dia bagai orang yang tak memiliki tujuan hidup. Semua rencana masa depannya yang hancur tak tersisa, suaminya adalah pelaku dari hancurnya hidup Rhea.

"Kenapa ini terjadi? " gumam Rhea, mengigit bibir kuat "kenapa?" Rhea mengacak kasar rambutnya.

"Ini tak adil!! " pekik Rhea.

Rhea menatap perutnya "anak?" Dalam benaknya "haruskah melahirkan anak yang tak pernah dia harapkan dengan lelaki itu?, jika dia tak ada dalam perutnya dia tak akan menikah dengan pria itu" Rhea menunduk dengan tangis pecah.

"hidupku!! Aku harus hidup dengan pria itu" Rhea menarik kasar rambutnya, melempar bantal dan guling dia tak terima dengan semua yang menimpa hidup nya ini.

Terkadang pikiran-pikiran buruk terlintas "bagaimana jika terjun dari lantai atas atau menikam leher dengan pisau?" Ketika berdiam sendiri, Rhea menyadarkan dirinya kuat agar tak hilang kendali "anak ini tak bersalah, maaf" lirihnya menatap perutnya yang masih datar.

Rasa malu dan tanggapan orang-orang yang mengejeknya, selalu memenuhi isi kepalanya. Rasa iri melihat teman-teman yang melanjutkan pendidikan dengan seru, Rhea masih ingin hidup dengan bebas. Di tambah perlakuan dingin suaminya, seakan Rhea tak pernah ada. Theron menikahi Rhea sekedar menebus rasa bersalah dan menunggu kelahiran anak nya, dalam pikiran Rhea selalu saja buruk "setelah kamu lahir nak, lalu apa?. Apa Ibu mu ini akan diusir? " Rhea tersenyum kecut. Rasa khawatir dan cemas berlebihan menyelimuti dirinya, kebingungan, kecewa, benci, dan rasa bersalah.

"kemana Ibu akan pergi setelah kamu lahir? " Rhea semakin terisak "jika Ibu dibuang, apa Ibu akan membiarkan mu di ambil lelaki itu nak? " Rhea mengusap perutnya sendu.

Rumah hangatnya dulu, kini tak ada lagi. Ayah nya tak mengizinkan dirinya pulang kelak memiliki masalah. Bahkan adik lelaki dan Ibunya tak mendapat izin menemuinya usai pernikahan dan sampai kapanpun. Tak ada tempat pulang untuk berkeluh kesah, tak ada tempat untuk mencurahkan isi hatinya yang tertinggal hanya noda buruk yang menjadi jejaknya.

"aku tak percaya kau seberani itu!" ucapan  Ayah nya yang masih terngiang dengan jelas. Anak yang di harapkan menjadi orang yang berhasil, hidup nya menjadi hancur lebur, merusak semua nama baik Ayah dan keluarga.

Theron memberikan uang dengan jumlah besar sebagai penebusannya, namun dengan tegas Ayah Rhea menolak. Dia tak terima dengan penghinaan besar yang Theron dan putrinya lakukan, jumlah yang Theron berikan, Ayah Rhea juga memiliki nya. Theron bahkan menambah jumlah dan menawarkan aset lain, namun lagi-lagi dia tolak dengan tegas "jangan kau pikir uang menyelesaikan segalanya. Sebagai Ayah Aku tak berhasil, Aku gagal" nyatanya Ayahnya begitu terpukul, dia merasa gagal dan tak mampu mendidik putrinya.

Semua memandang Rhea hina, seakan perbuatan itu dia lakukan dengan senang hati. Tak ada satupun yang bertanya detail kejadiannya, dia pelaku atau korban?. Rasa nya sesak ketika semua kesalahan dilimpahkan pada dirinya sendiri.

Kuat?! bohong jika Rhea kuat. Dia tak memiliki sandaran di kala membutuhkannya.

Rhea merebahkan tubuh dengan pelan ke kasur, berusaha keras agar tertidur.

Rhea dan Theron tidur terpisah, tentu saja tak mudah bagi Rhea menerima Theron yang melecehkannya. Dia trauma dan takut pada Theron, namun di hadapan Theron dia pura-pura berani.

Rhea bahkan tak tahu jelas apa pekerjaan Theron. Tatapan dan perawakan Theron yang mengerikan membuat Rhea tak banyak menanyakan persoalan diri Theron.

>>>>

Tok...

Tok..

"Nyonya saatnya sarapan" ucap bibi Sati dari balik pintu.

Bibi Sati dia art yang membantu mengurus pekerjaan rumah, usianya sekitar 62 tahun.

Rhea mengernyit, membuka matanya pelan "Aku akan turun sebentar lagi" pekik nya.

"baik nyonya" langkah kaki Bibi Sati terdengar jauh.

Rhea menghela napas pelan, Bibi itu sedikit misterius sama halnya dengan pemilik rumah dan semua keluarga Theron yang sempat dia temui. Rasa nya tempat ini tak aman dan menyiksa dirinya.

Rhea menganti bajunya dan segera turun kebawah, Bibi menyiapkan sarapan yang cocok untuk Ibu hamil. Tampa pikir panjang Rhea menghabiskan makanan dengan lahap.

Hari ini pun Rhea tak melihat suaminya, dia pergi tanpa bicara sepatah kata padanya "apa suami ku pergi bekerja?" tanya Rhea memecah keheningan.

Bibi terdiam, sejenak menghentikan aktivitasnya "benar nyonya" jawabnya lembut.

"Apa pekerjaan nya? " Rhea menatap Bibi lekat.

Bibi tersenyum lembut, menoleh ke arah Rhea "Sebaiknya untuk saat ini, nyonya tak perlu tahu" Bibi melanjutkan mencuci piring.

selalu saja jawaban yang sama ketika Rhea bertanya, banyak hal yang di sembunyikan darinya. Membuat Rhea yakin dia hanya di gunakan untuk melahirkan penerus keluarga ini "dia menyeret gadis yang jauh lebih muda darinya, lelaki itu!! " mata Rhea berkaca-kaca dia berusaha agar tak menangis.

Rhea kembali ke kamarnya, Hari ini dia jauh tak bersemangat. Rhea tak mendapat izin keluar dari rumah selangkah pun, sandi rumah dia bahkan tak tahu. Ketika sore Hari Bibi akan pulang dan mengunci pintu dari luar, pintu terbuka ketika Theron pulang dari hal yang mendesaknya. Rhea bagai tahanan yang terkurung di dalam rumah megah tanpa mengetahui alasan jelas dia diperlakukan seperti itu.

Bahkan jika di berikan pilihan, Rhea lebih memilih menikah dengan lelaki biasa namun  menghargai keberadaanya. Pernikahan saat ini tak pernah terbesit dalam mimpinya.

Begitu saja waktu yang Rhea habiskan begitu amat membosankan.

Ceklek..

Theron masuk ke dalam kamarnya, membuat Rhea tersentak. Dia meletakan kantong di atas meja Rhea "itu vitamin bagus untuk kesehatan, kamu harus meminumnya setiap hari tanpa terkecuali" ucapan yang bagai memerintah Rhea.

Pria tinggi memiliki dada bidang, bola mata merah, dan sorot mata tajam, benar-benar membuat Rhea bergidik. Setampan apapun dia, lelaki itu pria yang paling Rhea benci.

"Jika Aku memilih tak meminumnya bagaimana? " Rhea menatap suaminya kosong.

Dahi Theron mengkerut, dia berjalan mendekati Rhea "tarik ucapan itu" tekannya.

"atau jika Aku memilih tak melahirkannya?! " Rhea mengusap perutnya sembari menyeringai.

Theron mencengkeram kuat pundak Rhea, menatap tajam mata Rhea "jika kau berani, maka lihatlah orang yang kamu sayangi tak akan hidup tenang" bisiknya.

"jadi jangan mengancam ku" Suasana menjadi mencekam, Theron tampak begitu serius.

Rhea tertunduk "kenapa? kenapa kau merusak hidupku?!! " Rhea mengepal jemarinya, memekik menatap Theron yang berbalik meninggalkannya.

"Kau bajingan keji!! " Rhea histeris, dia benar-benar kacau.

Theron mendengar semua ucapan Rhea, dia terdiam sorot matanya begitu tajam, bagai siap menerkam mangsanya.

"anak itu harus lahir" gumam Theron berjalan meninggalkan kamar Rhea.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!