BAB 5

Hari itu Kinara sengaja ikut Rangga ke kantornya. Tapi sebelum itu ia pergi ke Hutama Hospital untuk cek kandungan nya yang minggu ini sudah masuk minggu ke dua belas. Mual dan muntah masih sering ia alami, tapi tak separah sebelumnya.

"Mas, kamu udah minta tolong sama Ardi (adik ipar Rangga) biar kita bisa periksa sama dokter Ardiyani?" tanya kinara memastikan. ia jujur tak akan mau jika nantinya Rifan teman lamanya yang menangani dirinya, terlebih Rifan terlihat suka cari muka di depan papanya.

"Sudah." jawabnya singkat saja.

Adik Rangga kebetulan menikah dengan pemilik rumah sakit tersebut, jadi mudah saja bagi ia untuk minta dokter kandungan sesuai keinginannya.

Kinara tersenyum manis pada suaminya, ia menggenggam erat tangan suaminya, lalu melakukan registrasi.

Hari ini Kinara dan Rangga datang lebih awal, bahkan poli kandungan juga baru mulai praktek saja. Jadi sama sekali ia tak mengantri, karena mendapat nomor pertama untuk periksa.

Tak berselang lama suster memanggil Kinara, Rangga dengan setia mendampingi istrinya masuk ke ruang praktek dokter tersebut.

"Bu Kinara timbang dulu ya, habis itu cek tensi darah." intrupsi perawat itu membimbing Kinara untuk menimbang berat badannya dan cek tensi darahnya.

Setelah itu Dokter menyuruh Kinara untuk berbaring di bed dan memeriksa kandungannya dengan mesin USG.

"Hallo dedek, di sapa nih sama Mama Papa." ujar dokter itu seolah anak mereka sudah paham apa yang ia katakan.

Rangga dan Kinara tak kalah antusias seperti dokter yang memeriksa anak mereka. Terlihat tubuh anak mereka sudah terbentuk sempurna. Tapi masih sangat kecil, detak jantungnya juga sudah terdengar dengan kecepatan rata - rata tak ada masalah sama sekali pada kandungan Kinara.

"Janinnya sehat, normal. Cuman Ibu Kinara sepetinya kurang darah. Nanti saya resepkan obat penambah darah ya Bu." ujar dokter dan hanya di angguki saja oleh kinara.

Setelah semua pemeriksaan selesai di lakukan keduanya langsung menebus obat di apotik, dan mengambil hasil print out janin mereka. Baru setelah itu mereka berjalan keluar menuju parkiran dimana Faris asisten Rangga sudah menunggu disana.

Mereka berjalan berlahan sembari bergandengan tangan, tak ada obrolan sama sekali. Tapi sesekali mereka saling pandang, lalu tersenyum.

Saat hampir sampai di mobilnya, mereka tak sengaja berpapasan dengan Rifan yang merupakan salah satu dokter kandungan disana.

"Kin, elo kenapa masih bertahan dengan dia. Papa kamu sekarang di penjara gara - gara dia." Ujar Rifan to the point. Entah apa yang Rifan inginkan. Kenapa ia selalu ikut campur urusan rumah tangga dan keluarga Kinara.

"Jangan asal bicara ya anda! Pak Santosa menyerahkan dirinya sendiri karena ia ingin mempertanggung jawabkan perbuatannya yang telah ia lakukan selama ini." Jawab Rangga geram. Bagaimana tidak geram, Rifan memang seolah mengajak Rangga untuk perang. Apa tujuannya? tentu saja untuk mendapatkan Kinara dan memiliki istrinya itu.

"Jaga ya bicara kamu Rifan! stop menyudutkan Aku atau suami aku. Papa memang pantas di penjara karena kesalahannya tak termaafkan." Timpal Kinara membela Rangga suami tercintanya.

Pendengar penuturan Kinara tentu saja Rifan hanya diam di tempat. Rasanya mustahil membuat Kinara benci dengan suaminya, dan satu lagi ia terlihat sangat mencintainya.

"Ayo Mas. Sepetinya kamu perlu bilang sama Ardi biar Rifan di keluarkan dari rumah sakit ini. Tak pantas mas dia jadi dokter kandungan, lebih pantas jadi admin lambe julid." ujar Kinara sembari menarik lengan Rangga dan langsung masuk ke dalam mobil.

"CK,! sombong. Siapa kalian bisa seenak jidat memecat aku dari rumah sakit ini?" Kata Rifan. Ia belum tahu jika pemilik perusahan itu adalah adik ipar dari Rangga, suami Kinara.

****

Sementara itu di apartemen Kelvin dan Airis. Terlihat hanya Kelvin yang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja. besok memang sudah weekend tapi hari ini mereka harus bekerja.

Kelvin yang sudah rapi, nampak heran tak melihat batang hidung Airis. Padahal biasanya di jam - jam krusial untuk berkerja seperti saat ini Airis selalu-nya sudah rapi dan siap berangkat bersama Kelvin. Ya, walaupun tak pernah ada pembicaraan seperti teman pada umumnya, karena mereka selalu berdebat sepanjang waktu dan sepanjang perjalanan.

Kelvin yang penasaran akhirnya mengetuk pintu kamar Airis. Pintu itu nampak tak di kunci tapi airis terlihat masih membungkus dirinya dengan selimut.

"Ris, elo mau kerja gak? ini bukan weekend?" tanya Kelvin serius. Tapi sama sekali tak ada jawaban dari Airis membuat Kelvin binggung.

Kelvin ingin masuk, tapi takut nanti di kira akan mesum, kalau tidak di bangunkan besok Airis bisa kena sanksi. Tiba - tiba Kelvin menjadi galau gegana. Binggung antara masuk atau tidak?

Kelvin mencoba mengetuk pintu lagi, berharap ada jawaban. Tapi sama sekali tak ada jawaban. Bahkan sampai hampir lima kali ia mengetuk sama sekali tak suara yang di keluarkan oleh Airis. Akhirnya dengan sangat terpaksa ia masuk ke dalam kamar Airis dan mencoba mendekatinya.

Suhu tubuh Airis ternyata sangat tinggi, dan ternyata saat itu kondisi Airis tak sadarkan diri. Kelvin seketika panik, ia langsung menghubungi Pak Tamada untuk minta izin satu hari karena Airis sakit ia hendak membawanya ke rumah sakit.

Di tengah kepanikan yang melandanya tiba - tiba ponsel Airis berbunyi, ternyata telpon dari Faris. Kelvin sama sekali tak mengangkatnya karena ponsel Airis di kunci menggunakan password.

"Apa jangan - jangan selama ini pacar Airis itu adalah Faris asisten pribadinya Mas Rangga?" batin Kelvin asal tebak. Tapi menurut dia kemungkinan besar ya ia. Karena tak mungkin jika tak ada hubungan telpon di pagi buta seperti ini.

Kelvin memilih tak menghiraukan lalu membawa Airis dengan taksi online yang sudah ia pesan. Tak sampai sepuluh menit ia kini sudah di rumah sakit.

Airis langsung di tangani oleh dokter. Sementara Kelvin harap - harap cemas takut wanita yang bertahta di hatinya itu kenapa - napa. Walaupun ia bukan lagi kekasihnya tapi rasa peduli itu jelas masih ada.

Cukup lama Rangga menunggu dokter selesai memeriksa, hingga lahirnya dokter keluar dan menemui dirinya.

"Bapak suaminya?" tanya dokter itu dengan bahasa Jepang.

"Bukan, saya teman satu kantornya kebetulan tinggal di apartemen yang sama." Balas Kelvin memilih jujur, walaupun bisa saja asal jawab kalau dia suaminya. Tapi nanti bisa - bisa Airis murka dunia akhirnya kalau tahu ia sudah mengakui bahwa dirinya adalah suaminya. Walaupun setiap hari terselip doa, agar suatu hari nanti bisa bersama lagi hingga menua.

"Jadi begini Pak. Nona Airis maag akutnya kambuh. Setelah saya diagnosa ternyata semalam dia memakan makanan dengan level pedas tinggi." Ujar dokter itu menjelaskan.

Kelvin nampak menyalahkan dirinya sendiri kenapa ia tak memberi sedikit perhatian untuk Airis, sampai - sampai ia lupa kalau dia tak bisa makan pedas. "Bodoh sekali kamu Kelvin." umpatnya dalam hati.

Terpopuler

Comments

♡Diazella fransiska♡

♡Diazella fransiska♡

kak follback and rate back yaa, klo like terserah kk mau back apa enggak, dan klo berkenan baca novel ku yaa

2022-12-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!