Gini loh Mah Luna itu mau ngerencanain pesta ulang tahun buat kak Lisa, makanya Luna datang ke kantor Papa buat minta persetujuan dari Papa dan sekarang Luna juga mau minta pendapat dari Mama, gimana kalau kita bikin pesta ulang tahun di rumah aja, tapi di bikin spesial gitu Mah, rencananya aku mau undang teman-teman dekat kak Lisa waktu kuliahnya dulu, gimana Mah ide aku bagus kan?" Jelas Luna dengan penuh harapan namun membuat Sinta kebingungan harus gimana menanggapinya.
Dengan terpaksa kali ini Sinta harus menolak permintaan dari putrinya itu meskipun berat tapi ini adalah keputusan yang terbaik.
Sinta meraih tangan Luna dan mengelus punggung tangannya dengan lembut
"Luna sayang dengerin Mama, bikin pesta itu membutuhkan banyak uang nak Mama pikir kali ini jangan dulu ya, mungkin tahun depan kita bisa bikin acara yang lebih meriah" Jawab
Sinta meminta pengertian.
"Tapi Papa nggak keberatan kok Mah tadi Papa nyuruh aku buat ngomong sama Mama" celahnya, Luna berpikir kenapa jawaban Sinta malah bertolak belakang dengan Bram
ada apa dengan mereka.
"Aku ngerasa ada yang aneh sama Mama, padahal setiap ada yang ulang tahun di keluarga ini selalu dirayain setiap tahunnya dan Mama adalah orang yang selalu paling semangat kalau bikin pesta kenapa kali ini Mama malah bilang nggak bisa, ini kan ulang tahunnya Kak Lisa" Batin Luna bertanya-tanya dengan kepala menunduk.
"Kamu harus ngerti ya sayang, kali ini Mama nggak bisa bikin pesta ulang tahun dulu mungkin tadi Papa lagi sibuk sampe nggak fokus sama Pertanyaan dari kamu jadi Papa bilang iya iya aja" jawab Sinta.
"Tapi Mah" celahnya.
"Udah lebih baik kamu mandi terus istirahat ya! kepala Mama agak pusing nih" ujar Sinta memijat pelipisnya dan hampir terjatuh ke lantai namun ditahan oleh tubuh Luna.
"Ya ampun Mama sakit? aku antar Mama ke rumah sakit ya" Ujarnya khawatir.
"Enggak usah sayang, Mama cuman pusing biasa kok nanti tinggal minum obat dari apotik juga bisa sembuh lagi" jawab Sinta berbohong, padahal saat ini kepalanya sangat sakit karena harus memikirkan masalah perusahaan ditambah lagi permintaan Putrinya yang tidak bisa dia penuhi.
"Tapi Mama pucat banget, kalo gitu obatnya di mana? biar Luna ambilin, ayok Luna antar Mama ke kamar".
"Udah gapapa sayang, jangan terlalu khawatir, Mama gapapa kok".
"Mama udah makan kan? kalau belum biar Luna ambilin ya" ujar Luna panik melihat kondisi Sinta saat ini, dia tidak ingin perempuan yang telah melahirkannya itu jatuh sakit.
Luna pun mengantar Mamanya ke kamar dan menyiapkan makan untuknya lalu memberikan obat.
"Ya ampun Mah pasti Mama kecapean deh, Mama pasti habis ngerjain pekerjaan rumah kan?" Celotehnya heran pasalnya di rumah ini kan ada pembantu kenapa Mamanya ikut-ikutan beres-beres.
"Iya sayang, pembantu di rumah kita lagi pada pulang kampung jadi Mama yang ngerjain semuanya" jelas Sinta.
"Ya ampun kok pada pulang kampung semua sih Mah, kenapa mama izinin, kan bisa gantian" Ujar Luna mendengus sebal.
Sinta memang sengaja memecat asisten rumah tangga di sana dengan keadaannya saat ini dia takut tidak bisa menggaji mereka.
"Gapapa sayang, mungkin mereka kangen sama keluarganya lagian kita juga harus belajar mandiri tanpa harus ada pembantu di rumah kita" ucapnya berbohong.
"Iya tapi buktinya Mama malah sakit kan".
"Iya gapapa, kita itu harus belajar hidup sederhana karena kehidupan itu seperti roda berputar kadang diatas kadang dibawah, harta yang kita miliki itu cuman titipan dari Tuhan dan kita nggak akan tahu kapanpun harta itu akan diambil sama pemiliknya" Ujar Sinta menasehati.
"Iya Mah Luna tahu tapi Mama juga jangan capek-capek, Luna nggak mau kalau Mama sampe sakit" ucapnya begitu mengkhawatirkan Sinta.
"Iya Mama udah agak baikan kok setelah minum obat, kamu jangan khawatir nak Mama baik-baik aja kok" ujarnya menenangkan Luna.
Setelah sekian lamanya di kamar, terdengar suara mobil yang parkir di depan rumah lalu terdengar suara Bram.
"Asalamualikum, Papa pulang" teriak Bram mengucap salam.
Begitu mendengar suara itu, Luna langsung menghampirinya dan menarik Bram untuk melihat keadaan Mamanya.
"Waalaikumsalam, Pah untung Papa cepat pulang Mama sakit pah ayo cepetan bawa Mama ke rumah sakit" ujar Luna.
Mendengar hal itu Bram langsung mempercepat langkahnya lalu menghampiri Sinta yang sedang berbaring lemah.
"Mama sakit apa, ayo kita ke rumah sakit Mah" ujar Bram khawatir.
"Enggak Pah Mama cuma kecapean aja kok, nggak usah bawa Mama ke rumah sakit segala Mama cuman pusing, udah minum obat juga udah agak mendingan kok Pah, kalian nggak usah khawatir gitu lah" ujar Sinta.
"Tapi Mama pucat banget Pah" ujar Luna ngotot.
"Udah lebih baik kamu mandi sana, istirahat" ujar Sinta.
"Iya Mah, tadinya Luna ada acara sama teman-teman malam ini tapi lihat kondisi Mama sakit gini, Luna jadi nggak tega ninggalin nya" ujar Luna mengelus punggung tangan Sinta.
"Udah gapapa sayang kan ada Papa, Mama baik-baik aja kok" ujar Sinta meyakinkan putrinya.
"Iya Luna, kalau kamu mau pergi gapapa jangan khawatir ada Papa kok di samping Mama" sahut Bram.
"Ya udah kalau gitu Luna titip Mama ya Pah, ini udah sore juga, Luna mau siap-siap dulu ya".
Setelah Luna pergi dari kamar orang tuanya Sinta berbisik dan menanyakan sesuatu kepada Bram.
"Pah kata Luna tadi dia datang ke kantor ya" tanya Sinta sambil menoleh ke arah pintu memastikan bahwa Luna sudah tidak ada di sana.
"Iya Mah, Papa juga kaget pas Luna datang ke kantor, mana keadaan lagi kacau, untung aja Luna nggak curiga" jelas Bram.
"Oh gitu ya pah emangnya keadaan di kantor gimana pah?" tanya Sinta penasaran.
"Tadi itu di kantor banyak banget masalah, Papa sampe pusing Mah, dari investor yang membatalkan investasi nya, debt collector yang menagih angsuran mobil perusahaan, dan yang parahnya lagi Mah karyawan yang belum di gaji sampai-sampai mereka protes dan unjuk rasa, Papa benar-benar kesal dan Papa udah bicara sama Gibran, Papa tegur dia karena semua ini kesalahan dia Mah dia harus bertanggung jawab" ujar Bram.
"Ya ampun Pah, Mama nggak nyangka bakalan sekacau ini, Mama gak yakin kita bisa nutupin semua ini lagi sama anak-anak Pah, apa sebaiknya kita jujur aja sama mereka tentang hal ini" ujar Sinta pasrah.
"Jangan dulu Mah, Papa nggak mau anak-anak kepikiran sama musibah yang kita alami ini, apalagi Luna" ujar Bram.
"Iya tapi mau sampai kapan kita nutupin ini semua Pah, Mama juga nggak sanggup nutupin lama-lama".
"Mama jangan ngomong dulu sama anak-anak, tadi Gibran bawa seseorang ke kantor katanya itu teman dia waktu kuliah Mah, namanya Roy dia itu pengusaha sukses dan mudah-mudahan dia mau menyelamatkan perusahaan kita Mah" harapan Bram.
"Berarti kalo gitu Gibran emang mau bertanggung jawab Pah, syukur deh kalau gitu mudah-mudahan aja temannya Gibran mau bantu kita" ujar Sinta.
"Iya Mah tapi tadi Gibran bilang kalau Roy itu naksir sama Luna anak kita Mah dan kata Gibran ini adalah satu-satunya cara agar Roy bisa bantu kita, yaitu dengan mendekatkan Roy dengan Luna Mah, gimana menurut Mama?" tanya Bram ragu.
"Ya Mama sih setuju aja kalau emang Luna nya mau Pah" ujar Sinta.
"Iya itu dia Mah, Papa juga bingung gimana cara deketin mereka".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments