Ditengah keluarga yang sedang melakukan ritual makan malam, Luna merasa heran dengan sikap kedua orang tuanya yang sedari tadi hanya terdiam dan fokus melahap makanan di piringnya.
"Mereka kenapa ya, kok diem-dieman gini gak biasanya apa mungkin lagi ada masalah ya?" Batin Luna bertanya-tanya.
Luna yang mulai tidak nyaman dengan kebungkaman diantara mereka, kini ia memulai bersuara.
"Mah Pah tadi di kampus hasil skripsi Luna nilainya bagus loh" Ujar Luna mencoba menarik perhatian kedua orang tuanya.
"Oyah, bagus dong, anak Mama emang hebat Mama bangga sama kamu" Ujar Sinta mulai merespon.
"Iya dong Mah aku kan pengen jadi pengusaha sukses kayak Papa iya gak Pah? " Tanya Luna sembari menoleh ke arah Bram yang belum menanggapi ucapannya.
Bram merasa tersentak akan ucapan Luna
"i-iya sayang, apapun cita-cita kamu Papa pasti akan mendukung kamu Nak" Ujar Bram gugup.
"Iya kan Luna juga pengen sukses kayak kak Lisa sama kak Leon.
Kak Lisa kan udah jadi dokter terus Kak Leon udah jadi pembalap internasional dan Luna pengen jadi pengusaha sukses biar bisa bantuin Papa di kantor " Ujar Luna dengan penuh harapan.
"Iya Papa dan Mama akan selalu mendo'akan kamu agar kamu lebih sukses dan lebih baik dari Papa " ujar Sinta.
"Amin, makasih ya Mah" ucap Luna.
****
Hari selanjutnya
"Iya iya mohon tenang dulu saya akan segera urus maslah ini tolong beri saya waktu tiga hari lagi ya" ujar Bram yang sedang menghadapi karyawan yang sedang protes karena gajinya belum dibayar.
"Ya sudah kalau begitu kami tunggu tiga hari lagi kalau dalam waktu tiga hari kami belum menerima gaji, dengan terpaksa kami
akan keluar dari perusahaan bapak" Tegas karyawan mengancam.
"Iya saya akan usahakan mohon pengertiannya ya" Jawab Bram.
Setelah selesai dengan urusan karyawan, kini Bram menuju ruangannya dan segera memanggil asistennya dengan wajah yang panik sekaligus emosi.
"Doni kamu panggil Gibran ke ruangan saya sekarang juga" Perintah Bram dengan tegas.
"Iya siap pak" Jawab Doni segera pergi menuju ruangan Gibran.
Tok...
Tok...
Tok....
Suara pintu ruangan Bram
"Silahkan masuk" Ujar Bram.
"Maaf Pak ada yang ingin bertemu dengan Bapak" Ujar Ferdi.
"Siapa Fer" Tanya Bram.
"Bapak Herlambang dari perusahaan mitra abadi pak" Jawab Ferdi.
"Oh iya silahkan masuk".
"Selamat siang Pak Bram, apa kabar?" Salam Herlambang sembari menyodorkan tangannya.
"Siang Pak Herlambang kabar saya baik, bagaiman kabar Bapak sendiri?" Tanya Bram dan mempersilahkan duduk kepada Herlambang.
Tanpa basa-basi Herlambang langsung berbicara pada intinya.
"Ya saya baik-baik saja, langsung saja Pak maksud dan tujuan saya datang ke sini saya mau menarik semua saham yang sudah saya investasikan ke perusahaan Bapak" Tegas Herlambang membuat Bram terkejut dan tidak terima atas keputusannya.
"Tunggu Pak, kenapa tiba-tiba Bapak mau menarik saham Bapak dari perusahaan saya, bukannya selama ini perusahaan kita bekerja sama dengan baik" Tanya Bram.
"Iya memang awalnya perusahaan Pak Bram begitu menguntungkan untuk perusahaan saya, tapi kali ini kinerja perusahaan Bapak malah semakin menurun sehingga membuat kerugian pada perusahaan saya, maka dari itu sebelum terlambat saya akan menarik semua saham yang saya tanam di perusahan Pak Bram" Jawab Herlambang.
"Iya tapi Bapak nggak bisa seenaknya memutuskan sepihak begitu dong Pak, tolong hargai saya setidaknya perusahaan saya yang sudah bikin perusahan Bapak maju seperti sekarang ini" Ujar Bram tidak terima.
"Iya saya tahu Pak Bram, tapi ini hak saya juga, saya nggak mau kalau nantinya perusahaan saya yang jadi rugi gara-gara membantu perusahaan Bapak yang sedang terancam bangkrut ini" Jawab Herlambang.
"Pak tolong di pikirkan lagi matang-matang ya apa Bapak sudah yakin dengan keputusan Bapak? tolong di pertimbangkan lagi Pak saya mohon" Ujar Bram memohon
"Tidak Pak, keputusan Saya sudah bulat, Saya sudah pikirkan ini dengan matang jadi mohoh Pak Bram mengerti ya, dan Saya nggak bisa lama-lama di sini karena masih banyak urusan, tolong segera tandatangani Pak jangan mempersulit keadaan" Jelas Herlambang dengan tegas.
Dengan terpaksa Bram pun menandatangani berkas penarikan saham itu.
"Ya sudah kalau Bapak tetap kekeuh mau menarik saham dari perusahaan Bapak, Saya akan tandatangani" Ujar pak Bram sembari menyerahkan berkas yang telah di tandatangani itu dengan pasrah.
"Ya sudah kalau begitu saya pamit terimakasih atas pengertiannya" Ujar Herlambang dan segera pergi dari kantor Bram
"Aduh gimana ini, satu persatu investor perusahaan sudah menarik sahamnya bagaimana nasib perusahaan saya, apa saya harus menerima kenyataan bahwa perusahaan yang telah ayahku rintis dari dulu harus mengalami kebangkrutan" Keluh Bram dengan kepala menunduk dan bersandar di meja.
Tok...
Tok...
Tok...
Suara pintu ruangan Bram
"Masuk" Ujar Bram dingin.
"Permisi pak ini Pak Gibran nya sudah datang" ujar Doni.
"Iya suruh dia masuk dan menghadap saya" Tegas Bram yang sedang menahan emosinya.
"Baik pak, ayo silahkan masuk pak Gibran" Ujar Doni.
"Iya terimakasih" Ucap Gibran dan segera menghadap Pak Bram dengan perasaan gugup dan takut.
Gibran yang baru saja duduk di kursi langsung mendapati semprotan pertanyaan dari Bram.
"Gibran kamu tahu kesalahanmu apa" Tanya Bram dengan sinis.
"Iya kak aku tahu tapi bukan semuanya kesalahan aku kak aku udah berusaha untuk menjalankan perusahaan kakak,
ini musibah kak" ujar Gibran mengelak.
"Iya ini musibah karena kelalaian kamu dalam mengurus perusahaan dan saya telah salah memilih orang untuk memimpin perusahaan ini, Kamu memang nggak becus Gibran, kalau kamu bukan adik dari istri saya, kamu tidak akan saya posisikan sebagai pemimpin di perusahaan ini" Tegas Bram dengan amarah yang sedari tadi ia tahan.
"Iya Kak maafin aku, aku memang salah" Ujar Gibran mengakui kesalahannya.
"Kamu pikir dengan hanya meminta maaf kamu akan mengembalikan semua kerugian perusahaan saya, Kamu tahu Gibran gara-gara masalah ini saya banyak kehilangan investor dan kenapa karyawan di kantor belum kamu gaji?" Tanya Bram.
"Iya karena aku pikir gaji karyawan bisa di tunda dulu dan menginvestasikannya agar keuntungan perusahaan jadi lebih besar hingga gaji karyawan bisa kita naikan Kak" Jelas Gibran.
"Ya ampun Gibran kamu itu benar-benar bikin saya emosi ya, saya kan sudah pernah bilang utamakan gaji karyawan tanpa karyawan perusahaan kita nggak akan maju" Tegas Bram benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Iparnya itu.
"Iya Kak aku minta maaf, aku janji akan bertanggung jawab atas kelalaian aku Kak".
"Apa kamu bilang, kamu mau bertanggung jawab, bagaimana caranya?
gaji kamu setahun pun nggak akan bisa mengembalikan semua kerugian di perusahaan saya Gibran, fikir dong dengan otak" Ujar Bram emosi.
"Iya Kak aku tahu aku akan carikan investor terbaik buat kakak, kebetulan aku punya teman sekolah dulu dan sekarang dia sudah menjadi pengusaha sukses, aku akan coba datangi dia untuk meminta agar perusahaan kita bekerja sama " Jawab Gibran mencoba membujuk Bram.
Bram yang sudah lelah akan urusan ini, kini ia mengalah dan mencoba memberi kesempatan untuk Gibran.
"Ya sudah apa pun caranya pokoknya perusahaan kita harus selamat, kamu jangan hanya bicara omong kosong, kamu harus buktikan kalau kamu memang benar-benar mau bertanggung jawab atas perbuatan kamu sendiri" tegas Bram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments