Bab 4

Hendra yang awalnya berdiri agak jauh dari Ella berusaha untuk bicara baik-baik dan mendekati Ella perlahan.

"Enam tahun yang lalu, aku bukan apa-apa Ella. Aku bukan siapa-siapa. Ada hal yang tidak bisa aku jelaskan yang membuatku harus melukai perasaan...!"

"Tidak usah bahas yang sudah berlalu. Sekarang cepat suruh wanita-wanita mu itu bukakan pintunya!" sela Ella tak mau mendengarkan penjelasan Hendra.

Hendra terlihat menghela nafasnya. Sejak awal dia memang yakin tidak akan mudah baginya kembali bisa dekat dengan Ella setelah apa yang terjadi di masa lalu mereka.

"Apa yang terjadi setelah aku pergi?" tanya Hendra dengan suara pelan dan lembut.

Tapi pertanyaan itu seperti menampar Ella dan mengingatkan dirinya akan luka masa lalunya. Ella yang awalnya enggan menatap Hendra pun berbalik menatap pria yang sudah dia kenal sejak SMA itu.

"Bagus kamu bertanya begitu, mau tahu apa yang terjadi setelah kamu pergi dan mengatakan aku hanya sampah bagimu dan hanya ingin uangmu maka aku mendekatimu dan merayu mu?" tanya Ella membuat Hendra menelan salivanya dengan susah payah.

Apa yang di katakan Ella padanya itu juga seperti sebuah pukulan yang sangat menyakitinya.

"Semua orang menghinaku dan keluarga ku, orang bayaran ibu mu itu membuat fitnah yang kejamnya luar biasa. Kami di usir dari rumah kami sendiri, gerobak ayah di hancurkan, bahkan kami tidak boleh membawa barang-barang apapun dari rumah. Malam harinya saat ayah ingin mengambil surat-surat penting kami, ayah ku di hajar sampai babak belur. Rumah kami di bakar, aku tidak perlu beritahu padamu siapa pelakunya kan. Untung saja pak ustadz dengan baik hari memberikan kami uang untuk bisa keluar dari kota itu agar tidak terus di hina semua orang karena ulah ibumu. Puas kamu!!!" pekik Ella di akhir ceritanya.

Tangan dan kaki Ella gemetar menceritakan tentang semua hal itu. Air matanya juga deras mengalir. Dia menatap Hendra dengan kebencian yang tak bisa terbendung.

Hendra sampai terduduk lemas di kursi, dia tidak tahu semua itu. Hendra Adirja enam tahun lalu memang tidak punya apapun dan tidak punya kuasa untuk menentang semua kehendak ibunya. Saat itu dia punya penyakit yang tidak bisa dia jelaskan pada Ella. Dan penyakit itu sangat mahal pengobatannya. Karena itu saat itu dia sangat bergantung pada ayah dan ibunya. Dia juga tidak menyangka ibunya akan sekejam itu pada keluarga Ella.

Hati Hendra juga ikut merasakan sakit yang dirasakan Ella. Selama enam tahun ini dia benar-benar mencari Ella. Namun seolah semua akses tentang Ella sengaja di tutupi. Kini dia tahu siapa yang melakukannya. Ibunya memang tidak ingin dirinya menemukan ella.

"Tidak usah berpura-pura sedih. Aku juga tidak akan buat perhitungan apapun denganmu atau dengan ibumu. Karena sekarang hidupku juga sangat baik. Bahkan satu bulan lagi aku akan menikah!"

Hendra mengangkat kepalanya dan menoleh cepat ke arah Ella.

"Sekarang hidupku benar-benar sangat lebih baik. Sekarang cepat buka pintunya!" pekik Ella masih sangat kesal.

***

Di kamarnya, Ella masih terus menangis. Tangisannya bukan karena dia sedih. Tangisan itu tangisan kesal yang membuatnya ingin segera pergi dari tempat ini secepatnya. Awalnya dia pikir bisa bersenang-senang dengan teman-temannya karena liburan di kapal pesiar ini merupakan sebuah reward atas kerja kerasnya dari perusahan tempat dia bekerja. Dia tidak menyangka kalau malah akan mempertemukannya dengan masa lalu yang sangat ingin dia lupakan. Cinta pertamanya dan orang pertama yang menyakitinya dengan sangat luar biasa sakit. Bahkan bukan hanya dirinya saja, keluarga Adirja itu bahkan menyakiti seluruh keluarga Ella.

Ella yang kesal pun memilih untuk tidur, sementara teman-teman Ella masih menunggu di restoran.

"Jangan-jangan Ella di culik!" celetuk Dinda.

"Ngawur kamu!" sahut Lusi.

"Lagian kalau Ella di culik yang pusing juga penculiknya, tuh orang kan cerewet nya gak ketulungan. Terus kalau mau di jual juga gak bakalan laku, tukang cakar dia. Mau di jual ginj4lnya juga gak laku, dia kan beser...!"

Plakkk

Mendengar kata-kata tidak menyenangkan dari Jacky, Dinda yang adalah sahabat Ella pun tak terima. Dinda memukul keras lengan Jacky membuat pria yang sedingin kulkas itu manyun seketika hingga dia berhenti menghina Ella. Sebenarnya apa yang dikatakan Jacky itu tidak sepenuhnya salah sih.

"Sudah malam nih, pertunjukan opera pasti juga sudah mulai. Sebentar ya, aku cari manager yang tadi bawa teman kalian!" ujar Dian yang merasa jadwalnya sedikit terganggu karena Ella tak kunjung kembali.

Dian pun mencari manager itu, setelah bertemu. Manager itu menjelaskan kalau Ella sudah kembali ke kamarnya setelah bicara dengan orang yang mencari nama Marcella. Setelah mendapatkan informasi, Dian pun segera kembali menghampiri Dinda dan yang lain.

"Gimana mbak tour guide?" tanya Jacky.

"Panggil saja Dian!" sela Dian.

"Iya, gimana mbak Dian?" tanya Dinda.

"Ella sudah kembali ke kamarnya setelah bicara dengan orang itu. Sekarang sudah waktunya nonton pertunjukan opera. Yuk!" ajak Dian yang sudah menganggap ketiganya teman.

Dinda dan Lusi saling pandang, mereka tidak enak pergi tanpa Ella. Tapi baru mereka pikirkan tentang itu. Jacky kembali bertanya pada Dian.

"Terus hasil pertemuan Ella sama orang itu gimana? jadi gak kita di traktir makan malam selama di kapal ini?" tanya Jacky penasaran.

"Iya, kata manager tadi kita bisa makan di sini sembilan belas hari ke depan gratis!" jawab Dian.

"Mbak Dian, terus manager itu bilang gak Ella kenapa langsung ke kamarnya?" tanya Dinda yang mencemaskan Ella.

"Kata mbak manager itu, Ella bilang dia ngantuk. Makanya ke kamar duluan, dia juga pesan kalau kita bisa nonton Opera tanpa dia!" jelas Dian mengatakan apa yang manager itu katakan padanya tadi.

Dinda pun mengangguk paham. Mereka berempat lalu pergi ke ruangan yang mengadakan pertunjukan opera.

***

Keesokan paginya, Dinda mengetuk pintu kamar Ella.

Ceklek

Muka bantal Ella menyambut Dinda yang sudah rapi pagi itu.

"Loh, belum siap. Jam delapan waktunya sarapan sayangku!" ucap Dinda sambil memegang kedua pipi tembem Ella.

"Ah, kamu duluan aja deh. Aku mau tidur sebentar lagi!" jawab Ella.

"Kenapa, semalam kamu tidak tidur?" tanya Dinda yang bisa melihat kalau Ella memang seperti sangat berat membuka matanya.

"Mimpi buruk aku semalam!" kata Ella sambil berjalan kembali ke tempat tidurnya.

"Mau aku bawain sarapannya ke sini?" tanya Dinda.

Ella malah memposisikan dirinya kembali berbaring dan memeluk guling dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Gak usah deh, jangan lupa tutup pintunya ya!" ujar Ella.

Dinda yang melihat Ella sepertinya sangat mengantuk tak mau mengganggu dan memilih keluar. Tak lama pintu kamar Ella kembali terbuka.

"Din, aku mau tidur. Bilang mbak Dian aku gak ikut tour hari ini!" seru Ella yang masih memejamkan matanya.

"Kalau begitu ikut dengan ku saja!"

Ella langsung membuka selimutnya dan bangkit duduk. Ella berusaha membuka matanya yang masih terasa berat.

"Ck... kamu lagi!" kesal Ella.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anonim

Anonim

Agra atau Hendra neehhh yg bakal jadi suami Ella 🤔🤔🤔

2023-01-21

1

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

wah ternyata gitu kisahnya 🤔

2022-12-30

3

lina

lina

🤣🤣🤣 pepet terus

2022-12-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!