Bab 2

Setibanya Ella di dalam kamarnya, dia langsung melemparkan tas selempang nya ke atas tempat tidur dengan kesal. Ella lalu membanting tubuhnya di atas tempat tidur dengan posisi tengkurap. Ella pun terisak kembali karena mengingat rasa sakit hati pada pria yang baru saja dia temui itu.

Pria yang 6 tahun lalu memberinya banyak harapan dan membuatnya merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Namun dalam sekejap menghancurkan hatinya dan membuat keluarganya menanggung malu karena cintanya pada pria itu. Hingga ayah dan ibunya juga adik-adiknya dan dia juga harus pindah ke luar kota. Dan memulai semua dari awal, hidup mereka yang sudah sulit jadi semakin bertambah sulit lagi.

Penyesalan mengenal pria itu sudah mulai hilang, tapi malah pria yang membuat hati Ella itu hancur datang lagi di kehidupannya saat dia sendirian di tempat asing yang tak mungkin bisa menghindar terus dari pria itu.

Tiba-tiba saja, pintu kamar Ella di ketuk oleh seseorang. Ella segera menyeka air matanya dan membuka pintu.

"Hei, El! calon suamimu sejak tadi...!"

Dinda yang ingin mengatakan apa yang ingin dia sampaikan pada Ella hingga dia mengetuk kamar Ella menjeda kalimatnya karena melihat mata dan hidung Ella merah.

"Kamu kenapa? habis nangis ya? kenapa El?" tanya Dinda cemas.

Ella pun segera menggelengkan kepalanya.

"Aku tadi tidur, aku mimpi buruk!" bohong Ella agar Dinda tidak semakin khawatir padanya.

"Oh, ini tadi aku kan lagi posting-posting. Mas Agra nih sejak tadi komen nanyain kamu. Kamu hidupin aja WiFi. Di kapal ini ada WiFi@sea nya kok, lancar banget signalnya!" jelas Dinda.

Ella pun menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Iya, makasih ya!"

Dinda mengusap lengan Ella dengan pelan beberapa kali.

"Benar hanya karena mimpi buruk El? bukan karena hal lain?" tanya Dinda yang memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.

Ella langsung mengangguk.

"Iya Din, beneran buruk banget mimpi tadi. Aku sampai kesel setengah mati!" ungkap Ella yang menyamakan pertemuannya dengan Hendra adalah mimpi paling buruk dalam hidupnya.

"Ya sudah, aku balik kamar lagi ya. Kamu cepat hubungi mas Agra, nanti postingan aku di spam komen dia semua. Mending spam komen nya muji aku atau apalah, ini dia spam nya. Sayangku mana Din? kan jengkol aku... eh jengkel maksud nya!"

Ella pun terkekeh, meski sebenarnya Dinda sengaja salah sebut kata yang mau dia ucapkan memang untuk menghibur Ella.

Setelah masuk kembali ke kamarnya, Ella meraih ponsel dalam tasnya dan menyalakan WiFi. Benar saja, ketika ponselnya sudah terpasang jaringan internet. Muncul banyak sekali notifikasi pesan dan panggilan dari Agra, calon suami Ella.

Ella pun akhirnya menghubungi calon suami, dan pria yang sudah banyak membantunya juga keluarganya itu saat mereka sedang dalam keadaan sulit.

"Halo sayang!" sapa Agra Mahesa buru-buru.

"Halo mas, maaf ya mas. Aku baru tahu kalau di kapal ini ada WiFi nya pas Dinda kasih tahu tadi!" jelas Ella.

"Iya, aku tadi spam di postingan dia. Sayang bagaimana disana, semua baik-baik saja. Apa kamu dapat kesulitan atau bertemu dengan orang yang tidak menyenangkan?" tanya Agra bertubi-tubi terlihat sekali pria itu sangat mencemaskan Ella yang baru pertama kali bepergian seorang diri tanpa dia temani setelah beberapa tahun terakhir ini.

Mendengar apa yang di tanyakan oleh Agra. Ella jadi ingat pertemuan tak terduganya tadi dengan Hendra. Dan dia kembali menjadi kesal. Tapi dia juga tidak mau Agra cemas.

"Tidak mas, semuanya baik-baik saja. Kan aku gak sendirian, ada Dinda, mbak Lusi yang galak seperti bodyguard terus Jacky yang menguasai lima bahasa. Mas tenang saja!" ucap Ella panjang lebar.

"Aku senang mendengarnya kamu baik-baik saja di sana. Tapi aku akan sangat rindu padamu. 20 hari seperti dua puluh tahun, baru sehari saja rasanya satu abad!"

Ella pun terkekeh.

"Kenapa 20 hari serasa dua puluh tahun tapi sehari jadi seabad mas?" tanya Ella sambil terkekeh kecil.

Agar juga terkekeh dari seberang sana.

"Senang mendengar suara tawamu sayang, bersenang-senang lah ya, kamu berhak mendapatkan semua itu karena jeri payah mu El. Kamu tahu tidak, aku sangat bangga padamu!" tutur Agra dengan suara yang begitu lembut.

Mendengar semua yang dikatakan Agra, mata Ella kembali berkaca-kaca. Pria itulah yang telah menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Saat mereka terusir dari kota kelahiran mereka dan luntang-lantung di jalan sampai adik bungsu Ella, Romi sakit. Saat itulah dia bertemu dokter Agra yang merawat Romi di kliniknya tanpa meminta biaya sepeserpun. Bahkan mau menampung Ella dan keluarganya di rumah lain miliknya sampai saat ini. Meski Ella sudah bekerja dan ingin pergi dari rumah itu karena tidak enak hati, tapi bahkan ibu dari Agra melarangnya. Karena sudah menganggap mereka sebagai keluarga, hingga akhirnya Agra mengungkapkan perasaannya pada Ella dan mereka pun bertunangan.

"Terimakasih mas...!"

"Ayolah sayang, sudah berapa kali kamu katakan kata itu padaku. Kamu tahukan apa kata yang ingin aku dengar darimu?" tanya Agra yang tak ingin Ella terus mengucapkan kata terima kasih padanya.

Wajah Ella merona mendengar apa yang dikatakan Agra.

"Ayo katakan!" bujuk Agra.

"Katakan apa?" tanya Ella pura-pura tidak mengerti.

"Aku mencintai mu!" ucap Agra dengan suara sangat romantis.

"Aku juga!" sahut Ella.

Dan mereka pun terkekeh bersama.

"Akhirnya aku juga yang harus bilang. Baiklah sayang, aku ada pasien, kamu baik-baik di sana ya. Pakai baju tebal kalau cuacanya dingin. Jangan coba minuman yang aneh-aneh, jangan jauh-jauh dari mbak Lusi. Aku yakin dia bisa menjagamu!" nasehat Agra panjang lebar pada Ella.

Ella pun tersenyum dan menjawab.

"Iya mas!" jawab Ella singkat, padat dan jelas.

Malam harinya, Ella dan teman-temannya berkumpul di titik temu. Di depan lift lantai empat.

"Semua sudah datang ya, kita akan makan malam di lantai 8 ya! sekaligus menyaksikan pertunjukan opera sambil makan malam. Pasti seru, ayo!" ajak tour guide mereka sambil mempersilahkan ke empat nya untuk masuk ke dalam lift.

Begitu sampai di restoran yang ada di lantai 8. Mereka di buat takjub, karena restoran ini sangat gemerlapan dan sudah sangat banyak pengunjung lain. Meja mereka di dekat panggung Opera.

"Silahkan duduk semuanya, makanan juga sudah di pesan. Selamat menikmati ya!" ucapnya sembari duduk.

Ella dan teman-temannya duduk dan tak lama makanan pun datang. Tapi ketika makanan mereka datang, tour guide sedikit terkejut.

"Maaf ini bukan pesanan kami!" kata tour guide pada pelayan.

Tour guide merasa dia memesan paket makanan lain yang harganya jauh di bawah makanan yang datang.

"Ini memang untuk meja ini, tuan yang di sana yang memesannya untuk kalian!" jawab si pelayan.

Sontak saja semua orang di meja Ella, termasuk Ella menoleh ke arah yang di tunjuk pelayan itu.

"Tuan Hendra Adirja!" ucap tour guide itu takjub dan membuat Ella menghela nafas kesal.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Anonim

Anonim

waduuuuuhhhh...Ella jangan lupakan Agra krn mantan ya....

2023-01-21

0

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

dapat makanan dari mantan 🤭

2022-12-30

3

lina

lina

yaaaah berat bangt, ella utang budi itu mh

2022-12-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!