" Hey,, bangun. Lanjutkan tidurmu di kantorku. " kata Al sembari menepuk-nepuk pipi Bia.
Bia mengerjapkan matanya kemudian menggeliat. Merasa tubuhnya sakit semua dia segera membuka matanya.
* Ah,, lupa kalo dia membawaku dengan mobilnya.*
" Ayo cepat. "
Bia keluar mobil dengan langkah terseok. Seragam pabrik yang dikenakannya tentu saja menarik perhatian semua orang.
Al berfikir sejenak.
" Devan. Kita lewat private lift. "
" Baik Pak. "
Devan segera memimpin didepan untuk menuju private lift. Al sesekali menatap Bia tajam karena sering ketinggalan langkahnya. Untuk itu, Bia selalu berusaha lari-lari kecil. Bagi Al mungkin karena Bia masih mengantuk. Tapi bagi Bia, sakit di kaki kirinya membuat langkahnya kian berat.
" Apa dia sudah datang ? "
" Sudah ada di loby Pak. "
" Suruh mereka mengantarkannya ke ruanganku. "
Bia mengikuti langkah kaki Al menuju ruangan dikantornya.
" Duduklah di sofa itu. Suamimu sedang dalam perjalanan kemari. " tegasnya.
Bia mendaratkan tubuhnya di sofa empuk itu. Terasa sangat nyaman untuk memijat kakinya sebentar.
Suara ketukan dipintu membuat Al yang duduk dikursi mendongak. Begitupun dengan Bia yang tengah duduk di sofa.
" Masuk."
" Pak Al. Pak Ghazzy sudah datang. "
" Suruh dia masuk."
" Silahkan masuk Pak Ghazzy. " ujar Devan.
" Mari kita duduk di sofa. " ajak Al sembari membawa dua berkas map.
" Sayang. Kenapa ada disini ?" tanya Ghazzy saat melihat Bia duduk di sofa. Kemudian duduk di sampingnya. Al hanya mendengus kesal melihat dua orang itu malah bermesraan.
Belum juga Bia bicara Al sudah berdehem. Hingga keduanya langsung melihat Al.
" Pak Ghazzy,, ini kontrak kerja kita. Silahkan di tanda tangani disini. "
Ghazzy menanda tangani kontrak kerja itu meski masih bingung dengan keberadaan Bia disana.
" Aku yang meminta Bia untuk datang kesini. " jelas Al saat selesai menanda tangani dan memberikannya pada Devan.
" Kenapa Pak ?"
" Aku meminta Bia untuk menjadi pendonor adikku."
Ghazzy menatap Bia meminta penjelasan. Bia hanya mengangguk..
" Bukannya kemarin anda yang tidak setuju ?"
" Sebelum dokter memperlihatkan hasilnya. "
" Lalu,, untuk apa Bia sampai di kantor ini. "
" Untuk membicarakan kesepakatan. Bia setuju menjadi pendonor untuk adikku. Tapi, aku yang ingin bicara denganmu terlebih dulu. "
" Maksud anda ?"
" Mamaku,, pernah bernadzar. Kalo dia menemukan pendonor untuk Zaskia, dia akan menikahkan pendonor itu dengan salah satu anaknya. "
Kini tidak hanya Ghazzy yang tercengang, tapi juga Bia. Bagaimana bisa ada nadzar itu.
" Maksud kamu apa ? Kita menikah ??" seru Bia emosi.
" Untuk masalah nadzar, aku yakin kalian lebih mengerti konsekuensinya. Jadi, aku ingin melaksanakan nadzar Mama. Hanya sampai adikku sembuh !" tegas Al.
" Gimana kalo adikmu tidak sembuh ?!" seru Ghazzy marah.
" Adikku pasti sembuh. Yang dia butuhkan hanya pendonor seperti Bia. "
Ghazzy dan Bia saling menggenggam untuk menguatkan.
" Enam bulan. "
Keduanya mendongak menatap Al.
" Aku akan menjanjikan waktu enam bulan. Kalo dalam waktu enam bulan adikku tidak sembuh. Aku akan menceraikannya. "
Bia menatap Ghazzy bingung.
" Aku akan memberikan apapun yang kalian minta selama aku masih bisa memberikannya. " kataa Al meyakinkan.
" Apaapun dan berapapun ?" tanya Ghazzy.
" Mas,, "
" Iya. Bahkan kalo kamu minta perusahaan ini sekalipun."
" Aku gak minta apa-apa. Inshaah begitupun dengan Bia. Bisakah anda membiayai program bayi tabung untuk kami. Sampai kami berhasil ? "
Tess,,, Tesss,,,
Bia menunduk, tidak menyangka Ghazzy akan meminta itu. Dia pikir Ghazzy akan egois untuk meminta harta atau perusahaan.
" Oke. Berapapun biayanya. Kalo perlu ke luar negeri sekalipun. Akan aku tanggung. Devan, buat kesepakatan kerja ini nanti. "
" Baik Pak."
" Devan sudah menyiapkan tiket pesawatnya. Dan sebuah rumah dinas yang akan kamu tempati disana. "
" Tiket pesawat ? " tanay Bia heran.
" Lowongan kerja yang dilamar suamimu. Ditempatkan di pusat perusahaan Dewandaru. Di Kalimantan Timur."
" Mas Ghazzy ,, "
" Aku tahu kamu akan keberatan nantinya sayang. Tapi, aku gak bisa membiarkan kamu kerja terus. Biarkan aku berusaha memberimu penghidupan yang lebih layak. "
" Karena itu Mas menyetujui pernikahan ini ?" tebak Bia. Yang sempat mengagetkan Al.
" Setidaknya ada yang akan menjagamu selama aku tidak ada disini. "
" Mass,, ini salah. Aku,, punya dua suami ??" keluh Bia.
" Hanya untuk enam bulan sayang."
" Setelah enam bulan. Aku janji akan memindahkan Ghazzy kesini. Tapi, untuk sementara ini biarkan dia di Kaltim dulu. "
" Aku mohon jangan memberatkan langkahku sayang."
" Aku akan memberi waktu kalian bicara. Sepuluh menit lagi penghulu akan datang untuk menikahkan kita. Jadwal penerbangan Ghazzy juga jam sepuluh nanti. Dia sudah harus berada di bandara satu jam lagi. " kata Al lalu pergi keluar ruangan diikuti Devan.
Sepeninggal mereka. Ghazzy langsung memeluk Bia dengan erat. Tidak menyangka akan pergi dengan penuh rasa sakit seperti ini.
" Mas,, aku mau menjadi pendonornya. Tapi kenapa harus menikah ?" bisiknya.
" Aku juga sakit melihatmu menikah dengan orang lain sayang. Tapi, aku lebih sakit membayangkan kamu disini tidak ada yang menemani. Kamu sendirian dirumah. Aku khawatir sayang. "
Keduanya saling menguatkan. Sebenarnya Devan sudah sedikit menjelaskan tentang penyakit adik Al.
Anemia aplastik. Penyakit turunan yang setara dengan auto imun. Kesembuhannya bisa sampai 90% kalo bisa menemukan sumsum tulang belkang untuk adiknya. Mereka sudah keliling Indonesia untuk mencari pendonor. Tapi tidak ada yang kecocokannya hampir 90% seperti Bia.
" Mungkin ini sudah jalannya seperti ini sayang."
" Hati-hati disana Mas. Inget, jangan macam-macam disana. Pola makannya dijaga biar gak sakit. "
" Iya. Aku akan selalu ingat. Kamu juga disini jangan sampai lupain aku. Mentang-mentang ada yang ganteng disini. "
" Iishhh Mas. " keluh Bia sambil menghapus air matanya.
Ghazzy mencium kening Bia kemudian mencium bibirnya sejenak.
" Maafkan aku harus mengambil jalan ini sayang. "
Bia mengangguk. Kemudian mencium punggung tangan Ghazzy.
" Maaf aku gak bisa antar Mas Ghazzy nanti. "
Suara ketukan di pintu membuat keduanya menoleh. Ada Al dan Devan. Dan dua orang berpakaian pak ustadz.
Ghazzy berdiri untuk mempersilahkan Al dan dua orang itu bersiap-siap.
" Apa ini mempelai wanitanya ?"
" Iya Pak. Karena pulang kerja gak bisa ganti baju dulu. Karena habis ini juga mau langsung kerumah sakit." jawab Devan.
" Baik. Tidak apa-apa. Silahkan mempelai prianya. "
Modin dan penghulu sejenak membaca Al quran dan khubah nikah. Kemudian menjabat tangan Al. Ikrar nikah diucapkan Al dengan lugas dan tegas.
" Sah,, ??"
" Sah,,!! " jawab Devan dan Ghazzy.
" Silahkan tanda tangan Pak Al dan Bu Al. Kemudian para saksi" kata penghulu itu.
" Tugas kami selesai Pak. Semoga pernikahan kalian sakinah mawadda warrahmah. "
" Amin. " jawab Devan pelan.
" Devan. Antarkan pak penghulu serta Ghazzy. Aku akan kerumah sakit sendiri. "
" Baik Pak. "
Devan dan Pak Penghulu keluar lebih dulu. Bia maju dan mencium punggung tangan Ghazzy lagi. Dan memeluknya, menangis sesenggukan dipelukan Ghazzy.
" Jaga diri sayang. Jangan sampai sakit. " kata Ghazzy sambil mengusap kepala Bia. Kemudian melepaskan pelukan Bia.
Mendekat ke arah Al. Dan mengulurkan tangannya yang segera disambut oleh Al.
" Aku titipkan istriku padamu Al. Kalo terjadi sesuatu padanya. Aku tidak akan segan untuk membunuhmu. " ancam Ghazzy.
Al tertawa dengan seringaian smirk.
* Kamu pikir aku suka dengan sikon ini. *
" Aku akan mengingatnya. "
" Aku pergi sayang. Assalamualaikum. "
" Waalaikumslam. "
Bia melihat tubuh Ghazzy hilang dari balik pintu. Dia menghapus air matanya.
* Aku gak mau terlihat lemah didepan Al. *
" Kita kerumah sakit sekarang. Ini kamu bawa. Dan yang ini aku bawa. " kata Al sambil memberikan satu buku nikah pada Bia.
Bia hanya diam dan memasukkan buku nikahnya kedalam tas. Kemudian mengikuti langkah Al menuju lift. tanpa ada yang bicara satupun.
Devan sudah mengirimkan video sewaktu akad yang direkamnya diam-diam pada Azalea. Kemudian melanjutkan perjalanannya dengan Ghazzy.
" Pak Ghazzy tenang saja. Aku akan pergi bersama Pak Ghazzy. Saya yang akan menunjukkan semua tugas Pak Ghazzy. "
" Aahh syukurlah Pak Devan. Kalo gitu panggil saja saya Ghazzy. "
" Oke. Panggil saya Devan saja. "
" Kita bisa tidak terlalu formal kedepannya. "
" Terima kasih Ghazzy."
" Sudah berapa lama menjadi asisten Pak Al. "
" Heemmm,, sudah hampir sembilan tahun kalo gak salah. "
" Apa dia,, eehm,, maksudku. Dia,, istriku,,"
" Istrimu akan baik-baik saja. Mungkin dia seorang yang dingin. Tapi dia orang baik. "
" Syukurlah."
" Tidak usah cemas. "
" Iya. "
Devan mengalihkan pandangannya keluar jendela.
* Maafkan aku Ghazzy, Al memang baik. Tapi aku tidak bisa menjamin apa dia tetap menjadi baik kalo sedang mabuk. * batin Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments