" Sayang,, !!" panggil Ghazzy saat matanya menemukan sosok Bia keluar dari pintu lift.
Ghazzy mendekat ketika melihat Bia tengah celingukan menemukan si empunya suara yang memanggilnya sayang.
" Mas,, " panggil Bia sembari mendekat ke arah Ghazzy yang juga tengah mendekat padanya.
" Aku mencarimu sayang. Aku telpon tapi gak diangkat. "
" Maaf Mas. Tadi aku sedang diperiksa dokter. "
" Lalu, gimana ? Cocok dengan golongan darah anak salah satu Ibu itu ?"
Bia menghela nafas panjang berusaha menenangkan emosinya.
" Kenapa ? Duduklah. "
Keduanya kemudian duduk di taman depan parkiran dimana motor Ghazzy terparkir disana.
" Aku gak sempet mendengar hasil pemeriksaan dokternya Mas. "
" Lhoo kok gitu ? Bukannya kamu mau mendonorkan darahmu sayang ? Ibu itu pasti sedih kamu kabur kayak gini. "
" Dua ibu di masjid tadi, ternyata hanya ART Mas. Mereka sudah menganggap anak majikannya seperti anak mereka sendiri. "
" Jadi yang sakit anak majikannya ?"
" Iya Mas. Kamarnya ada di ruang VVIP mas. Aku jadi insecure waktu masuk ke ruangan itu. Bahkan,, "
Bia menghentikan bicaranya karena takut keceplosan tentang bagaimana sikap anak sulung keluarga itu.
" Bahkan apa ?"
" Saking dekilnya penampilanku, dokternya bahkan meragukan kecocokan golongan darahku. Dan itu diperjelas dengan ucapan Anak sulung majikannya. Dia gak mau adiknya dapat pendonor darah dari orang miskin kayak aku. "
" Apa ? Terus hubungannya apa kaya sama miskin ? Toh, kita punya darah yang sama merah. "
" Itu kan pemikiran orang sehat kayak kita. Lha yang sakit kayak mereka ?? Mungkin takut ketularan miskin kali. " gurau Bia sambil tertawa.
" Kamu baik-baik saja sayang ?"
" Baik. Sangat baik. Mungkin kalo aku tetap berada disana. Aku akan ketakutan kalo darahku makin memperparah penyakitnya. Bisa-bisa aku di persulit."
" Alhamdulillah. Ya sudah. Kita pulang ya. "
" Iya Mas. Oh iya. Interviewnya gimana ? Sukses ? "
" Alhmdulillah. Ini masih tes pertama. satu minggu lagi dihubungi kalo lolos seleksi. "
" Alhamdulillah. Semoga rejekinya Mas. "
" Aamiinnn. "
*****
Al melemparkan jasnya dengan kesal diatas sofa. Kemudian mengendurkan dasinya. Dilemparkan satu vas bunga dimeja ke arah pintu sesaat sebelum pintu itu dibuka oleh asisten pribadinya.
" Dev,, Temukan wanita yang tadi menjadi pendonor darah untuk Zaskia. Bawa dia didepanku,,, paling lambat besok !!!" serunya marah.
" Baik Pak Al. "
" Suruh OB untuk membersihkan ruanganku. Aku akan pulang ke rumah. "
" Iya Pak. "
Al mengambil jasnya dan segera keluar dari ruangannya. Devan menelpon seorang OB untuk membersihkan ruangan Al. Setelah OB itu selesai dan keluar. Dia pun juga ikut keluar.
*****
Al menghabiskan makanan dan minumannya. Ada satu pesan dari Devan.
' Pak Al,, semua tentang wanita itu sudah saya kirimkan ke email anda. Apa perlu besok saya bawa mereka ke kantor ?'
' Aku akan mengabarimu nanti. '
Al tersenyum smirk. Kemudian segera menuju ruang kerjanya. Rumah mewah dua lantai yang di belinya tiga bulan yang lalu. Karena kondisi Kia yang tidak mungkin membawanya pulang pergi Kalimantan-Surabaya.
Lantai atas terdiri dari empat kamar. Satu kamar utama ditempatinya. Satu kamar untuk Mamanya. Satu kamar untuk Zaskia. Dan satu kamar kosong untuk tamu. Di lengkapi dengan satu ruang keluarga yang terdapat TV. Dan juga ada balkon untuk bersantai. Dan juga ruang kerja Al.
Sedangkan di lantai dasar. Ada kolam renang dan taman gantung di bagian belakang. Didepan garasi yang cukup untuk memuat tiga mobil. Satu dapur dan tiga kamar pembantu dan juga satu ruang tamu.
" Rabiatul Adawiyah. Bia. " desis Al setelah melihat file yang dikirim Devan ke emailnya.
" Dia bekerja sebagai buruh pabrik. Suaminya bernama, Abdul Ghazzy. Dulu, seorang operator crane. Dengan ijazah S1 teknik elektro ? Heemm,, rupanya sekarang pengangguran. Tunggu,, tunggu,, dia telah interview di perusahaanku ? "
Al kembali tersenyum smirk. Dia tahu bagaimana caranya menghindar dari nadzar Mamanya. Untuk menikahkan pendonor wanita dengannya.
****
Bia mengemudikan motornya dengan sedikit cepat saat menyadari ada mobil yang tengah mengikutinya. Bia tak hentinya bersenandung sholawat untuk menenangkannya.
* Kok mobilnya ngikutin terus sih. * batin Bia gelisah.
Ketakutannya semakin menjadi saat dia harus melewati jalan yang samping kanannya ada sebuah TPU. Meskipun jalan raya tapi jarang yang lewat sana karena bukan jalan utama.
* Bodoh,, kenapa tadi lewat jalan tembusan. Bukannya jalan utama. * batin Bia merutuki kecerobohnnya.
Tiba-tiba mobil itu melewatinya hingga dia kaget dan motornya oleng. Bia tidak bisa menstabilkan motornya hingga terjatuh.
" Awww,,, "
Bia mengibaskan telapak tangannya yang sedikit lecet. Kaki kirinya juga sedikit terkilir. Dia membetulkan posisi motornya yang terguling dengan susah payah karena harus menahan sakit di kaki kirinya.
" Ini untuk kompensasi kaki kirimu. " seru satu suara sembari melemparkan satu gepok uang di atas motornya. Sepuluh juta.
Bia menoleh. Saat melihat yang punya suara adalah Al anak Azalea dia hanya mendnegus kesal. Dia memiringkan motornya berpura-pura untuk mengecek motornya. Padahal agar uang itu terjatuh. Dan benar saja, uangnya terjatuh.
Setelah itu Bia hendak naik ke motornya tapi segera dicekal oleh Al. Kemudian menariknya ke pinggir jalan. Tentu saja motornya kembali jatuh.
" Apa yang kamu lakukan ?!" bentak Bia marah.
" Kamu harus jadi pendonor adikku. "
" Maaf. Aku sudah gak berminat. " katanya sambil menepis tangan Al yang mencekal pergelangan tangannya.
" Lepaskan tanganmu !!!" sergahnya risih.
Al memberikan kode pada Devan untuk mengambil uang yang terjatuh.
" Berikan pada anak buahmu. Suruh mereka membuang motor ini. "
" Apa ? tidak !!" seru Bia sembari hendak mengambil kunci motornya tapi segera ditarik oleh Al.
" Lepaskan !!! " hardiknya marah.
Tidak berapa lama ada dua orang laki-laki mendekat. Bia mengenal salah satunya, karena dia adalah tukang ojek di sekitar perumahan sahabatnya.
" Pak Tono !" panggilnya.
" Lhoo mbak Bia. Ada apa ini ?"
" Pak Tono,, tolong saya Pak. "
" Jangan ikut campur !!! " bentak Al dengan tatapan dinginnya.
" Tolong Pak Tono. " pinta Bia memelas.
Pak Tono hendak mendekat. Tapi tiba-tiba Al mencium Bia sejenak. Tentu saja itu menyurutkan langkah kaki Pak Tono.
" Maaf Mbak Bia. " ujarnya tak enak hati.
Bia yang kaget langsung mendorong tubuh Al untuk menjauh.
* Sialaan !!!*
" Pak To,,, " belum selesai Bia berucap telapak tangan kanan Al segera membungkam mulutnya.
" Maaf Pak. Istriku sedang cemburu. Tolong antarkan motornya ke tempat biasa. "
Pak Tono tertawa.
" Mbak Bia,, Mbak Bia,, punya suami yang tampan harus banyak bersabar Mbak. " guraunya.
" Terima kasih Pak. " ujar Al pura-pura.
Bia menggelengkan kepalanya sembari berusaha membuka tangan Al dari mulutnya.
" Mbak Bia saya bawa motornya ke rumah mbak Lily ya. Cemburunya jangan lama-lama Mbak. Kasihan suaminya. "
" Ini ongkosnya Pak. " kata Devan.
" Gak usah Pak. Saya ikhlas menolong Mbak Bia. "
" Tidak apa-apa Pak. Terima saja. " Jawab Al.
" Gitu ya Mas. Makasi. Permisi. "
Setelah dua laki-laki itu pergi, Al melepaskan bekapan pada mulut Bia. Tapi tidak pergelangan tangannya.
PLAAKKKK,,,
Bia mendaratkan telapak tangannya ke pipi Al yang masih tersenyum smirk sembari meraba bibirnya.
" Apa maumu ?!" tanya Bia dengan mengelap mulutnya dengan kasar.
" Kesepakatan. "
" Aku gak tertarik. Lepaskan !"
" Aku akan menerima suamimu bekerja diperusahaanku kalo kamu bersedia menjadi pendonor untuk adikku. "
* Perusahaannya ? Perusahaan Dewandaru ?? Tadi pagi Mas Ghazzy bilang, perusahaan itu telah menerimanya bekerja. Apa itu karena laki-laki ini ? *
" Gimana ?"
" Tidak perlu. Suamiku sudah diterima kerja. "
" Perusahaan Dewandaru kan. "
Bia menatap tajam pada Al.
" Aku ownernya. Tentu saja aku tahu siapa pegawaiku." jawabnya sombong.
" Lepaskan !!" seru Bia tanpa menghiraukan Al.
" Aku bisa saja mengcancelnya kalo kamu mau. "
Al mengeluarkan ponselnya. Menelpon Devan yanh tengah berada di dalam mobil. Mengubah panggilan menjadi loud speaker.
" Halo Devan. Bagaimana dengan pegawai baru itu ?"
" Pegawai baru atas nama Abdul Ghazzy. Jam sepuluh akan ke kantor untuk tanda tangan kontrak Pak. Apa ada yang salah Pak ?"
" Sepertinya begitu. "
" Apa perlu saya revisi Pak ?"
" Batalkan. "
" Baik. Saya akan menghubungi Pak Ghazzy sekarang. "
" Jangan. " ujar Bia melemah.
* Hanya untuk menjadi pendonor. *
" Baiklah. Aku jadi pendonornya. " jawab Bia lemah.
Al tersenyum menang.
" Devan. Gak usah direvisi. Suruh dia datang kekantorku jam delapan nanti. "
" Baik Pak. "
" Sekarang, lepaskan aku !" seru Bia saat melihat Al memasukkan kembali ponselnya.
" Kamu harus ikut ke kantor. Aku akan memastikan kamu gak kabur. " jawabnya sambil menarik Bia menuju ke mobilnya.
" Kamu jangan ngawur. Aku harus pulang."
" Tidak !!" bentaknya hingga Bia terlonjak kaget.
Al mendorong Bia ke kursi belakang. Dia sendiri duduk di kursi depan. Mobil segera melaju menuju kantornya. Kondisi Bia yang pulang kerja semakin merasa ngantuk merasakan hawa dingin di mobil itu. Tak berapa lama dia tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments