"Apa selama ini wanita yang mendekatimu karena uangmu?" tanya Aura membuat Rendra mendongak dan menatap wajah Aura.
"Jangan sok tau!" jawab Rendra dengan ketus.
"Aku bukan sok tahu, tapi terlihat jelas dari cara berpikir mu dan tingkahmu. Jangan hanya karena kau mengalami pengalaman buruk tentang cinta dan wanita. Kau jadi berpikiran buruk pada wanita lain. Tidak semua wanita seperti itu. Mungkin saja Tuhan memiliki rencana lain untuk dirimu. Kita sebagai manusia kan tidak ada yang tahu. Bisa saja setelah ini kau menemukan belahan jiwamu di tempat yang tak terduga," jelas Aura dengan lembutnya.
Hal tersebut membuat Rendra terdiam tapi menatap Aura dengan tajam. Baru kali ini ada wanita yang berani menasehatinya tanpa takut pada dirinya yang terkenal kejam karena kata-kata pedasnya.
Berbeda dengan Ansel, ia justru tersenyum. Seperti terjadi sesuatu sesuai dengan keinginannya.
"Sayang, ayo kita pergi. Biarkan mereka berdua," bisik Ansel pada Sena. Sena pun mengangguk.
Kepergian Sena dan Ansel tak diketahui Rendra, karena Rendra menatap Aura begitu serius.
"Banyak bicara sekali! Telingaku gatal mendengarnya!" balas Rendra kemudian sambil.
"Itu berarti ucapanku sudah sampai ke telingamu. Semoga tidak langsung keluar melalui telinga kirimu. Ingat terus kata-kataku tadi! Dan juga aku bukan wanita bayaran yang rela menjual kehormatanku sendiri. Aku masih punya harga diri."
"Cih!"
Rendra tak percaya akan ucapan Aura itu. Mana mungkin seorang wanita bayaran tidak menjual kehormatannya sendiri? Bukankah dari sana mereka akan mendapatkan banyak uang? Jika bukan dari sana lalu darimana?
"Kau tidak percaya? Mau aku buktikan semuanya? Aku akan jadi wanita bayaranmu selama seminggu," ucap Aura menawarkan dirinya.
"Tidak perlu. Aku tidak minat."
Tiba-tiba Rendra tersadar, jika kini dirinya hanya berdua dengan Aura.
Sial!
"Aku akan membuka pikiranmu tentang cinta dan wanita. Aku juga bisa jadi teman curhatmu jika kau bersedih dan butuh tempat bersandar. Aku bisa jadi apapun yang kau mau, kecuali satu, menjadikan aku pemuas ranjangmu."
"Sudah selesai bicaranya?" tanya Rendra.
Aura mengangguk.
"Aku tidak tertarik dengan apa yang kau katakan itu. Dan aku pun tidak peduli dengan bagaimana pikiranmu tentang diriku. Aku adalah aku. Aku bukan orang yang dengan mudah percaya pada orang asing."
Setelah mengatakan itu, Rendra berdiri dari posisi duduknya dan pergi meninggalkan Aura sendirian disana.
"Dasar laki-laki keras kepala," ucap Aura.
*
*
Kediaman Kavindra, 07.30
Rendra sudah bersiap dengan kemeja putih dan jas berwarna hitamnya, dipadukan dengan sepatu kulit berwarna hitam yang mengkilap. Kini ia sedang merapihkan dasinya di depan cermin. Ketika penampilannya sudah sempurna, Rendra kemudian turun dari kamar untuk melakukan sarapan bersama dengan keluarganya.
"Dasar lelet! Hari ini aku ada pertemuan dengan klien tahu!" kesal Ela.
"Tinggal makan duluan. Lalu pergi. Bisa kan?" ucap Rendra dengan mudahnya.
Ela mengatur napasnya agar amarahnya tidak meledak di meja makan. Apalagi ia akan bertemu dengan klien. Bisa-bisa kerjasamanya dengan kliennya batal.
"Hari ini kau bisa lepas dariku! Tapi, jangan harap lain kali aku melepaskan mu ikan Lendra!"
Rendra tidak perduli. Ia justru mengambil lauk-pauk dengan tenang. Orang yang ada di meja makan pun sudah terbiasa dengan suasana seperti ini. Jika suasana tenang, itu justru menjadi tanda tanya besar.
Selesai makan, Rendra pamit pada mama dan papanya.
"Rendra berangkat ma, pa," ucap Rendra.
"Ren," panggil Naya membuat Rendra menghentikan langkahnya.
"Apa belum ada wanita yang ingin kau kenalkan ke mama lagi? Terakhir kali, satu tahun yang lalu," ucap Naya.
"Nanti kalau sudah ketemu yang baik dan penyayang seperti mama, cantik, tidak matre dan mencintai aku sebagai diriku sendiri bukan mencintaiku sebagai Rendra anak dari pemilik Kav Corp, aku akan kenalkan ke mama. Jika tidak ada, aku tidak akan menikah."
Setelah itu Rendra menghilang dari hadapan Naya dan Richard lalu pergi ke perusahaan.
"Sudahlah sayang, tidak usah memaksa. Nanti juga pasti dia menemukan pasangannya sendiri. Biarlah sekarang dia fokus pada tanggung jawabnya di kantor," ucap Richard sambil meraih bahu istrinya.
"Aku tidak memaksa, hanya saja aku pusing pada kedua anak kembar kita. Dua-duanya sama-sama masih sendiri. Sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Padahal aku ingin sekali punya cucu. Apa mereka tidak mau menikah karena rumah tangga kakaknya yang gagal?" ucap Naya menyandarkan kepalanya di bahu sang suami mencurahkan isi hatinya tentang kedua anaknya itu.
Richard tidak menanggapi ucapan istrinya itu. Ia hanya mengusap lembut kepala istrinya itu. Seolah mengatakan semua akan baik-baik saja dan mereka akan segera menemukan pasangannya masing-masing.
*
*
Sesampainya di kantor, Rendra duduk di kursinya dengan perasaan bimbang. Apalagi mengingat tentang ucapan mamanya tadi, mamanya berharap Rendra memperkenalkan wanita lagi pada sang mama.
"Bagaimana bisa aku mengenalkan wanita ke mama di saat aku sendiri tak lagi percaya cinta dan wanita?"
Seketika Rendra teringat pada ucapan Aura tadi malam yang menawarkan dirinya menjadi wanita bayaran.
"Apa iya aku harus minta bantuan dari wanita itu? Rasanya, kurang meyakinkan sekali."
Tok tok tok
Tiba-tiba pintu ruangan Rendra diketuk oleh seseorang.
"Masuk."
Orang tersebut pun masuk ke dalam ruangan Rendra setelah diizinkan. Namun, tanpa tahu malunya, ia duduk di sofa sebelum dipersilahkan.
Rendra hanya menghela nafas pasrah.
"Harusnya kau bahagia, akhirnya aku kembali ke Indonesia setelah satu tahun di Paris. Pasti di rumah sepi kan tidak ada aku?" ucap Elnan dengan percaya dirinya.
"Memangnya kau sudah move on dari mantan istrimu itu? Sampai memutuskan untuk kembali?" tanya Rendra yang membuat Elnan terdiam. Adiknya yang satu ini benar-benar paling tidak ada akhlak. Dengan teganya langsung memberikan pertanyaan yang menohok.
"Mulutmu itu benar-benar ya Ren! Pantas saja karyawan disini pada bilang kalau kau itu pemimpin kejam. Kata-katamu saja pedas begini!"
Rendra tak menghiraukan ucapan itu.
"Jawab saja apa susahnya," ucap Rendra lagi.
"Menyesal aku datang kesini. Harusnya aku pergi ke butik Ela saja. Pasti aku akan disambut dengan senyum lebar olehnya. Bukan dengan helaan napas dan pertanyaan menyakitkan darimu, huh!"
Elnan pun pergi tanpa permisi.
Salah satu alasan Rendra tak mau percaya wanita juga karena kegagalan kakaknya dalam berumah tangga. Jika bukan matre ya berarti pengkhianatan seperti yang dialami kakaknya.
"Satu-satunya pasangan yang bisa aku jadikan panutan, hanyalah mama dan papa. Mereka tetap harmonis sampai sekarang. Meskipun papa mesumnya nggak ketulungan."
Rendra pun mencoba untuk fokus pada pekerjaannya, menghilangkan pikiran tentang mamanya yang ingin Rendra mengenalkan seorang wanita padanya.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
Org kaya koq sulit cari jodoh Thor..kasihan.. 🤭
2023-08-05
0
Lina Susilo
jadi penasaran dengan cerita elnan
2023-03-26
0
rizhal muhammad
Padahal aku masih ingat tentang ELNAN BAYI, ELNAN BALITA, ELNAN LUCU, JUGA DENGAN KEMBAR YG LUCU-LUCU DAN MENGGEMASAKAN.
sekarang udah oada dewasa semua, dan masih tetap lucu saat bertemu.
2023-03-10
1