Kav Corp, 10.30
"Kau bisa kerja tidak sih!? Kenapa semua laporannya berantakan! Haish!" marah Rendra pada karyawannya.
"Ma-af Tuan. Saya akan berusaha lebih keras lagi untuk memperbaikinya," ucap si karyawan dengan sedikit gemetar.
"Tidak perlu! Hari ini juga kau menghadap ke HRD untuk mengambil uang pesangon mu!" ucap Rendra lalu berlalu pergi.
"Tu-tuan ... Tuan ..." panggil si karyawan itu untuk menghentikan langkah Rendra.
Rendra tidak memperdulikan panggilan itu. Ia benar-benar pusing dengan tingkah karyawannya yang setiap harinya ada saja kesalahan yang membuatnya selalu kesal dan marah. Untuk mengatasi itu, Rendra pergi ke rooftop perusahaannya.
"Haaah ..."
Rendra menghela napas kasar.
"Kenapa selalu ada yang membuatku kesal tiap harinya? Lama-lama aku bisa mati muda jika begini terus?" gerutu Rendra.
Pemandangan gedung-gedung tinggi dan jalanan yang ramai bisa Rendra lihat dari atas gedungnya. Setidaknya melihat semua itu bisa meredakan amarahnya walaupun sedikit.
Drt drt drt
Ponsel Rendra berdering.
"Apa!?" Rendra langsung mengeluarkan taringnya saat mengangkat telepon tersebut.
"Santai dong!" ucap Ansel.
"Tidak bisa. Aku sedang marah sekarang."
"Ish! Tapi kan bukan aku yang membuatmu marah! Kenapa jadi aku yang kena?"
"Berisik!!!"
"Astaga! Manusia satu ini! Aku menelpon mu cuma ingin mengajakmu pergi ke club nanti malam," ajak Ansel.
"Tidak mau. Kau pasti akan menyewa wanita untuk duduk bersama kita. Aku malas," tolak Rendra.
"Ayolah, temani aku. Aku tidak mau sendirian kesana," rayu Ansel agar Rendra mau pergi bersamanya.
"Tidak mau!" kekeh Rendra.
"His! Aku tidak mau tahu, pokoknya nanti kau harus datang ke klub yang biasanya. Kalau tidak, aku akan meminta Ela untuk menemaniku saja!" ucap Ansel dengan mudahnya lalu mematikan sambungan telepon tersebut.
"Haish! Jangan sampai dia mengajak Ela kesana. Bisa-bisa geger satu rumah jika Ela pulang dalam keadaan mabuk."
Kebiasaan Ela ketika mabuk sangatlah buruk, ia bisa membuat rumah seperti diterjang oleh gempa dengan tingkah aneh dan suara teriakan melengkingnya.
"Ansel memang paling pintar membuatku untuk menurutinya."
Ansel dan Rendra tumbuh bersama sejak kecil. Karena itulah, Rendra dan Ansel pun jadi sahabat sampai sekarang. Bisa dibilang, hanya Ansel lah satu-satunya sahabat yang Rendra punya.
*
*
Club L, 20.00
Disana digemparkan dengan kedatangan dua tamu yang terkenal tampan dan kaya. Membuat para wanita bayaran ingin duduk menemani kedua laki-laki itu. Pastinya mereka akan mendapatkan uang yang sangat banyak.
Aura yang baru datang langsung bingung dengan berkumpulnya teman-temannya.
"Ini ada apa? Siapa yang kalian lihat?" tanya Aura yang penasaran.
"Mereka melihat dua laki-laki tampan disana Au. Mereka berdua adalah para pemimpin dari perusahaan besar di kota ini. Yang satu adalah pemimpin dari Kav Corp dan yang satunya adalah pemimpin NC Entertainment," jawab Sena yang sudah tahu.
"Oh, begitu. Pantas saja, kalian semua berkumpul disini. Tidak heran sih! Aku kira siapa, ternyata ada Ansel juga," balas Aura.
"Aku kesana dulu ya, Au. Ansel sepertinya memanggilku."
Aura mengangguk.
Sena duduk di samping Ansel dengan menyajikan satu gelas wine untuk pria tampan itu.
"Semakin hari, kau semakin cantik saja! Padahal aku baru seminggu tidak bertemu denganmu," rayu Ansel pada Sena. Sena tersipu. Sementara Rendra tersenyum kecut.
"Terima kasih Ansel. Kau juga semakin tampan," ucap Sena membalas pujian Ansel.
"Uh, makasih sayang," ucap Ansel kemudian mencium pipi Sena.
Pelanggan Sena yang hanya satu itu adalah Ansel. Meski begitu, Sena tidak iri pada yang lain.
"Cih!"
"Apa kau! Mau begini juga?" tanya Ansel.
"Tidak minat!" jawab Rendra dengan entengnya.
Rendra pun meneguk wine nya lalu fokus pada ponselnya, menghiraukan Ansel bersama wanita bayarannya.
"Sayang, kau panggil Aura sana! Aku ingin mengenalkan Aura pada pria batu ini," pinta Ansel dengan berbisik.
"Baik, tunggu sebentar ya."
Tak lama kemudian, Sena datang bersama Aura.
"Hai Au, lama tidak bertemu. Kau pasti sangat sibuk ya?" sapa Ansel pada Aura. Aura mengangguk kemudian duduk di samping Rendra.
Rendra yang masih sibuk dengan ponselnya menghiraukan percakapan Ansel.
"Ren, kenalkan dia adalah Aura, temannya Sena."
Rendra kemudian menatap wanita itu dengan tatapan tak bersahabat. Menolak untuk berkenalan dengan wanita itu. Jika wanita ini adalah temannya Sena, tentunya Rendra tahu bahwa wanita ini juga adalah wanita bayaran seperti Sena yang membutuhkan uang, dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang termasuk dengan menjual tubuhnya dan Rendra tidak suka itu. Ia benci pada wanita matre.
"Maaf atas sikapnya ya. Dia memang seperti itu. Namanya Rendra," ujar Ansel. Aura pun mengangguk.
"Kau sedang melihat apa? Sepertinya sibuk sekali," tanya Aura.
"Kita tidak saling mengenal! Tolong jangan menggangguku!" tolak Rendra.
Ansel yang melihat itu merasa kasihan pada Aura. Rendra, sahabatnya itu memang anti sekali pada wanita setelah menjalani percintaan yang menyedihkan. Selalu ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Satu kenyataan pahit yang harus Rendra terima, ternyata semua mantannya ternyata tidak pernah mencintai Rendra dengan tulus. Mereka hanya mencintai Rendra karena uangnya. Hal tersebutlah yang membuat Rendra menjadi anti wanita dan tidak percaya cinta lagi.
"Bukankah tadi Ansel sudah mengenalkan kita berdua? Aku Aura, dan namamu Rendra," ujar Aura.
Rendra tampak tak acuh dengan ucapan Aura. Aura justru dibuat penasaran oleh laki-laki di sampingnya ini. Hingga ia duduk semakin mendekat pada laki-laki ini.
"Ish! Apaan sih dekat-dekat! Jauh-jauh sana!" usir Rendra.
"Pepet terus Au, hahaha." Ansel malah dibuat tertawa oleh tingkah Rendra yang seperti bertemu dengan kuman.
"Dasar wanita genit!"
Ansel semakin tertawa karena melihat Rendra yang terus-terusan menjauh.
"Sudah Au. Biarkan saja. Bisa-bisa nanti dia pergi. Aku kan jadi tidak punya teman laki-laki disini."
"Oke deh!"
Aura berhenti untuk mendekat pada Ansel. Kini keduanya duduk dengan jarak kurang lebih satu meter. Aura terus memperhatikan laki-laki di sampingnya ini. Ia bisa merasakan bahwa laki-laki ini tidak percaya akan cinta dan tidak ingin dekat dengan wanita.
"Apa kau punya pengalaman buruk tentang percintaan?" tanya Aura.
Rendra tidak menjawab.
"Aku bisa membantumu untuk melepaskan semua kenangan buruk itu. Aku akan membantumu untuk percaya pada cinta dan wanita lagi," tambah Aura.
Tiba-tiba Rendra menyahut.
"Apa yang kau tahu tentang cinta? Lihat! Kau saja hanya wanita bayaran yang pastinya hanya memikirkan uang! Bisa saja kau juga menjual kehormatanmu hanya demi uang! Jangan sok, dengan mau membantuku segala. Pikirkan saja dirimu sendiri!"
Ucapan Rendra begitu tajam hingga menusuk ke dalam hati Aura. Tapi, dari jawaban tersebut Aura tahu sesuatu.
"Apa selama ini wanita yang mendekatimu karena uangmu?" tanya Aura membuat Rendra mendongak dan menatap wajah Aura.
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
ayo au tunjukan pesonamu.
2023-04-02
0
Lina Susilo
aura berbeda dengan wanita lainnya ren
2023-03-26
0
rizhal muhammad
Novelnya bagus, Pasti bakalan sebagus cerita ayah dan ibunya.
2023-03-10
0