Ricky turun dari mobil dan berlari untuk langsung melihat Nathalie. Dia sengaja pulang lebih awal untuk melihat keceriaan gadis yang suka dipanggil dengan 'Angsa Kecil'.
Suara jeritan terdengar saat Ricky memasuki ruang keluarga. Dia berbalik tajam dan menuju ke taman dan syok saat Edward mengguncang kasar bahu Nathalie. "Edward, berhenti. Tuhan, kamu benar-benar, ya!"
Ricky mengambil alih Nathalie dengan cemas, lalu menggendongnya ke dalam kamar. Dua perawat pria memegangi lengan Nathalie saat Ricky menyiapkan suntikan penenang.
Natalie pun mulai tenang setelah beberapa ml suntikan masuk ke dalam darahnya. Ricky menyangga kepala Nathalie sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah. Perlahan gadis itu tertidur. Ponsel Ricky berdering, dan dia membaringkan Nathalie untuk membuka pesan.
~Tuan Rick, Ada bukti baru yang pasti mengejutkan Anda. Hari ini saya di markas~ SPS 101.
Ricky menyelimuti Nathalie sampai batas dada, lalu bergegas keluar kamar. Dia berhenti setelah melewati pintu kamar, dan berbalik menatap Edward yang bersandar di dinding luar kamar.
"Mau kemana lagi?" Tanya Edward dengan mata terpejam dengan tangan terkepal di dalam saku celana
"Bukan urusanmu."
"Akan jadi urusanku kalau itu menyangkut Nathalie?!Sepertinya di sini ada yang sok sibuk, ya?"
"Aku memang sibuk. Daripada kamu?"
"Rick, apa yang kamu cari dengan bertanya-tanya soal masa lalu keluarga Nathalie?" Edward membuka mata. Beribu pertanyaan muncul di kepalanya. Padahal, tugas dokter ini hanya menjaga Nath, cukup sampai situ!
Ricky menatap tajam mata Edward dan menendang tembok di sisi kaki Edward dengan kesal. "Tak usah banyak tanya." Dilihat lebih dalam sepasang mata biru yang misterius. Lalu bergegas menjauh. Kalau bukan teman Atiqa pasti Edward sudah dihajar habis-habisan.
Baru sepuluh langkah, Ricky menggeram. Dia kembali menoleh ke arah Edward. "Kamu yang jangan ikut campur dengan segala urusanku, ya." Ricky pergi lagi tak peduli walaupun hari menjelang petang.
*
Malam telah pergi ke belahan bumi lain dan Nathalie bangun kesiangan, karena Atikah terus membolak-balik tubuhnya ke kanan dan kiri.
"Bangun, ayo bangun udah pagi!" Atika menyingkap rambut yang menutupi wajah Natalie.
“Hmmm.” Nathalie membuka kelopak mata dengan malas. Tubuhnya seperti dijatuhi barang 25 ton. Sakit. Dia bangun dan meregangkan tubuhnya. Ya, ampun linu.
“Come on, Baby, mandi, gih!” Atikah kembali sibuk dengan ponsel saat sahabatnya duduk.
Natalie melihat jam menunjukkan pukul 8 pagi. Jendela dan tirai dalam keadaan terbuka, pantas udara jauh lebih segar. "Dr. Ricky sudah berangkat kerja kah?"
Atikah merasakan pelukan Nathalie di dadanya. "Dia dari semalam belum pulang, tuh! Teleponku juga belum dijawab. Entah kemana itu anak ngilang gitu aja?”
“Tika.”
“Hem?” jawabnya dengan malas.
“Aku mau minta maaf sama Edward. Dia besok jadi pulang, ya?”
“Iya "Alis Atikah terangkat satu sedikit tertarik dengan apa yang tadi dia jumpai. "Kasihan tuh, mukanya udah suntuk sejak aku datang."
“Bukannya kamu semalam tidur sama aku?”
“Maaf banget, kemarin habis nganterin Isania, aku langsung pulang ke rumah. Jadi, malah ketiduran sampai pagi." Atika meringis dan menaruh hp untuk membalas pelukan Natalie yang belum terlepas.
“Terus, kamu kok tahu Ricky nggak pulang?” Nathalie mengusek hidungnya ke rambut keriting sahabatnya. Arima lidah buaya kesukaannnya.
“Kata Edward, Ricky nggak pulang." Atiqa melepas pelukan, tetapi Nathalie makin memeluk lehernya. "Pas aku ke sini, Edward tidur di kursi itu.” Atika menunjuk ke kanan pada sofa berwarna krem di samping tempat tidur. "Hayo, apa kamu tidak merasakan apa-apa?"
"Merasakan apa maksudmu?" Dilepaskan pelukan dengan tidak rela.
Atiqa tertawa saat Nathalie menyibak selimut dan terlihat celana pendek itu dan menampakkan rambut halus di kukit putih Sahabatnya. “Kan kamu tidur. Siapa tahu Edward berbuat macam-macam."
"Ah nggak ada apa-apalah, memang ada apa!" Natalie melirik celana kain pendek. Semalam dia menggunakan celana panjang! Kemana celanaku!
" Aww! aw! aw! ampun sakit tahu!! nih cubitanmu panas banget.” Atika mengayunkan bibir dan mengusap, lalu meniup bekas merah dari cubitan Nathalie lalu bergegas keluar kamar. "Cepat, turun!"
"Huh! aku mau mandi!"
*
Tok Tok Tok
“Nona, saya Patrick.”
Baru saja Natalie melangkahkan kaki dengan tongkat ke kamar mandi, dia terpaksa dengan susah berjalan ke pintu kamar. Kemudian terlihat asisten pribadinya Ricky yang membawa buket bunga tulip berwarna-warni membuat Natalie ternganga kegirangan.
“Kiriman dari Tuan, Nona. Dia sendiri yang memilihnya. Tuan juga berpesan, bahwa Tuan akan pulang larut malam.”
"Di mana dia dan mengapa tidak menerima telepon dari ku?” Nathalie menerima dan langsung menghirup kesegaran tulip dalam balutan buket warna krem.
“Tuan Ricky sedang ada yang harus dikerjakan. Saya undur diri, Nona.” Asisten Fitz Patrick lalu meninggalkan Nathalie yang masih memandangi bunga tulip dan lalu membuka amplop kecilnya :
Untuk angsa kecilku,
Bunga akan selalu tumbuh. Tulip juga akan selalu tumbuh.
Bumi tidak akan pernah kehabisan bunganya, karena bunga baru akan selalu tumbuh.
Begitupun Tulip oranye. Tulip orange akan selalu tumbuh karena cinta tulus dari penanamnya.
Dan kuncup akan selalu mekar. Begitu pun hati manusia seperti kuncup yang akan mekar dan menebarkan keindahan di seluruh penjuru bumi.
Natalie tersenyum dan hatinya mendadak hangat..Dia melipat surat dengan hati-hati lalu menyimpan surat ke dalam laci. Dimasukkan bunga ke vas kaca, dan membawanya ke kamar mandi.
Sambil berendam air hangat, Nathalie memandangi tulip warna-warni di ujung bathub sambil menyenandungkan lagu rindu.
TOK TOK TOK
"Nath, aku masaknya sudah selesai, loh, sudah cepetan, ayo!” Atika berteriak dari luar pintu.
“Iya, iya, ini udah selesai.” Natalie bergegas keluar kamar mandi lalu duduk di depan cermin rias.
“Eh, kamu enggak makan di sini aja? Takutnya kakimu itu ...."
“Sudah mau sembuh kok, cuma jalannya pelan-pelan, kalau cepat harus pakai tongkat. Kata dokter ini harus dilatih jalan terus. Lagi pula bosan di kamar, kemarin aja udah 3 bulan dikurung.”
Atika tersenyum lalu mengeringkan rambut Nathalie. Inilah kebiasaan mereka dahulu sebelum Atika harus sering berkunjung ke Australia karena kakeknya yang sedang sakit.
“Sesekali pakai baju seksi napa sih, Nath?” Atika tersenyum miring sambil menyisir rambut panjang Natalie.
“Nggak perlu pakai pakaian gitu, aku udah seksi dari sononya!” Nathalie menjulurkan lidah pada wajah Atika di pantulan cermin.
“Dasar narsis!” Atika tertawa sambil mengacak-ngacak rambut Nathalie kembali.
Nathalie langsung muram, rambutnya yang panjang sepinggang dan rapih, kini sudah diacak-acak. Dia berteriak mewek tetapi Tika pergi begitu saja meninggalkannya. Akhirnya, Nathalie memilih untuk mengikat rambut dengan gaya ekor kuda.
*
"Wow, Tika, Kamu menyiapkan semua ini?" Roti ala Prancis, aneka potongan daging, telur, sosis dan telur mata sapi, serta sup.
"Iya, sayangku." Tidak peduli ada chef di mansion milik Ricky, tetapi Tika memaksa kepala pelayan agar dia diijinkan membuat sarapan untuk Nathalie.
Nathalie langsung menarik kursi dan duduk, tetapi saat mau menyendokkan makanan dia teringat sesuatu. Lalu celingak-celinguk. "Mana Edward enggak ikut sarapan? Eh ... bentar aku panggil dia."
Tika yang sedang menuang jus jeruk ke gelas sahabatnya, menoleh. "Eh tadi aku ke kamarnya, tapi dipanggilin enggak jawab, mungkin dia tidur kali."
Tika menarik kursi dan duduk. "Udah kamu makan aja, lalu minum obatmu."
"Yaudah, biar nanti aku anterin ke kamarnya aja."
"Cie-cie ada yang peduli." Atiqa sibuk mengunyah dengan kepala tertunduk.
"Ya peduli lah, kamu pun kalo enggak makan aku suapin." Nath menjulurkan lidah.
"Kenapa ga ikut ke London? Mamanya Edward sudah nanyain kamu terus loh."
"Aku belum bisa. Lagian aku terlalu banyak merepotkan Edward."
"Merepotkan apa? Liburan kan hanya sebentar. Bukan berati kamu harus tinggal lama, kan? Kamu beneran harus ikut ke tempat tinggal Edward deh, ya!"
Nathalie lalu melamun saat Atikah menerima telepon. Dia mulai mengambilkan makanan untuk Edward.
"Nathalie, sorry banged. Ada meeting mendadak. Aku pergi sekarang gpp, ya? Ntar gua ceritain deh!" Atika menghabiskan makanannya dengan cepat-cepat tanpa banyak mengobrol.
"Iya Tika pergi aja sana. Aku baik-baik aja, kok."
"Oke cantik. Obatmu di meja kamar. Udah aku siapin." Atika lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Nathalie membawa makanan ke kamar Edward tanpa tongkat. Dia mengetuk pintu, tetapi tidak kunjung mendapat tanggapan dari dalam. "Aku masuk ya?"
Masih tidak ada jawaban.
"Tidak ada Edward. Kemana dia?" Nathalie mendengar suara air dari kamar mandi. Dia meletakan baki makanan di atas kasur. "Kirain masih tidur, bikin khawatir aja. Cukup enggak ya segini, tapi memang kapan dia makan banyak? " Nathalie tertawa jahat.
Wanita itu teringat ponselnya yang tertinggal di meja makan lalu beranjak, tetapi langsung loncat ke belakang. "Astaga, Edward! kamu itu bikin jantungku mau copot!" Nathalie mengelus dadanya yang sesak
Edward tersenyum penuh minat pada Nathalie. "Lagian kamu terus ngomong sendiri. Jangan salahkan aku dong."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments