4. Malaikat Pencabut Nyawa.

Satu hari kemudian berlalu.

Dua hari.

Tiga hari.

Satu minggu.

Dua minggu.

Nyaris sebulan sudah waktu berjalan semenjak Demian kembali menapakkan kakinya di Elixir. Sejak saat itu pula, Jessica kerap menemukan pria itu duduk sendirian menghadap meja bar. Terkadang ia datang di pagi hari, kadang di sore hari dan terkadang malam.

Jessica merasa damai melihat Demian di Elixir. Terkadang Jessica menyapa pria itu sebagai basa-basi. Terkadang, Jessica bahkan tidak peduli sama sekali karena ia mempunyai kesibukannya sendiri.

Walau Jessica menyadari ada sedikit hal menyangkut Demian yang terbilang berbahaya, tapi selama itu tidak melibatkannya, Jessica pikir ia baik-baik saja mempunyai Demian sebagai reguler di cafenya.

Lagipula, Demian adalah pemanis mata. Jessica merasa lelahnya terangkat ketika ia menemukan Demian duduk tenang di cafenya. Dia seperti pangeran yang kesepian, indah parasnya seperti lukisan.

Benar-benar menawan.

"Selamat pagi, Jesse." Ethan--seperti biasa, menyapa Jessica yang baru turun dari lantai dua.

Belakangan ini, Ethan telah mengambil alih kunci cafe. Ia memutuskan untuk meringankan beban Jessica dengan mengambil alih tugas membuka dan menutup cafe. Ethan merasa pekerjaan Jessica sudah cukup banyak, jadi ia tidak perlu mengurus hal-hal yang trivial.

Terima kasih atas pengertian Ethan, sekarang Jessica sering telat bangun pagi.

"Pagi, Ethan...Hoammmpp--" Jessica berhenti menguap saat ia menyadari sepasang iris kelam menoleh ke arahnya, menyorotnya dengan ketenangan yang menakutkan. Itu Demian, dia datang pagi hari ini. Selalu tampil segar dan kasual. Jessica tidak pernah bosan menemukan wajah menawan itu.

"A-ah, selamat pagi." Jessica mengatur ekspresinya seramah mungkin, kendati sekarang air mata produksi kuapannya sekarang bertengger di pelupuk matanya.

Demian tidak menanggapi Jessica. Dia kembali menyesap kopinya tanpa suara.

"Ethan, hari ini aku akan sibuk seharian di atas. Jika kalian memerlukan sesuatu padaku, minta Dania menghubungiku."

Karena sekarang sudah di penghujung bulan, Jessica akan kembali sibuk mengatur keuangan Elixir. Mulai dari gaji, pinjaman, dan biaya produksi bahan pangan untuk kedepannya. Semua itu ditanggung sendiri oleh Jessica. Ethan kadang prihatin atas kesibukan bosnya.

"Sebelum itu, kau sebaiknya sarapan. Elli membuat pie apple di dapur. Aku akan membuatkanmu kopi."

"Aww, kau tidak perlu repot-repot."

Sebenarnya, Jessica sudah mempunyai mesin kopi biasa di kamarnya. Ia tidak perlu merepotkan Ethan untuk membuatkannya kopi. Selama ini, alasan Jessica membiarkan Ethan memanjakannya dengan kopi dan makanan hanya karena Jessica malas mengurus diri saja.

"Akan merepotkan bagiku kalau kau bekerja tanpa sarapan."

"Eeeh, kalau kau bersikap baik seperti ini, aku bisa jatuh hati padamu. Ahahahahaha."

UHUK!!!

Seseorang, lebih tepatnya Demian, terbatuk di ujung meja. Jessica spontan menoleh ke arah pria itu dengan kekhawatiran. Apa idolanya tersedak? Apa kopinya terlalu panas? Apa dia baik-baik saja?

"Jangan pikirkan aku," kata Demian seketika. Ia menyadari kalau sekarang perhatian Jessica dan Ethan tumpah ke arahnya dengan berlebihan.

"Ethan, ambilkan air putih." Jessica memerintah sebelum kembali menatap Demian. Ia yang sejak tadi duduk dengan jarak dua bangku dari Demian pun turun dari bangkunya dan mendekati Demian. Sekotak tisu ia sodorkan kepada Demian yang sekarang lebih tenang.

"Apa kau yakin baik-baik saja?"

"Ini bukan masalah. Hanya..., tidak penting." Demian meragu untuk menimpali Jessica. Ia tidak mungkin mengatakan kalau alasan ia tersedak adalah karena ucapan gadis itu yang terkesan frontal dan tanpa filter sama sekali, kan?

Ethan kemudian datang dan menyerahkan segelas air putih kepada Demian.

Demian menerima kebaikan yang diberikan dua orang asing di hadapannya tersebut dengan sedikit segan. Masalahnya, ia hanya tersedak. Mengapa mereka memperlakukannya layak seorang pasien yang akan mati dua minggu lagi?

"Huuh, sepertinya bukan masalah besar..." Jessica baru merasa lega setelah Demian sudah kembali seperti semula di matanya, sudah kembali dalam mode dingin dan arogan. "Well, then..., Mister. Ethan akan menggantikan kopimu dengan yang baru. Selamat menikmati waktumu di sini, aku akan kem---"

"Hanya perasaanku saja..., entah mengapa, aku merasa kau mengetahui namaku."

Jessica pikir Demian tidak akan menanggapinya, tapi ia salah sangka. Mata Jessica membulat terpana. "Y-ya?"

"Kau, apa kau mengenalku?"

Mana mungkin!--adalah ekspresi yang ditunjukkan Jessica sekarang. Ia menjawab asumsi Demian dengan reaksi yang menolak mentah-mentah. Tangannya terkibas di depan muka, cengiran melebar jenaka. "Aku hanya mengetahuimu sebagai reguler di sini."

Akan sangat aneh bila Jessica mengenal Demian, terlebih ketika Demian tidak mengenalnya sama sekali. Reputasi cafe Elixir yang baru-baru ini naik bisa merosot kalau ternyata owner cafe ini adalah penguntit masalah personal karyawannya.

Iya, karena Demian adalah masalah personal Angela. Jika Jessica tau Demian, itu artinya dia sudah memantau dari dekat masalah Angela. Itu adalah tindakan yang tidak etis untuk seorang atasan.

"Apa karena kau melihatku dan Angela malam itu. Entah mengapa, caramu memandangku terkesan seolah kau sudah terbiasa pada keberadaanku."

"I-itu wajar karena kau sering kemari. Juga, kau adalah teman Jessica. Sulit untuk menutup mata pada situasi yang terjadi di cafe kecil ini. Ahaha."

'Lagipula, kenapa caraku memandangmu menjadi penting untuk dipertanyakan? Apa kau mau tau caraku memikirkanmu juga?' Jessica merutuk panjang di dalam hatinya.

"Anyway..., mengapa aku tidak melihat Angela belakangan ini?" Demian tiba-tiba mengganti topik.

AHA!

'Apa karena itu dia menanyaiku ini itu? Demian yang tampan, kau seharusnya tidak berbelit-belit dan langsung lompat ke topik inti, aku tidak akan membully-mu sama sekali. Kau tidak perlu berbelit-belit.'

"Hei?" Demian menjentikkan jarinya di depan Jessica yang tiba-tiba melalang-buana di dalam pikirannya sendiri.

"Ah, oh..., maaf." Jessica mengerjapkan mata beberapa kali, menyadarkan diri. "Aku..., oh, Angela! Benar, Angela! Dia, dia mengambil istirahat..., atau bisa dikatakan mengundurkan diri? Dia mempunyai masalah personal, aku tidak yakin dia akan kembali bekerja di sini."

"Oh." Demian mengangguk-angguk dengan mata yang berubah sayu. Jessica jadi prihatin pada pria itu.

"Maafkan aku," gumam Jessica tanpa sadar.

"Ya?"

"Ma-Maaf sudah membuang-buang waktumu dengan ocehanku. Hahahahaha. Aku akan undur diri kalau begitu. Selamat pagi dan..., ya, sampai jumpa."

Mengambil kesempatan saat itu juga, Jessica secepat kilat melarikan diri dari Demian yang masih terpana atas kepergiannya. Gadis itu datang dan pergi semaunya.

*

Malamnya, ketika Jessica sibuk membaca daftar kebutuhan dapur Elixir yang didata oleh Elliot, sebuah suara gedebuk besar muncul dari balkon kamarnya. Seolah-olah manusia melompat ke sana.

Seolah-olah..., tunggu?

'Jangan bilang itu manusia sungguhan?' Jessica yang tekejut oleh suara tapakan besar itu spontan melotot waspada. Ia turun dari tempat tidur dan melangkah menuju jendela balkon yang tertutup.

Saat itu juga, sebuah siluet besar muncul di balik tirai putihnya. Suara knop pintu yang dipaksa terbuka membuat wajah Jessica memucat seketika.

Maling!

Maling datang ke kamarnya!

Jessica menahan napas was-was. Pemikiran ia akan mati malam ini karena perampokan berseliweran di benaknya. Ia akan ditemukan esok hari di koran pagi. Ia akan...

Jantung Jessica berpacu kencang, terlampau kencang untuk tubuhnya tahan. Ia ambruk di lantai dengan kepanikan. Tubuhnya mati rasa, seakan-akan ia tercekik oleh ketakutannya.

Saat itu pula, di dalam bayangan dan teror yang muncul di balik pintu kaca, sebuah kenangan kelam menyeruak ke benaknya seperti jarum tajam yang menikam kepala.

'Diam di sini, Jessy. Jangan biarkan ayah mendengar suaramu sama sekali!'

'Diam dan tutup matamu, kau akan aman kalau kau menutup matamu!'

'Ibu akan melindungimu!'

'Ibu akan selalu melindungimu, Jessy. Jadi..., apa pun yang terjadi, tutup matamu! Jangan bersuara sama sekali!'

'Jessica, apa kau mendengarkanku?'

Jessy...

Jessy..

--Cklek!

Pintu berhasil terbuka.

Jessica--dengan energi di tubuhnya yang tersisa, menyeret tubuh kakunya menuju sudut ruang. Ia duduk meringkuk dengan mata terpejam. Tubuhnya terguncang. Dingin merayap di sekujur tubuhnya, membekukan tiap sendinya.

Mati..., ia pasti akan mati.

Mengapa ia tidak bisa berteriak sama sekali? Mengapa, ketika bahaya datang ia malah meringkuk ketakutan dengan mata terpejam? Mengapa ia tidak berubah sama sekali?

"Aaaah, akhirnya..." sebuah suara familiar samar-samar menyusup menembus pendengaran Jessica.

Jessica yang duduk meringkuk di sudut dinding, tubuh bergetar hebat dan air mata bercucuran deras perlahan-lahan mendengar suara langkah mendekatinya. Ia semakin memejamkan mata.

Mati, dia akan mati! Jessica terus mengulang kata itu di benaknya sendiri.

"Hei, apa aku menakutkanmu?"

Huh?

Kenapa sentuhan di pundaknya tidak sekasar yang ia pikirkan? Tidak..., daripada kasar..., sentuhan itu ringan, layaknya sapaan sopan.

Jessica--dalam teror dan ketakutannya, mengangkat wajahnya untuk menghadap si malaikat pencabut nyawa. Menatap kepada sepasang iris kelam yang menyorot teduh ke arahnya.

"Aaah, kau benar-benar ketakutan."

Itu adalah Demian Bellamy.

Dari semua orang..., mengapa Demian Bellamy...

Sebelum Jessica sempat mengumpulkan kewarasannya yang berceceran karena perasaan takut dan kalut, seluruh dunianya seketika berubah hitam. Jessica kehilangan kesadaran.

*

Terpopuler

Comments

Vlink Bataragunadi 👑

Vlink Bataragunadi 👑

ternyata jessy memiliki trauma....

2023-05-17

0

Sriutami Utam8

Sriutami Utam8

kenapa g pinsan aja sih jessi hmmmm

2023-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Sepuluh Strawberry.
2 2. Mengejar Bahaya.
3 3. Kopi Hitam.
4 4. Malaikat Pencabut Nyawa.
5 5. Benteng Persembunyian.
6 6. Metode Pendekatan.
7 7. Pengunjung Asing.
8 8. Empati.
9 9. Obrolan Ringan.
10 10. Erthian.
11 11. Terlalu Baik.
12 12. Normal.
13 13. Racun.
14 14. Malam Sabtu.
15 15. Rumit.
16 16. Bantuan?
17 17. Seperti Mimpi.
18 18. Perjanjian.
19 19. Pengalih Perhatian.
20 20. Bermain.
21 21. Absurd.
22 22. Misteri Lain.
23 23. Aroma.
24 24. Kau Tau.
25 25. Antara Oscar dan Demian.
26 26. Terombang-ambing.
27 27. Bertemu.
28 28. Menepati Janji.
29 29. Sentimen.
30 30. Dania, Oh, Dania.
31 31. Kegundahan.
32 32. Lari, Demian!
33 33. Jangan Pulang.
34 34. Rasional.
35 35. Bicara empat mata.
36 36. Berbagi Kabar.
37 37. Amarah.
38 38. Pelarian.
39 39. Masuk Akal.
40 40. Keserakahan.
41 41. Racun Di Kepala
42 42. Di Suatu Pagi.
43 43. Dukungan.
44 44. Ambigu.
45 45. Dirasuki.
46 46. Terkesima.
47 47. Perubahan Yang Tiba-tiba.
48 48. Kebenaran.
49 49. Menghilang Sejenak.
50 50. Kesialan.
51 51. Tanpa Batas.
52 52. Berbagi Rahasia.
53 53. Langkah Pertama.
54 54. Alecto.
55 55. Membutuhkan Kejelasan.
56 56. Rival Asmara
57 57. Pertikaian.
58 58. Jalan Buntu.
59 59. Belum Dimaafkan.
60 60. Introspeksi Diri.
61 61. Sapaan dari Neraka.
62 62. Niat Terselubung.
63 63. Pacar Demian?
64 64. Demi Kebaikan.
65 65. Sungguhan.
66 66. Ujian kesabaran.
67 67. Permainan Oscar.
68 68. Diculik.
69 69. Membeku Dalam Waktu.
70 70. Keserakahan sebelum perpisahan.
71 71. Kejujuran.
72 72. Kabar Gembira.
73 73. Cocok.
74 74. Konfrontasi.
75 75. Demi Persahabatan.
76 76. Hambatan Jalan.
77 77. Pasrah.
78 78. Remuk.
79 79. Berlawanan.
80 80. Kunjungan dan Kejutan.
81 81. Sebelum Acara.
82 82. Janji Temu
83 83. Ucapan Selamat
84 84. Seorang Erthian Bellamy.
85 85. Bicara Untuk Percaya.
86 86. Permulaan.
87 87. Hadiah.
88 88. Pertemuan dan Perbincangan.
89 89. Profesi Demian.
90 90. Akhir dari Keterkaitan.
91 91. Janji?
92 92. Peringatan.
93 93. Risiko Dalam Pilihan.
94 94. Masalah Demian.
95 95. Pembuktian.
96 96. Misi Misterius.
97 97. Di Hari Yang Hujan.
98 98. Pencarian.
99 99. Penolakan.
100 100. Yang Terpenting.
101 101. Pulang.
102 102. Hestia.
103 103. Kekaguman.
104 104. Berpetualang di kota Demian.
105 105. Lebih Baik Diam.
106 106. Trauma.
107 107. Pemandangan Hitam.
108 108. Jarak.
109 109. Balas Dendam.
110 110. Memancing Keributan.
111 111. Sunyi.
112 112. Curhat.
113 113. Sebelum Senin.
114 114. Awal Dan Akhir.
115 115. Pemahaman.
116 116. Penuh Pertimbangan.
117 117. Demam.
118 118. Sebelum Matahari Terbenam.
119 119. Hilang.
120 120. Takdir
121 121
122 122. Menemukannya.
123 123. Monster.
124 124. Sebelum Memutuskan.
125 125. RESTART : Monster Lover.
Episodes

Updated 125 Episodes

1
1. Sepuluh Strawberry.
2
2. Mengejar Bahaya.
3
3. Kopi Hitam.
4
4. Malaikat Pencabut Nyawa.
5
5. Benteng Persembunyian.
6
6. Metode Pendekatan.
7
7. Pengunjung Asing.
8
8. Empati.
9
9. Obrolan Ringan.
10
10. Erthian.
11
11. Terlalu Baik.
12
12. Normal.
13
13. Racun.
14
14. Malam Sabtu.
15
15. Rumit.
16
16. Bantuan?
17
17. Seperti Mimpi.
18
18. Perjanjian.
19
19. Pengalih Perhatian.
20
20. Bermain.
21
21. Absurd.
22
22. Misteri Lain.
23
23. Aroma.
24
24. Kau Tau.
25
25. Antara Oscar dan Demian.
26
26. Terombang-ambing.
27
27. Bertemu.
28
28. Menepati Janji.
29
29. Sentimen.
30
30. Dania, Oh, Dania.
31
31. Kegundahan.
32
32. Lari, Demian!
33
33. Jangan Pulang.
34
34. Rasional.
35
35. Bicara empat mata.
36
36. Berbagi Kabar.
37
37. Amarah.
38
38. Pelarian.
39
39. Masuk Akal.
40
40. Keserakahan.
41
41. Racun Di Kepala
42
42. Di Suatu Pagi.
43
43. Dukungan.
44
44. Ambigu.
45
45. Dirasuki.
46
46. Terkesima.
47
47. Perubahan Yang Tiba-tiba.
48
48. Kebenaran.
49
49. Menghilang Sejenak.
50
50. Kesialan.
51
51. Tanpa Batas.
52
52. Berbagi Rahasia.
53
53. Langkah Pertama.
54
54. Alecto.
55
55. Membutuhkan Kejelasan.
56
56. Rival Asmara
57
57. Pertikaian.
58
58. Jalan Buntu.
59
59. Belum Dimaafkan.
60
60. Introspeksi Diri.
61
61. Sapaan dari Neraka.
62
62. Niat Terselubung.
63
63. Pacar Demian?
64
64. Demi Kebaikan.
65
65. Sungguhan.
66
66. Ujian kesabaran.
67
67. Permainan Oscar.
68
68. Diculik.
69
69. Membeku Dalam Waktu.
70
70. Keserakahan sebelum perpisahan.
71
71. Kejujuran.
72
72. Kabar Gembira.
73
73. Cocok.
74
74. Konfrontasi.
75
75. Demi Persahabatan.
76
76. Hambatan Jalan.
77
77. Pasrah.
78
78. Remuk.
79
79. Berlawanan.
80
80. Kunjungan dan Kejutan.
81
81. Sebelum Acara.
82
82. Janji Temu
83
83. Ucapan Selamat
84
84. Seorang Erthian Bellamy.
85
85. Bicara Untuk Percaya.
86
86. Permulaan.
87
87. Hadiah.
88
88. Pertemuan dan Perbincangan.
89
89. Profesi Demian.
90
90. Akhir dari Keterkaitan.
91
91. Janji?
92
92. Peringatan.
93
93. Risiko Dalam Pilihan.
94
94. Masalah Demian.
95
95. Pembuktian.
96
96. Misi Misterius.
97
97. Di Hari Yang Hujan.
98
98. Pencarian.
99
99. Penolakan.
100
100. Yang Terpenting.
101
101. Pulang.
102
102. Hestia.
103
103. Kekaguman.
104
104. Berpetualang di kota Demian.
105
105. Lebih Baik Diam.
106
106. Trauma.
107
107. Pemandangan Hitam.
108
108. Jarak.
109
109. Balas Dendam.
110
110. Memancing Keributan.
111
111. Sunyi.
112
112. Curhat.
113
113. Sebelum Senin.
114
114. Awal Dan Akhir.
115
115. Pemahaman.
116
116. Penuh Pertimbangan.
117
117. Demam.
118
118. Sebelum Matahari Terbenam.
119
119. Hilang.
120
120. Takdir
121
121
122
122. Menemukannya.
123
123. Monster.
124
124. Sebelum Memutuskan.
125
125. RESTART : Monster Lover.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!